Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Agus Siswanto
Ilustrasi bom atom (Pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Hari ini 9 Agustus, masyarakat Jepang mengenang kembali memori kelam dalam hidup mereka. Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak karena bom atom pesawat B-29 Sekutu.

Nagasaki adalah kota kedua yang dijatuhi bom atom oleh Sekutu. Bom atom pertama telah dijatuhkan di Hiroshima 3 hari sebelumnya, 6 Agustus 1945. 

Pilihan Hiroshima sebagai sasaran utama bom atom, tentunya bukan tanpa alasan. Kedudukan kota itu sebagai pusat militer, membuat Sekutu menempatkannya sebagai target utama.

Dalam perhitungan Sekutu, bom atom yang dijuluki Little Boy ini akan menghentikan Perang Dunia II. Ribuan korban yang jatuh akibat bom ini, diharapkan melunakkan hati Jepang untuk mengakhiri Perang Dunia II.

Namun perhitungan itu meleset. Jepang tidak serta merta menyerah. Hal inilah yang mendorong Sekutu merencanakan bom atom berikutnya.

Satu fakta menarik adalah Nagasaki yang kemudian menjadi sasaran kedua, ternyata bukan sasaran utama. Pihak militer Sekutu justru menempatkan kota Kokura dan Niigita sebagai sasaran setelah Hiroshima.

Pertimbangan yang digunakan adalah kedua kota itu menjadi pemasok utama kebutuhan militer Hiroshima. Sedangkan Nagasaki hanya menjadi pilihan keempat karena kurang pentingnya perannya dalam bidang militer.

Namun barangkali sudah suratan takdir. Pesawat pembom B-29 justru menjatuhkan The Fatman, sebutan untuk bom atom kedua ke kota Nagasaki. Hal ini dilakukan karena awan gelap yang menyelimuti 2 sasaran pertama.

Pertimbangan kedua adalah bahan bakar pesawat yang kian menipis. Maka ketika pesawat pembom tersebut melewati kota Nagasaki dan ada peluang menjatuhkan bom, The Fatman pun meluncur ke wilayah itu.

Akibatnya 75 ribu nyawa melayang sia-sia karena bom ‘salah sasaran’ tersebut. Nagasaki yang tidak mempunyai peran penting dalam kemiliteran jika dibandingkan Kookura dan Niigita, harus merasakan penderitaan luar biasa.

Meski masih di bawah Hiroshima dalam masalah korban, penderitaan rakyat Nagasaki tidak kalah mengerikan jika dibandingkan dengan Hiroshima.

Selain jumlah korban, situasi pasca bom atom meledak menjadi situasi yang menyulitkan. Puluhan ribu orang harus meninggal karena efek bom atom tersebut. Termasuk kondisi tanah yang terkena radiasi bom atom.

Kenangan kelam akan dua tragedi ini menjadi catatan kelam dalam sejarah dunia. Jepang sebagai pihak yang menyulut Perang Dunia II dengan penyerangan terhadap Pearl Harbour, harus menghadapi kenyataan yang paling mengerikan. Hiroshima dan Nagasaki menjadi bukti kekejaman perang.

Agus Siswanto