Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Buku 'Stop Pikun di Usia Muda'.[Dok. pribadi/ Sam Edy]

Pikun termasuk jenis penyakit yang biasanya menimpa orang yang sudah lanjut usia. Namun jangan sampai kita lengah, karena orang yang masih berusia muda juga bisa terkena penyakit yang menakutkan ini. 

Penyakit ini masih sulit ditemukan obatnya. Namun bisa dicegah sedini mungkin. Sejak usia muda. Bahkan sejak masih berupa janin di dalam kandungan. Oleh karena itulah kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab seseorang mengalami kepikunan.

Dalam buku ‘Stop Pikun di Usia Muda’ dijelaskan bahwa penyakit pikun lebih banyak dialami oleh lanjut usia, tetapi tidak menutup kemungkinan dialami oleh usia muda. Namun, fakta terpenting yang harus diketahui adalah seberapa pikun otak kita di usia senja sangat tergantung kepada perilaku kita saat masih muda. Bahkan, kondisi saat janin dan bayi sangatlah berpengaruh terhadap otak kita di usia lanjut. 

Perlu ditekankan bahwa kepikunan sering kali merupakan akumulasi dari kebiasaan buruk selama bertahun-tahun sehingga seberapa muda pun usia Anda, perilaku Anda saat ini sangat berpengaruh terhadap otak Anda di usia senja. Dalam penelitian Llewellyn, Kuzma, dkk. dalam jurnal JAMA 2018 dijelaskan bahwa gaya hidup berperan signifikan menyebabkan demensia Alzheimer dan meningkatkan risiko demensia lainnya (hlm. 1-2).

Pikun berkaitan erat dengan fungsi otak yang terganggu. Otak manusia terganggu karena disebabkan banyak hal. Misalnya stres terlalu banyak beban masalah yang tak terpecahkan, kurang tidur, minum obat-obatan dalam jangka waktu lama, dan lain sebagainya. 

Seseorang yang kurang tidur akan mengalami penurunan fungsi otak dan perubahan pada suasana hati. Fungsi otak yang paling banyak berpengaruh akibat kurang tidur adalah atensi, konsentrasi, dan memori (hlm. 37).

Orang yang pernah mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan kepala terbentur juga perlu diwaspadai. Karena kepala yang terbentur dengan keras, apalagi sampai menimbulkan luka yang serius, dapat menjadi penyebab kepikunan di kemudian hari.

Dalam buku ini diungkap, cedera kepala, terutama pada kasus yang berat, dapat menjadi faktor risiko berkembangnya penyakit kepikunan. Penelitian pada populasi di Denmark yang pernah menderita cedera kepala mengemukakan bahwa angka kejadian demensia meningkat pada cedera kepala berat dibandingkan yang ringan. 

Cedera kepala berat yang disertai retak atau patah tulang kepala berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan cedera kepala berat tanpa keretakan tulang. Semakin muda saat terkena cedera juga berisiko lebih tinggi terkena demensia dibandingkan cedera saat usia lebih lanjut (hlm. 39).

Rajin berolahraga adalah salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah kepikunan. Dalam buku ini diterangkan, fakta penelitian menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya mempertahankan dan memperbesar otot kita, tetapi juga meningkatkan ukuran hipokampus yang merupakan pusat kognitif dan memori kita. 

Buku yang ditulis oleh Yuda Turana (Gramedia, edisi baru, 2020) ini menyajikan berbagai fakta ilmiah serta menjawab beragam pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pola hidup sehat demi memperkuat fungsi memori otak kita. Sebuah buku yang sangat bermanfaat dan layak dibaca. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Sam Edy