Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Athar Farha
Film Panggonan Wingit (Instagram/hitmakestudios)

Film horor Indonesia terbaru, "Panggonan Wingit," menggambarkan kengerian supernatural dan misteri kelam yang menghantui Hotel Ambar Mangun. Berdasarkan kejadian nyata di hotel Semarang. Film ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto dan diproduksi oleh Rocky Soraya melalui Hitmaker Studios, film ini menjadi sebuah perjalanan intens yang melibatkan Luna Maya sebagai Raina dan Christian Sugiono sebagai Ardo.

Raina dan adiknya, Fey, memulai perjalanan mereka dari Jakarta ke Semarang untuk mengelola Hotel Ambar Mangun, warisan ayah mereka yang dipercayakan pada nenek dan kakek mereka, Suktini dan Garinto. Namun, kedamaian mereka terganggu ketika Raina, pada suatu malam, mendengar suara tangisan dari lantai tiga, dari sebuah kamar misterius, yang selama ini dihindari oleh semua orang.

Ketika Raina membuka pintu kamar tersebut, dia secara nggak sengaja melepaskan kekuatan gaib yang mengancam nyawanya. Muncullah sosok wanita berkulit putih dan berambut putih yang meramalkan kematian Raina dalam tiga hari saat tengah malam. Bersama Ardo, mantan pacarnya yang seorang jurnalis, Fey, Suktini, dan Garinto, Raina, mereka terjebak dalam serangkaian misteri masa lalu yang menakutkan.

Dengan waktu yang terus berjalan, mereka berusaha mengungkap rahasia di balik Panggonan Wingit dan mencari cara untuk menghindari takdir tragis yang menanti mereka. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke dalam labirin kegelapan, mengungkapkan kisah-kisah terkubur dan menguji ketahanan mereka secara fisik maupun mental.

Ulasan:

Film "Panggonan Wingit" terasa seperti hanya menjual tagline horror tersadis tanpa mampu memberikan kedalaman sebagus film-film horor sebelumnya, yang sama-sama diproduksi oleh Hitmaker Studios. Meskipun menyajikan elemen sadis, tapi keseluruhan naratif nggak sekuat karya-karya sebelumnya.

Kemunculan Christian Sugiono dan Luna Maya, meski telah berkolaborasi dalam beberapa film sebelumnya, ternyata yang kurasakan dalam film ini, mereka agak kurang menciptakan chemistry yang kuat. Mungkin, dikarenakan latar belakang status hubungan karakter yang mereka bawakan, sih. Dinamika antara keduanya terasa canggung, dalam hal ini canggung pada aktingnya, ya, bukan canggung sebagai duo karakter dengan sepenggal masa lalunya. 

Terlepas dari itu, aspek desain produksi dan detail visual film ini patut diacungi jempol. Setiap detail tampak begitu terjaga, memberikan nuansa yang mendalam pada setiap adegan. Kesempurnaan visual film ini yang cukup aja, sih, mampu menciptakan suasana yang mendukung atmosfer horor, membuatnya jadi estetis.

Jumpscare yang dihadirkan dalam film ini tetap mampu mengejutkan dan menciptakan ketegangan, tetapi tampaknya itu saja nggak cukup untuk mengangkat tingkat horor film ini. Yang ngeselin, tuh, beberapa adegan yang menjanjikan di trailer ternyata dihapus, entahlah, yang jelas dan pastinya studio punya pertimbangan sendiri. 

Secara keseluruhan, menurut penilaianku, skor film ini 6,5/10. Yes! Karena nggak bisa dianggap sebagai film horor yang sangat menakutkan ataupun tersadis, seperti yang digaungkan. Jangan lupa nonton film ini! 

Athar Farha