Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | MELSA FIRNANDA
dokumentasi video edukasi (youtube/@fran cisca)

Dikutip dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), menyatakan bahwa pada tahun 2022, satu dari 20 (sekitar 5,5%) remaja di Indonesia pernah didiagnosa mengalami gangguan mental, termasuk PTSD. Dengan prevalensi PTSD di kalangan remaja sebesar 0,5%.

Dikutip dari buku 'Diagnostic and Statistical manual Of Mental Disorders' yang ditulis oleh American Psychiatric Association, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) lebih terkait dengan respons terhadap pengalaman trauma, seperti kejadian berbahaya atau traumatis, dan bukan sekadar rasa takut terhadap benda atau objek tertentu. PTSD melibatkan reaksi yang melampaui respons emosional biasa terhadap trauma, mencakup gejala seperti kilas balik, mimpi buruk berulang, dan peningkatan kepekaan terhadap situasi yang mengingatkan pada pengalaman traumatis serta gejala yang dirasakan harus berlangsung selama 1 bulan atau lebih.

BACA JUGA: Review Anime 'Charlotte', Kekuatan Super pada Masa Remaja

Rasa takut terhadap benda atau objek tertentu yang berbahaya dapat lebih terkait dengan gangguan kecemasan atau yang memiliki karakteristik sendiri dan umumnya tidak dianggap sebagai bentuk PTSD. Sementara trauma dapat memicu berbagai respon emosional, dan PTSD sendiri lebih berfokus pada dampak psikologis dari pengalaman traumatis yang lebih luas. 

Berdasarkan hasil penelitian  yang dilakukan oleh Giacco, dkk (2013) dalam jurnal yang ditulis oleh Endiyono dan kawan-kawan yang berjudul 'Gambaran Post-Traumatic Stress Disorder Korban Bencana Tanah Longsor di Dusun Jemblung Kabupaten Banjarnegara', dan dirilis pada laman Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, menyatakan bahwa gangguan PTSD berkaitan erat dengan penurunan kualitas hidup seseorang. 

Video edukasi ini ditujukan kepada masyarakat umum khususnya pada rentang usia 15 hingga 40 tahun dengan tujuan untuk meluruskan kesalahpahaman masyarakat mengenai PTSD. 

BACA JUGA: Hidden Farm, Tempat Nongkrong Unik ala Pedesaan yang Syahdu di Bandung

Dalam video edukasi mengenai PTSD telah menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat. Melalui serangkaian video edukasi kami ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang gejala, penanganan, serta dukungan yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami PTSD. Kegiatan ini juga melibatkan informasi dari ahli dalam bidang kesehatan mental dan sumber sumber yang telah valid memberikan informasi terkini serta menyediakan ruang untuk diskusi yang mendalam mengenai pentingnya perhatian terhadap kesehatan jiwa terutama terkait PTSD.

Terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam pemahaman masyarakat mengenai Post-Traumatic Stress Disorder setelah video edukasi mengenai Post-Traumatic Stress Disorder kami di unggah di media social. Beberapa penonton menyebutkan bahwa video edukasi ini membantu, sangat informatif dan mampu mengurangi stigma negatif dan kesalahpahaman seputar Post-Traumatic Stress Disorder, serta memberikan wawasan berharga untuk mendukung individu yang terkena gangguan ini.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

MELSA FIRNANDA