Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Cover novel Special Order (Gramedia)

Novel Special Order merupakan debut dari Alifiana Nufi dan diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama (2019). Novel setebal 272 halaman ini menceritakan perjalanan sang tokoh utama, Kanaya, selama berkecimpung di dunia kuliner, di restoran fine dining terbaik Jakarta, The Golden Dish.

Kanaya yang tidak memiliki basic kuliner tapi sangat mencintai dunia memasak, diberi kesempatan oleh Ayana, istri dari Satria, pemilik The Golden Dish, untuk menjadi Kitchen Assistant.

Seorang Executive Chef baru bernama Nando, tidak menyukai cara kerja Naya yang serba lelet, teledor, dan tidak bisa fokus.

Pada pertemuan pertama mereka, Nando menyadari bahwa Naya adalah perempuan yang menamparnya dengan map di atas KRL, karena menyangka Nando sudah melecehkannya.

Tidak ada satu pun cara kerja Naya yang bisa memuaskan Nando. Terlebih lelaki itu mengetahui bahwa Naya bisa menjadi Kitchen Assistant karena dia anak kesayangan Ayana.

Sebuah bentuk nepotisme yang dibenci Nando karena dia berkaca pada dirinya sendiri, yang merangkak dari bawah sampai bisa bekerja di The Pavilion Singapura sebelum akhirnya resign.

Nando bahkan pernah memecat Naya karena kesalahan yang diperbuat gadis itu, tapi pembelaan datang dari Ayana karena memecat karyawan bukanlah wewenang Nando. Meskipun begitu, Naya yang sadar diri tetap memilih berhenti bekerja.

“Kalian semua terlalu berlebihan memperlakukan dia. Jangankan kerja di dapur, jadi pelayan aja nggak becus! Dan sekarang kalian bela dia terus bahkan setelah anak ini menghancurkan reputasi restoran?” (Hal. 54)

Di sinilah konflik yang lebih tajam mulai timbul. Ketegangan di area dapur antara Nando versus Geng Teletubbies—yaitu empat orang kru kitchen yang menyayangkan sikap Nando yang memecat Naya—semakin membuat suasana terasa keruh hari demi hari.

Novel Special Order ini tak membutuhkan waktu lama bagi saya untuk menyelesaikannya, karena memang alurnya yang sangat cepat. Gaya bahasanya juga ringan, menyegarkan, dan banyak selipan humor, membuat tanpa terasa saya sudah tiba di halaman akhir.

Tipikal enemy to lovers atau love-hate relationship yang diusung dalam cerita, seperti lazimnya, membuat cerita mudah ditebak.

Nando yang tadinya super galak ke Naya bisa berubah perhatian. Bahkan Nando pula yang menarik Naya untuk kembali bekerja setelah memecatnya.

Karakter yang saya sukai di novel ini ternyata bukan pada karakter utamanya, tapi karakter pendukung, Geng Teletubbies yang terdiri dari Seto, Hesa, Danu, dan Erga. Abang-abangnya Naya di kitchen inilah yang menghidupkan cerita dengan segala tingkah konyol mereka.

Konflik cerita tak terlalu banyak, seputar Naya yang ingin mewujudkan keinginan almarhum ayahnya yang ingin dia menjadi guru, meskipun hatinya lebih condong ke dunia kuliner, serta perseteruan antara Naya dan Nando.

Selain itu ada hal yang terungkap tentang penyebab Ayana begitu mati-matian membela Naya, yang membuat saya mafhum, mengapa Naya selalu mendapatkan prioritas meskipun kemampuannya di dapur nol besar.

Kekurangan di novel ini, mungkin karena alurnya sangat cepat jadi saya selaku pembaca kurang merasakan emosi dari dua karakter utamanya, Naya dan Nando.

Kemistrinya kurang dapat untuk pasangan yang lagi jatuh cinta. Selain itu ada salah penyebutan nama, Naya menjadi Niar (Hal. 148), padahal tidak ada tokoh bernama Niar dalam novel ini.

Selebihnya, novel Special Order sangat menarik untuk dinikmati karena di dalamnya ada persahabatan, kisah cinta, dan keseruan di balik dapur restoran.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rie Kusuma