Film nasionalisme sejarah Indonesia "Tanah Air Beta", yang rilis pada 17 Juni 2010, adalah buatan dari Alenia Pictures yang disutradarai oleh Ari Sihasale, dengan naskah cerita yang ditulis oleh Armantaro. Film ini diadaptasi dari sebuah novel yang berjudul yang sama, yakni "Tanah Air Beta" karya dari Sefryana Khairill.
Film nasionalisme ini menceritakan tentang tokoh bernama Merry, seorang gadis berusia 10 tahun, sedang mencari kakaknya yang terpisah pada saat tragedi konflik di wilayah Timor Timur.
Pada awal film, ditayangkan Merry tinggal bersama ibunya seorang diri. Pada kejadian perpecahan antara Timor Timur dengan Indonesia tersebut membuat Merry kehilangan kakaknya yang bernama Mauro dan pamannya yang terjebak di perbatasan Timor Timur.
Scene berpindah menunjukkan seseorang yang bernama Tatiana datang untuk menjalankan tugasnya menjadi seorang guru di kampung tempat tinggal Merry, guru tersebut dibantu oleh seorang penduduk kampung lain di sana yang bernama Abu Bakar. Pada film tersebut digambarkan bahwa kehidupan di kampung tersebut sedang tidak baik-baik saja.
Pada suatu hari Tatiana mendapatkan kabar bahwa ada seorang relawan yang akan datang. Mendapat kabar baik itu, Tatiana bergegas menemui sang relawan tersebut bersama rekannya Abu Bakar.
Akan tetapi, di saat Tatiana dan Abu Bakar menemui relawan tersebut, Tatiana menemukan ada beberapa kejanggalan yang timbul saat relawan itu datang.
Ulasan:
Sayangnya, pada film ini tidak menyuguhkan tayangan mengenai nasionalisme, seperti yang ditunjukkan pada tayangan film terdahulu mereka, seperti Merah Putih. Pada film ini hanya ditayangkan mengenai konflik yang terjadi di Indonesia, itu pun tidak semua dibahas dalam film ini.
Pada pertengahan alur cerita, Merry memiliki keinginan untuk bertemu dengan kakaknya. Karena keinginan tersebut Merry melakukan sebuah perjalanan bersama teman dekatnya Carlo untuk pergi menemui kakak kandungnya.
Pada saat tayangan inilah film ini kehilangan alur ceritanya. Hal tersebut dikarenakan banyak tokoh penting yang dihilangkan pada tayangan tersebut dan ada beberapa alur cerita yang dirasa penonton terasa gantung dan hilang arah.
Namun, di balik dari kekurangan yang disebutkan di atas, film ini memiliki sisi positif, yakni mengambil latar tempat dengan nuansa alam Nusa Tenggara Timur yang indah dan sinematografi yang keren, membuat film ini memiliki kesan tersendiri buat para penonton.
Pada film ini juga ditayangkan betapa sedihnya tragedi konflik kejadian masa lampau Indonesia, sehingga mengingatkan kita supaya lebih menghargai antar sesama manusia.
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'A Time For Mercy', Menekuni Semesta Kepolisian yang Unik
-
Ulasan Buku 'The Light We Carry', Persepsi dari Perempuan Afrika-Amerika
-
Ulasan Buku 'Ready Player Two'; Teknologi Masa Kini yang Semakin Canggih
-
Ulasan Buku Friends, Lovers, and The Big Terrible Thing Karya Matthew Perry
-
Ulasan Buku 'Fairy Tale', Kekuataan Horror yang Bikin Bulu Kuduk Merinding
Artikel Terkait
-
Jesse Eisenberg Resmi Jadi Sutradara Film Musikal Bergenre Komedi
-
4 Film Karya Kamila Andini, Sutradara yang Sindir Kemenbud
-
Dibintangi Atiqah Hasiholan, Film Terkutuk Bakal Tayang di 5 Negara
-
Intip Kekayaan Fadli Zon, Rekan Kerja Giring Ganesha Diduga Kena Sindir Kamila Andini gegara FFI
-
Nantikan! Ji Seung Hyun dan Jung Hye Sung Siap Menghibur di Film Aksi Komedi Baru
Ulasan
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
-
Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
-
Hakikat Kebebasan, Novelet Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub
-
Ulasan Buku Struktur Cinta Yang Pudar, Melawan Kenangan yang Perih
Terkini
-
Akui Man City Sedang Rapuh, Pep Guardiola Optimis Pertahankan Gelar Juara?
-
Laris Banget! Lagu 'Tak Segampang Itu' Tembus 500 Juta Streams di Spotify
-
Motor M1 Masih Bermasalah, Yamaha Minta Maaf ke Alex Rins
-
Berjaya sebagai Pembalap, Berapa Total Kekayaan Marc Marquez?
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo