Perasaan iri dan kecewa karena saudara lebih diperhatikan biasanya dirasakan oleh orang-orang yang memiliki saudara kandung lebih unggul dibandingkan dirinya. Hal ini pula yang dialami oleh salah satu tokoh yang ada di buku 'Denting Piano Adante' ini.
Identitas Buku
Judul Buku: Denting Piano Adante
Penulis: Windra Yuniarsih
Penerbit: Bhuana Sastra
Jumlah Halaman: 228 Halaman
Sinopsis Cerita
Satu demi satu memori terbungkus melodi. Denting piano anak laki-laki itu seolah membuatku terbang ke langit yang tinggi. Dan menatap lebih jauh kesedihan dan harapan yang kadang bersisian.
Begitu banyak yang ingin aku sembunyikan, bahkan dari diriku sendiri. Hingga tanpa sadar, aku menghapus kenangan satu persatu hingga tak tersisa satu pun.
Ulasan Cerita
Bagian awal buku ini sudah membahas tentang kematian. Bab pertama dibuka dengan cerita ketika dua kakak beradik harus menerima kenyataan bahwa ayah mereka telah pergi meninggalkan mereka berdua untuk selamanya.
Bisa dibilang buku ini memiliki cerita yang melankolis, karena hampir secara keseluruhan membahas tentang hal-hal yang menyedihkan. Sosok Adante dalam buku ini digambarkan sebagai seorang laki-laki remaja yang senang bermain piano.
Suatu ketika, ia mendapatkan bayangan tentang seorang anak kecil yang tengah duduk dan memainkan piano. Ia tidak tahu siapa atau apa makna dari bayangan tersebut.
Menurutku pribadi, buku ini termasuk ‘page turning’. Aku hanya perlu waktu kurang dari satu hari untuk menyelesaikannya karena memang gaya bahasanya yang mengalir dan cocok denganku, ditambah jumlah halamannya yang tidak terlalu banyak.
Alurnya memang sedikit membuat bingung, apalagi di awal-awal. Ada banyak misteri juga yang membuat penasaran, tapi justru ini termasuk salah satu daya tariknya. Pembaca jadi merasa penasaran dan tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Adante ternyata memiliki seorang saudara kembar yang sangat identik dengannya, bernama Denting. Seperti disinggung di atas, ada kecemburuan dan perasaan iri yang tumbuh di antara kedua saudara kembar ini.
Singkat cerita, karena suatu peristiwa, Denting dan Adante bertukar peran, hingga akhirnya Denting hidup sebagai Adante dan melupakan segala hal tentang saudara kembarnya tersebut. Mereka juga akhirnya hidup terpisah, membuat Denting yang kini hidup sebagai Adante jadi ‘lupa ingatan’ siapa sebenarnya dirinya.
Pesan moral yang bisa aku ambil dari cerita ini adalah kita harus bisa saling menghargai dan terbuka. Adante dan Denting pada akhirnya bisa berdamai dengan diri mereka masing-masing dan kembali menerima satu sama lain.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ikuti Perjalanan Hampa Kehilangan Kenangan di Novel 'Polisi Kenangan'
-
3 Novel Legendaris Karya Penulis Indonesia, Ada Gadis Kretek hingga Lupus
-
Geram! Ayu Ting Ting Semprot Netizen yang Hujat Bilqis Nyanyi Lagu Korea
-
Haji Faisal Akui Sempat Syok dengan Konten Atta Halilintar yang Disebut Netizen Sentil Fuji
-
Outfit Bandara Seowon UNIS Jadi Sorotan, K-netz Perdebatkan Usia Debut
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Buku Make It Happen, Now! Panduan Perencanaan Finansial Keluarga
-
Ulasan Novel Notes on an Execution: Catatan Terakhir Seorang Terpidana Mati
-
Review Film The Bad Guys 2: Kombinasi Sempurna Antara Aksi dan Komedi!
-
Novel Onwards and Upwards: Perjalanan Wanita Paruh Baya Menemukan Harapan
-
Review Film The Girl with the Needle: Sepi yang Menjerat Begitu Kejamnya
Terkini
-
Komunitas Buku sebagai Safe Space: Pelarian dari Kegaduhan Dunia Digital
-
Ceria dan Penuh Energi, NCT Wish Siap Warnai Dunia Lewat Lagu Baru 'Color'
-
OOTD Gaeul IVE: 4 Gaya Kasual yang Fleksibel Buat Segala Momen
-
Bukan Lagi Panjat Pinang, Begini Cara Gen Z Rayakan HUT RI di Era Digital
-
4 Serum Buah Peach yang Bantu Kulit Auto Glowing dan Skin Barrier Kuat!