A Perfect Fit menjadi film pertama hasil kolaborasi Starvision dengan Netflix Indonesia dengan konsep yang cukup unik, yaitu membawakan budaya Bali.
Film yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu ini berhasil menampilkan budaya Bali mulai dari bahasa, tradisi adat istiadat serta ritual yang kental.
Hal yang buat saya kagum lagi adalah para aktor dan aktris yang tampil sangat piawai menggunakan bahasa Bali. Mereka sangat totalitas membawakan tema Bali pada film ini.
Tayang pada tahun 2021, Film ini mendatangkan aktor dan aktris populer mulai dari Nadya Arina, Refal Hady, Giorgino Abraham, Laura Theux serta Anggika Bolsterli.
Tidak hanya itu, aktor aktris senior juga ikut meramaikan mulai dari Karina Suwandhi, Unique Priscilla dan Christine Hakim. Semuanya berhasil tampil dengan logat bahasa Bali.
Ulasan film A Perfect Fit
Seperti yang telah saya bilang sebelumnya, konsep film ini adalah kolaborasi roman komedi dengan budaya Bali. Saya bisa menilai kolaborasi ini adalah ide yang luar biasa brilian karena jarang ada film yang mau membawa kebudayaan daerah sekental itu.
Adegan pada film banyak menampilkan tradisi dan ritual masyarakat Bali sehingga penonton diperkenalkan oleh budaya daerah ini yang unik dan sakral.
Selanjutnya, saya akan masuk mengulas ceritanya, ya. Ini adalah perjuangan cinta antara fashion blogger dengan pengusaha sepatu.
Saski adalah tokoh utama yang merupakan fashion blogger dan diperankan oleh Nadya Arina. Sedangkan pengusaha sepatu adalah laki-laki yang berhasil memikat hati Saski dan diperankan oleh Refal Hady.
Cerita bermula dari Saski mengikuti ramalan dari Bu Handra yang diperankan oleh Christine Hakim. Cara meramalnya pun cukup unik dengan menggunakan cara menutup mata dengan bulu burung dan berputar 3 kali hingga bertemu takdirnya di depan toko milik pengusaha sepatu yang bernama Rio.
Meski telah berpacaran dengan anak bangsawan, Saski tidak bisa menahan perasaannya yang telah jatuh cinta dengan Rio pada saat pertama kali bertemu.
Saski dan Rio memang sempat menghabiskan waktu jalan bersama. Namun, di tengah perjalanan dia dihadangkan oleh tuntutan keluarga pacar dari bangsawan bali yang bernama Deni yang diperankan Giorgino Abraham.
Ibu Saski yang sakit selama ini dapat bertahan hidup karena bisa dapat pengobatan dari biaya yang dikasih oleh keluarga Deni.
Di sisi lain, Deni juga haus akan kekuasaan karena jika mampu menikahi Saski, dia akan mendapat harta warisan ayahnya karena ayahnya yang ingin dia menikahi Saski.
Perjuangan cinta mereka berdua semakin sulit hingga harus menahan rasa sakit. Rasa sakit itu ditambah lagi dengan Rio yang dijodohkan oleh anak teman ibunya yang seorang pengusaha sukses di bidang industri kreatif.
Alur cerita yang rumit membuat cerita lebih menarik karena menggambarkan cinta yang dihambat oleh budaya dan keluarga. Sang sutradara berhasil menampilkan itu dalam film ini dengan cukup jelas.
Masih ada yang membuat saya kagum dengan film satu ini, yaitu filosofi sepatu yang dikorelasikan dengan hubungan cinta. Sepatu adalah benda yang akan menjadi alat bagi kaki manusia untuk berjalan menuju tujuan perjalanan kita ke mana pun itu.
Jadi, mencari sepatu itu seperti mencari cinta sejati karena harus memilih yang sesuai dan cocok agar bisa digunakan untuk menapaki jalan kehidupan selanjutnya. Jika tidak cocok, maka sepatu juga akan membuat tidak nyaman sama halnya saat menemukan pasangan yang ternyata tidak cocok.
Mungkin cukup sekian ulasan dari saya untuk film A Perfect Fit. Bagi kamu yang sedang mencari film yang membawa kebudayaan lokal, film ini cocok dijadikan daftarmu untuk menonton film karena selain komedi dan romantisnya bagus, film ini mampu mempresentasikan keindahan budaya masyarakat Bali.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Di Balik Dinding Akademik: Kampus dan Luka yang Tak Terlihat
-
Mindful Eating atau Makan Sambil Scroll? Dilema Makan Sehat dan Screen Time
-
Di Balik Tren Quiet Quitting: Tanda Karyawan Lelah atau Perusahaan Gagal?
-
Review Series Furies, Perjuangan Seorang Mahasiswi Bertahan Hidup di Dunia Mafia
-
Swipe Suka, Hati Luka: Menelisik Lelah Emosional dari Dunia Kencan Digital
Artikel Terkait
-
Review Film The Holdovers, Eksplorasi Sentimental yang Menyentuh Hati
-
6 Cara Loh Ki Wan Bertahan Hidup di Belgia Demi Status Pengungsi
-
Exhuma Raih 4 Juta Penonton, Lee Do Hyun Ucap Terima Kasih dari Militer
-
Review Film Mendung Tanpo Udan, antara Romansa dan Realita
-
Ikonik, 4 Film yang Diperankan Leonardo DiCaprio sebagai Tokoh Antagonis
Ulasan
-
Review Film Angkara Murka: Horor dan Kekuasaan di Balik Gelapnya Tambang
-
Ulasan Novel The Three Lives of Cate Kay: Antara Karier dan Keluarga
-
Film Komedi Kinda Pregnant, Kebohongan Kehamilan Menjadi Realita Emosional
-
6 Rekomendasi Wisata Air Terjun di Sumba, Ada yang Mirip Niagara
-
Review Film Lilo & Stitch: Live-Action yang Cuma Dibikin Ulang?
Terkini
-
Netflix Buka Suara Soal Yeji ITZY Gabung Alice in Borderland Season 3
-
4 Klub Unggas Sudah Berjaya di Tahun 2025, tapi Masih Ada Satu Lagi yang Harus Dinantikan!
-
Haechan akan Merilis Lagu The Reason I Like You, OST Second Shot At Love
-
Film Animasi KPop Demon Hunters Umumkan Jajaran Pengisi Suara dan Musik
-
Wacana BRI Liga 1 Tambah Kuota 11 Pemain Asing, Ini 3 Dampak Negatifnya