Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Foto scene Film How to Make Millions Before Grandma Dies (KlikFilm)

Film How to Make Millions Before Grandma Dies, menampilkan perjalanan emosional dari sosok cucu bernama M, yang diperankan oleh Putthipong Assaratanakul (Billkin). Sepanjang film, karakter M mengalami pendewasaan signifikan.

Menggambarkan transformasi dari yang awalnya termotivasi atas ambisi pribadi, menjadi individu penuh kasih sayang dan berbakti kepada keluarganya. Proses pendewasaan ini adalah inti dari narasi film dan memberikan kedalaman emosional yang kuat.

Pada awal cerita, M digambarkan sebagai sosok yang pragmatis dan materialistis. Dia sengaja berhenti (niatnya sementara stop jadi ‘Game Streamer’) untuk merawat neneknya, Amah (Usha Seamkhum), yang mengidap kanker usus stadium 4. Namun, motif utama M bukanlah kasih sayang, melainkan ambisi untuk mendapatkan warisan dari neneknya. 

Ya, hal demikian tercermin dalam cara M mendalami perannya sebagai perawat sang nenek. M justru melihatnya sebagai investasi waktu yang akan membuahkan hasil finansial di masa depan. Pendekatan ini menunjukkan sisi egois dan dangkal dari M, yang lebih mementingkan keuntungan material daripada nilai-nilai kekeluargaan.

Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan M dengan Amah mulai berkembang dan berubah. Salah satu momen kunci dalam film ini adalah ketika Amah mengajari M cara membuat congee (bubur) yang mereka jual setiap pagi.

Aktivitas sederhana ini nggak hanya menunjukkan dedikasi Amah untuk tetap produktif meskipun sakit, tapi juga membuka mata M terhadap realitas kehidupan neneknya.

Melalui interaksi sehari-hari dan rutinitas bersama ini, M mulai merasakan ikatan emosional yang lebih dalam dengan Amah. Dia mulai menyadari bahwa kehidupan neneknya nggak cuma tentang penyakit dan kematian yang mendekat, tapi juga tentang ketabahan dan kasih sayang yang tulus.

Pendewasaan karakter M semakin terlihat ketika dia menghadapi berbagai tantangan saat merawat Amah. Momen-momen sulit, seperti ketika Amah sakitnya kian parah dan ketika mendapati kenyataan yang bikin sakit hati atas pembagian warisan. Pada titik-titik ini, M mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan.

Alih-alih mengeluh atau mencari jalan pintas, dia mulai menunjukkan empati dan tanggung jawab yang lebih besar. Proses ini mengasah karakter M, menjadi seorang yang memahami arti pengorbanan dan kasih sayang tanpa syarat.

Salah satu momen paling bikin mewek, yang juga menandai pendewasaan karakter M, adalah ketika M mengetahui bahwa Amah telah menabung uang di rekening bank atas namanya.

Fakta ini mengejutkan M. Ya, dan merupakan titik balik yang membuka matanya terhadap cinta dan perhatian Amah yang selama ini dia abaikan.

Dia mulai menyadari bahwa janji yang dibuat Amah saat dia masih kecil adalah wujud dari kasih sayang yang tulus, bukan sekadar kewajiban finansial.

Transformasi M mencapai puncaknya ketika dia memutuskan untuk menggunakan uang tabungan dari Amah, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membeli tanah pemakaman dan memenuhi kebutuhan pemakaman Amah. Keputusan ini menunjukkan bahwa M akhirnya menghargai neneknya lebih dari sekadar sumber warisan material. 

Dalam proses pendewasaan ini, M juga belajar tentang pentingnya nilai-nilai keluarga dan waktu yang dihabiskan bersama orang-orang terkasih. Dia mulai menghargai momen-momen kecil bersama Amah, yang pada awalnya dia anggap sepele.

Melalui interaksi dan hubungan yang semakin mendalam dengan neneknya, M menemukan bahwa kebahagiaan sejati nggak bisa diukur dengan uang atau harta benda, tapi dengan cinta dan kenangan yang dibagikan.

Melalui kisah M dan Amah, penonton diajak untuk merenungkan arti sebenarnya dari hubungan keluarga dan pentingnya menghargai waktu yang kita miliki bersama orang-orang yang kita cintai. Bukankah begitu?

Film How to Make Millions Before Grandma Dies masih tayang di bioskop-bioskop. Buruan nonton sebelum turun layar ya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Athar Farha