Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Lena Weni
Poster Film Bring Me Home (Viu)

Hati ibu mana yang tak hancur jika anak yang dikandung, dilahirkan dan ia besarkan dengan penuh kasih sayang, suatu hari hilang diculik orang. Kejadian pilu ini turut tertuang dalam Bring Me Home, film yang menceritakan perjuangan seorang ibu dalam mencari keberadaan anaknya yang hilang.

Alkisah, sepasang suami istri, Jung Yeon dan suaminya bahu membahu mencari putra mereka, Yoon Su yang telah hilang sejak 6 tahun silam. 

Hari-hari mereka habiskan untuk menyebar selebaran kertas informasi tentang pencarian putra mereka. Suatu hari suami Jung Yeon menerima pesan dari nomor tidak dikenal, isi pesan berupa gambar bocah mirip Yoon Su dan secuil keterangan yang menyebutkan lokasi pengambilan.

Tanpa membuang banyak waktu, suami Jung Yeon bergegas ke lokasi dengan penuh pengharapan. Sayang, belum juga sampai ke tujuan, mobil yang ia kendarai ditabrak kendaraan lain hingga limbung dan berguling hebat sehingga sebabkan luka fatal yang merenggut nyawanya. 

Kepergian sang suami tentu meninggalkan luka yang teramat dalam bagi Jung Yeon. Duka kehilangan anak yang selama ini merusak mentalnya, kian menjadi-jadi setelah sosok yang menguatkannya tiap hari sudah tiada lagi.

Karenanya nyaris Jung Yeon mengakhiri hidup, bila saja tak ia terima telepon dari seseorang yang mengaku melihat seorang bocah bernama Min Su yang miliki ciri-ciri yang sama persis dengan informasi dari selebaran pencarian Yoon Su. 

Berbekal informasi yang merujuknya ke seorang bocah bernama Min Su dari desa nelayan, Jung Yeon pun lekas menempuh perjalanan.

Sesampai di sana, Jung Yeon bertemu dengan pemilik tempat yang terkesan hendak menutup-nutupi informasi tentang Min Su. Tak tinggal diam, Jung Yeon pun berusaha keras untuk memastikan keberadaan Min Su di sana. 

Ulasan Film Bring Me Home

Dari segi cerita, menurut saya film ini biasa-biasa saja. Tidak ada gebrakan spesial yang membuatnya jadi begitu berbeda dari kebanyakan film dengan tema serupa.

Dibandingkan alur ceritanya, saya lebih jatuh hati dengan penampilan Lee Young-ae yang memerankan sosok Jung-yeon, ibu yang putus asa mencari anaknya yang hilang.

Di film ini performa Lee Young-ae benar-benar menghipnotis. Ia berhasil menyampaikan emosi dari seorang ibu yang kehilangan anaknya meski nyaris tanpa air mata, bahasa kesedihan yang paling lumrah ditonjolkan untuk tokoh yang alami kondisi demikian. 

Sorot mata tak ada gairah, gesture dan intonasinya yang tampak selalu lelah adalah bahasa depresi seorang Jung-yeon yang disampaikan dengan ciamik oleh aktris Lee Young-ae.

Saking paripurnanya akting Lee Young-ae di film ini, saya sedikit banyaknya ikut merasa frustrasi melihat kekacauan yang Young-ae alami. Ia depresi tapi tak mau bersuara, ia putus asa, tapi tak bisa menyerah! Di sisi lain, masih ada saja pihak-pihak yang mencoba mengeruk keuntungan dari kemalangan beruntun yang dihadapinya. 

Jadi, kebayang 'kan betapa gregetnya mengikuti perjalanan malang seorang Young-ae ini? Untungnya, setelah gempuran beruntun konflik yang menguras emosi, film ini memilih ending yang mampu memberikan efek relaksasi yang tidak mengecewakan. Jadi, dengan semesta pesonanya, film ini layak banget kamu saksikan, ya! 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Lena Weni