Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Juwita Anggun
Dian Sastro sebagai Jeng Yah memakai kebaya janggan hitam dalam serial Gadis Kretek. (instagram.com/therealdisastr)

Gadis Kretek, serial original Indonesia pertama di Netflix sudah tayang pada tanggal 2 November 2023 lalu. Serial yang diadaptasi dari novel fiksi sejarah berjudul sama persis, karya Ratih Kumala ini sudah menayangkan keseluruhan total episodenya yang berjumlah 5 episode. Serial Gadis Kretek ini berhasil menyita perhatian publik dan ramai diperbincangkan di media sosial, termasuk kebaya dari Jeng Yah (Dasiyah) yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo.

Bagaimana tidak, outfit sosok Jeng Yah di serial Gadis Kretek itu sangat sederhana, hanya mengenakan kebaya berwarna monokrom, hitam atau putih, tetapi tetap terlihat anggun, tegas, dan elegan. Kebaya tersebut dikenal sebagai Janggan. Untuk mengenal lebih luas soal busana tradisional elegan ini, yuk kita bahas bersama kebaya Janggan yang dikenakan oleh Dian Sastrowardoyo.

Sejarah Kumunculan Kebaya Janggan

Dian Sastro sebagai Jeng Yah mengenakan kebaya janggan hitam sedang meracik ramuan saus kretek.(instagram.com/netflixid)

Secara historis, kebaya ini muncul pada masa akhir Perang Diponegoro, sekitar tahun 1830-an. Kebaya janggan memiliki ciri khas kerah tinggi seperti kerah shanghai tapi bukan, posisi kancing menyamping ke kiri, dan diketahui bahwa model kebaya janggan ini juga diadopsi dari model seragam militer Eropa pada kala itu.

Dilansir oleh situs Kebaya Goes to UNESCO, istri Pangeran Diponegoro yaitu Ibu Ratna Ningsih sering kali mengenakan kebaya janggan ini. Beliau menyembunyikan patrem (senjata keris putri) di balik kebaya janggannya itu, ketika mendampingi sang suami berperang melawan Belanda.

BACA JUGA: Ulasan Novel Penaka, Berubah Wujud untuk Mempertahankan Pernikahan

Pantas saja, kebaya ini memiliki makna ketegasan dan keberanian karena sudah dipakai oleh para pejuang kita dalam memerdekakan Indonesia melawan para penjajah pada saat itu.

Nilai Filosofis Kebaya Janggan

Dian Satro sebagai Jeng Yah mengenakan kebaya janggan hitam di serial Gadis Kretek.(instagram.co/netflixid)

Dilansir oleh keraton.perpusnas.go.id, kata “janggan” berasal dari kata “jangga” yang berarti “leher”. Kebaya janggan ini memiliki bentuk seperti pakaian surjan (jas laki-laki khas Jawa dengan kerah tegak tinggi menutup area leher).

Sama halnya dengan pakaian surjan yang memiliki nilai filosofis sebagai pakaian takwa, kebaya janggan juga memiliki makna filosofis yang menunjukkan ketakwaan, ke-Ilahi-an (ke-Tuhan-an), keindahan, dan kesucian kaum perempuan.

Warna hitam pada kebaya janggan ini pun melambangkan ketegasan, keberanian, dan kesederhanaan seorang putri. Motif kain yang biasa digunakan adalah kembang/bunga batu walaupun terkadang ada juga yang menggunakan kain polosan saja.

Namun, sejak dulu dalam pembuatannya, kain untuk kebaya janggan tidak boleh menggunakan kain brukat/brokat. Walaupun ternyata sudah ada sejak zaman dahulu, kebaya janggan kembali populer setelah pakaian ini menjadi reguler outfit Dian Sastro dalam serial Gadis Kretek.

Pada saat ini, kebaya janggan menjadi reguler outfit untuk para abdi dalem Kraton Yogyakarta atau yang biasa disebut estri punakawan. Para abdi dalem ini sudah menggunakan kebaya janggan sejak dahulu, karena pakaian kebaya janggan merupakan salah satu warisan dan pakaian adat tradisional Kraton Yogyakarta.

Begitulah sekilas sejarah dan makna filosofis dari kebaya janggan. Bagaimana? Apakah kamu tertarik juga untuk memiliki kebaya janggan, agar vibes nya seperti Jeng Yah atau bahkan Ibu Ratna Ningsih? 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Juwita Anggun