Hari ini 9 Agustus, masyarakat Jepang mengenang kembali memori kelam dalam hidup mereka. Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak karena bom atom pesawat B-29 Sekutu.
Nagasaki adalah kota kedua yang dijatuhi bom atom oleh Sekutu. Bom atom pertama telah dijatuhkan di Hiroshima 3 hari sebelumnya, 6 Agustus 1945.
Pilihan Hiroshima sebagai sasaran utama bom atom, tentunya bukan tanpa alasan. Kedudukan kota itu sebagai pusat militer, membuat Sekutu menempatkannya sebagai target utama.
Dalam perhitungan Sekutu, bom atom yang dijuluki Little Boy ini akan menghentikan Perang Dunia II. Ribuan korban yang jatuh akibat bom ini, diharapkan melunakkan hati Jepang untuk mengakhiri Perang Dunia II.
Namun perhitungan itu meleset. Jepang tidak serta merta menyerah. Hal inilah yang mendorong Sekutu merencanakan bom atom berikutnya.
Satu fakta menarik adalah Nagasaki yang kemudian menjadi sasaran kedua, ternyata bukan sasaran utama. Pihak militer Sekutu justru menempatkan kota Kokura dan Niigita sebagai sasaran setelah Hiroshima.
Pertimbangan yang digunakan adalah kedua kota itu menjadi pemasok utama kebutuhan militer Hiroshima. Sedangkan Nagasaki hanya menjadi pilihan keempat karena kurang pentingnya perannya dalam bidang militer.
Namun barangkali sudah suratan takdir. Pesawat pembom B-29 justru menjatuhkan The Fatman, sebutan untuk bom atom kedua ke kota Nagasaki. Hal ini dilakukan karena awan gelap yang menyelimuti 2 sasaran pertama.
Pertimbangan kedua adalah bahan bakar pesawat yang kian menipis. Maka ketika pesawat pembom tersebut melewati kota Nagasaki dan ada peluang menjatuhkan bom, The Fatman pun meluncur ke wilayah itu.
Akibatnya 75 ribu nyawa melayang sia-sia karena bom ‘salah sasaran’ tersebut. Nagasaki yang tidak mempunyai peran penting dalam kemiliteran jika dibandingkan Kookura dan Niigita, harus merasakan penderitaan luar biasa.
Meski masih di bawah Hiroshima dalam masalah korban, penderitaan rakyat Nagasaki tidak kalah mengerikan jika dibandingkan dengan Hiroshima.
Selain jumlah korban, situasi pasca bom atom meledak menjadi situasi yang menyulitkan. Puluhan ribu orang harus meninggal karena efek bom atom tersebut. Termasuk kondisi tanah yang terkena radiasi bom atom.
Kenangan kelam akan dua tragedi ini menjadi catatan kelam dalam sejarah dunia. Jepang sebagai pihak yang menyulut Perang Dunia II dengan penyerangan terhadap Pearl Harbour, harus menghadapi kenyataan yang paling mengerikan. Hiroshima dan Nagasaki menjadi bukti kekejaman perang.
Baca Juga
-
Lagi, Media Vietnam Puji Penampilan Timnas Indonesia U-17 saat Hadapi Mali
-
Amunisi Baru Timnas Indonesia, Proses Naturalisasi Miliano Jonathans Lanjut
-
Media Vietnam Puji Habis Timnas Indonesia U-17 Kalahkan Uzbekistan 2-0
-
Lawan Uzbekistan Nanti Malam, PR Nova Arianto Harus Benahi Fokus Pemain
-
Lolos ke AFC Champions League Two, Persib Bandung Masuk Pot 4 dalam Drawing
Artikel Terkait
-
Persiapan Rival Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 Tak Main-main, Tantang Jerman untuk Laga Uji Coba
-
Debut Pratama Arhan Berujung Kritik dari Pelatih Tokyo Verdy, Aspek Menyerang Disorot
-
Tampil Perdana di J2 League Musim Ini, Pratama Arhan Duel dengan Pemain Timnas Jepang di Piala Dunia 2022
-
Jepang Luncurkan Voice Biz UCDisplay, Layar Penerjemah Otomatis untuk Turis
-
Penantian Berakhir! Pratama Arhan Debut di J2 League 2023 saat Tokyo Verdy Hadapi Shimizu S-Pulse
Ulasan
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
Terkini
-
Sikap Ksatria Rahayu Saraswati, Teladan Integritas dalam Dunia Politik
-
4 Toner Mengandung Birch Juice, Ampuh Hidrasi Kulit & Perkuat Skin Barrier
-
Dwayne Johnson Bocorkan Jadwal Syuting Jumanji Terbaru Mulai November 2025
-
FOMO Level Akut? Ini 5 Jurus Ampuh Gen Z Biar Lebih Fokus dan Percaya Diri!
-
Rahayu Saraswati Mundur dari DPR, Benarkah Disiapkan Jadi Menpora Baru?