Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Fathorrozi 🖊️
Buku Fihi Ma Fihi karya Jalaluddin Rumi (DocPribadi/Fathorrozi)

Untuk memperingati 800 tahun kelahiran Jalaluddin Rumi, organisasi PBB untuk pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan atau UNESCO menetapkan tahun 2007 sebagai "Tahun Rumi Internasional". Rumi dianggap sebagai salah satu tokoh spiritual terbesar sepanjang masa karena pesan-pesan yang ia sampaikan perihal cinta, kemanusiaan, dan perdamaian.

Identitas Buku

Judul: Fihi Ma Fihi

Penulis: Jalaluddin Rumi

Penerbit: Zaman

Cetakan: IX, 2021

Tebal: 438 halaman

ISBN: 978-602-1687-98-7

Sinopsis Buku

Karya-karya Jalaluddin Rumi yang abadi tak hanya dinikmati umat Islam, namun dinikmati pula oleh umat manusia secara keseluruhan. Maka, wajar jika UNESCO menyebut Rumi sebagai salah satu filsuf dan sastrawan besar yang dimiliki umat manusia.

Dan salah satu karyanya adalah Fihi Ma Fihi ini. Fihi Ma Fihi merupakan masterpiece. Di dalamnya memuat ceramah-ceramah yang Rumi sampaikan di hadapan murid-muridnya pada berbagai kesempatan. Rumi mendedahkan sudut pandang spiritual untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi para murid dan orang-orang terdekatnya. Sebuah pendidikan ruhani agar kita menjalani hidup sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Undangan Menari': Kisah Tragis Para Tahanan Politik Wanita

Ulasan Buku

Buku Fihi Ma Fihi ini memuat 71 ceramah Rumi untuk pendidikan ruhani. Pembahasannya yang sangat mendalam, dikemas dengan untaian kata-kata indah, namun tetap mudah dipahami. Ini berkat kepiawaian Rumi dalam menyusun kata-kata dalam cerita-cerita dan perumpamaan-perumpamaan yang menawan.

Dalam sebuah kesempatan di hadapan muridnya, Rumi menyampaikan bahwa makhluk terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu malaikat, binatang dan manusia. Bagi malaikat, kepatuhan, ibadah dan zikir menjadi tabiatnya. Malaikat tidak memiliki beban kewajiban, sebab mereka suci dari hasrat.

Kelompok kedua adalah binatang. Binatang murni nafsu, tanpa akal sama sekali. Mereka tidak memiliki intelek yang dapat mencegah mereka dari nafsu. Karenanya, mereka pun tidak memiliki beban kewajiban. Sementara kelompok ketiga adalah manusia. Mereka makhluk akal dan nafsu. Mereka setengah malaikat dan setengah binatang.

Barangsiapa akalnya bisa menguasai nafsunya, ia menjadi lebih mulia daripada malaikat. Barangsiapa nafsunya mengalahkan akalnya, ia sungguh lebih rendah daripada binatang.

Malaikat selamat karena pengetahuannya, binatang selamat karena ketidaktahuannya, dan di antara keduanya manusia terus berjuang.

Sebagian manusia mengikuti inteleknya sampai batas mereka menjadi malaikat. Merekalah para nabi dan para wali. Sebagian manusia lain dikuasai nafsu nafsunya sehingga mereka benar-benar menjadi binatang. Sementara sisanya terus berada dalam pergulatan antara intelek dan nafsu. Merekalah orang mukmin yang ditunggu para wali untuk dibawa menuju tingkatan yang lebih tinggi sehingga sampai pada tingkatan orang suci.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Fathorrozi 🖊️