Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Agus Siswanto
Suasana ritual Keraton Yogyakarta di Batu Cepuri Pantai Parangkusumo (visitingjogja.jogjapriv.go.id)

Bagi Masyarakat sekitar Yogyakarta, Pantai Parangkusumo jauh mempunyai nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan Parangtritis. Banyak hal-hal yang bersifat mistis ada di pantai ini.

Secara letak, Pantai Parangkusumo bersebelahan dengan Pantai Parangtritis. Sehingga kalau kita berjalan ke arah timur, kita sudah masuk wilayah Pantai Parangtritis, tidak ada pagar yang memisahkan.

Keberadaan mistis yang ada di Pantai Parangkusumo sangat berkaitan erat dengan Keraton Yogyakarta. Berbagai ritual penting termasuk labuhan dilakukan di pantai ini. Sehingga pada tanggal 1 Sura atau Muharram, pantai ini menjadi pusat kegiatan ritual kraton.

Bagi masyarakat umum kegiatan ritual secara perorangan ataupun kelompok pun kerap terjadi. Biasanya mereka melakukan kegiatan tersebut pada malam Selasa Kliwon ataupun Jumat Kliwon. Ritual yang dilakukan pun beragam.

Satu situs yang paling menarik di Pantai Parangkusumo adalah Batu Cepuri. Menurut Widodo, salah seorang juru kunci Cepuri diyakini sebagai pintu masuk ke Keraton Kidul.

“Cepuri Parangkusumo itu dipercaya sebagai pintu gerbang menuju Keraton Kidul,” ungkap Widodo. Keraton Kidul adalah sebutan untuk istana Ratu Kidul.

Dalam keyakinan Masyarakat Yogyakarta, Batu Cepuri adalah tempat pertemuan antara Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam dengan Ratu Kidul. Batu sebelah utara yang lebih besar merupakan tempat duduk Ratu Kidul, sedangkan batu sebelah Selatan tempat duduk Panembahan Senopati.

Cepuri Parangkusumo sendiri adalah bangunan berwujud pagar keliling yang berwarna putih.  Di dalamnya terdapat 2 gundukan batu. Batu hitam yang besar dinamakan Selo Ageng, sedangkan yang kecil dinamakan Selo Sengker. Kedua batu itu dinamakan Watu Gilang oleh Masyarakat setempat.

Panembahan Senopati yang saat itu masih bernama Danang Sutawijaya tengah semedi untuk menambah kesaktiannya.

Dalam situasi tersebut, secara mendadak terjadi badai yang merusak pantai. Hal ini mendorong keluarnya Ratu Kidul. Singkat cerita terjadi dialog antara keduanya, hingga tercipta sebuah ‘kontrak politik’ dengan Ratu Kidul. Kontrak itu adalah kontrak pendirian Kerajaan Mataram Islam.

Kejadian inilah yang menjadi cikal bakal munculnya batu Cepuri tersebut. Berkaitan dengan kesakralan tempat tersebut, maka tidak mengherankan kerap tercium bau kemenyan atau bunga di sekitar tempat tersebut. Kemenyan dan bunga tersebut digunakan saat oranf-orang melakukan ritual.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Agus Siswanto