Film 172 Days resmi tayang di bioskop pada 23 November 2023. Sebelumnya saya ingin mengingatkan bahwa tulisan ini mengandung spoiler. Jadi bagi yang belum nonton, silahkan nonton terlebih dahulu.
Film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama, 172 Days. Novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata Nadzira Shafa. Saya awalnya juga tidak tahu beliau ini siapa.
Namun, setelah cari tahu di Google ternyata Zira adalah istri dari mendiang seorang Amer Azzikra, dai sekaligus putra almarhum Ustaz Arifin Ilham.
Jadi mereka sebenarnya cukup terkenal. Nggak heran saat saya menonton film ini di bioskop, banyak sekali ibu-ibu sosialita yang turut memborong kursi.
Sudah dari kisah nyata, endingnya sama persis seperti yang ada pada novel, dan anehnya film ini tetap sukses membuat penonton terpontang-panting antara rasa iba dan bahagia.
Kisah cinta 172 Days sangat tidak relate dan sulit digapai. Tapi ya gimana? Kisah ini nyata dan nasib orang kan beda-beda. Nah berikut ulasan pribadi saya tentang film 172 Days karya sutradara Makmum (2019), Hadrah Daeng Ratu.
Isu bunuh diri
Sangat disayangkan, belakangan ini ada banyak kasus anak muda yang bunuh diri. Sejak awal film dimulai, penonton disuguhkan adegan Zira sedang mabuk-mabukan dalam sebuah klub malam.
Saking pusingnya karena berada di bawah pengaruh alkohol, Zira memecahkan cermin dan mencoba bunuh diri dengan menyayat nadi di tangannya.
Setelah dirawat di rumah sakit, sang kakak mengatakan bahwa dia heran dengan anak muda zaman sekarang yang dikit-dikit butuh healing, seperti cuman anak muda saja yang punya masalah. Gimana? Sudah merasa tertampar kenyataan?
Ada juga adegan teman Zira yang bernama Niki ingin melompat dari atas gedung mal karena pacarnya tidak mau tanggung jawab setelah bikin dia hamil.
Zira sontak langsung menenangkan temannya dan alhasil temannya tidak jadi meninggoy. Film ini mengandung banyak pelajaran yang dikemas secara halus menggunakan alur maju yang sangat mulus.
Isu pernikahan dini
Alur dari film ini sangat cepat. Dialog juga tidak terlalu banyak. Film ini terkesan buru-buru. Transisi antar adegan dikemas dengan singkat, padat, jelas, dan tidak bertele-tele.
Premis dari film ini adalah pernikahan Zira yang dilakukan secara tiba-tiba lewat proses taaruf. Jujur di sini saya sebagai wanita jadi berangan-angan punya pacar ustaz, hehe.
Secara tidak langsung banyak adegan yang memperlihatkan kelas ekonomi menengah ke atas. Secara nggak langsung, Ameer telah mengedukasi anak muda bahwa sebelum menikah haruslah punya penghasilan dan iman yang cukup untuk memimpin rumah tangga. Akting Bryan Domani sukses bikin pangling dan bikin dia jadi idaman para wanita.
Tidak hanya pemeran utama, pemeran pendukung seperti Intan dan Abun juga sukses membuat penonton gregetan ingin cepat menyatukan mereka.
Namun sangat disayangkan, pemeran Niki yang dibintangi Amara Sophie tidak diberikan porsi yang cukup untuk menjelaskan mau dibawa ke mana nasib si Niki ini. Kehadirannya terkesan mengganggu karena penonton jadi bingung mau sebel atau kasihan.
Tetapi terlepas dari kekurangan itu, chemistry antara Bryan dan Yasmin sukses bikin penonton baper.
Isu keguguran
Judul 172 Days mengartikan bagaimana hitam putih rumah tangga Zira dan Ameer. Pernikahan mereka masih tergolong berumur dini.
Zira sempat dikaruniai anak, namun takdir belum membolehkan mereka untuk mendapat sang buah hati. Film ini menggambarkan bagaimana sulitnya seorang ibu saat menerima fakta dirinya belum bisa memiliki anak.
Saat banyaknya berita perempuan yang sengaja menggugurkan anak mereka, film ini hadir untuk memberikan perspektif yang berbeda.
Dari yang awalnya sangat terpukul, lama kelamaan Zira menjadi tabah dengan mengikuti pengajian serta suaminya yang tetap mencintainya dengan tulus sepenuh hati.
Ameer juga membuat penonton kagum atas keputusannya untuk tidak poligami. Meski istri tidak kunjung memberi sang buah hati, cinta Amer pada Zira tetap abadi.
Terlepas dari itu semua, karena film ini bersumber dari kisah nyata, maka tidak heran isu-isu yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan kita. Meskipun nyatanya sulit untuk merealisasikan harapan mendapatkan pasangan seperti Zira dan Ameer.
Ending dari film ini memaksa penonton untuk legowo menerimanya. Yasmin Napper berhasil mengaduk perasaan penonton hingga bikin banjir air mata. Film ini membungkus segala permasalahan dengan asyik sehingga sukses mendidik para penonton. Tertarik nonton filmnya?
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Review Film Chicken for Linda!, Animasi Prancis Penuh Tawa dan Kehangatan Raih Banyak Penghargaan
-
Review Film Betting with Ghost, Ketika Penjudi Berurusan dengan Hantu
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Review Film Hotel Pula, Ketika Trauma Perang Memengaruhi Kehidupan Seseorang
-
Review Film Gladiator II, Tekad Lucius Bangun Ulang Kejayaan Roma
Ulasan
-
Ulasan Buku 'Bukan Dunia yang Keras, Mungkin Kita lah yang Terlalu Lunak'
-
Warung Ayam Mekik, Destinasi Kuliner Klasik di Kota Jambi
-
Ulasan Buku Berani Bahagia, Raih Kebahagiaan Lewat Nalar Psikologi Sosial
-
Cafe Layri: Pesona Bali dan Rasa Nusantara di Kota Jambi
-
Ulasan Buku Do It Today: Belajar untuk Tidak Menunda-Nunda Pekerjaan
Terkini
-
Dear STY, Jangan Lakukan Eksperimen Jika Ingin Menang Lawan Arab Saudi
-
Terungkap! Ini Alasan Timnas Indonesia Terus Main di GBK Meski Kondisinya Buruk
-
Moon Ga Young Konfirmasi Bintangi Drama Baru Bersama Lee Jong Suk
-
Tingkatkan Kompetensi, Polda Jambi Gelar Pelatihan Pelayanan Prima
-
Kevin Diks Absen Lawan Arab Saudi, Sandy Walsh Opsi Terakhir Bek Kanan?