Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Nida Aulia
John Nash menerima dukungan dari istrinya (IMDb)

Judul sebuah film yang tayang pada tahun 2001 silam, A Beautiful Mind, mungkin terdengar kontradiktif bagi sebagian orang. Bagaimana bisa seseorang dengan 'pikiran yang indah' mengalami gangguan mental yang berat? Namun, film ini justru mengungkapkan realitas yang dihadapi oleh mereka yang menderita skizofrenia, salah satu gangguan psikologis yang paling kompleks dan menantang.

Dalam film A Beautiful Mind, kita diperkenalkan pada karakter utama bernama John Nash (Russell Crowe), seorang genius matematika yang berkuliah di Universitas Princeton. John digambarkan sebagai sosok yang ambisius, tekun, dan cerdas. Namun, di balik prestasinya yang cemerlang, John ternyata menyimpan perjuangan mental yang luar biasa.

Si genius matematika dengan skizofrenia paranoid

Russell Crowe sebagai John Nash (IMDb)

Saat menyampaikan kuliah tamu di Universitas Harvard, John Nash mencoba melarikan diri dari orang-orang yang dianggapnya sebagai agen Soviet yang dipimpin oleh Dr. Rosen (Christopher Plummer). Setelah meninju Dr. Rosen dalam upaya melarikan diri, John dibius secara paksa dan dikirim ke fasilitas psikiatri yang dia yakini dijalankan oleh Soviet. Dr. Rosen memberi tahu istri John, Alicia Larde (Jennifer Connelly), bahwa suaminya itu menderita skizofrenia paranoid.

Dari adegan tersebut dan setelah menonton film ini secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa John Nash menderita gangguan mental bernama skizofrenia paranoid. Dalam PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ketiga), skizofrenia paranoid masuk ke dalam kelompok skizofrenia kategori F20.0. Sedangkan dalam DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fifth edition), gangguan ini termasuk ke dalam schizophrenia spectrum and other psychotic disorder.

Penyebab munculnya skizofrenia paranoid pada John Nash dapat ditelusuri melalui beberapa faktor. Menurut Davidson, ada lima aspek penyebab skizofrenia, yaitu faktor genetik, biokimia, otak, stres psikologis, dan perkembangan. Dalam film, faktor stres psikologis tampaknya menjadi pemicu utama bagi John Nash.

John, yang sedang mengejar gelar doktornya, mengalami tekanan dan stres yang luar biasa dari dosen pembimbingnya. Sang dosen terus-menerus memacu John agar menjadi seperti Einstein, sementara teori-teori matematika yang ditemukan John selalu ditolak.

Ditambah lagi, John sering diejek oleh teman-temannya di kampus. Saking tertekannya, John bahkan sampai membenturkan kepalanya ke kaca jendela hingga berdarah.

Selain itu, faktor usia juga menjadi salah satu penyebab skizofrenia paranoid bagi John. Menurut penelitian skripsi yang dilakukan oleh Afrianto, seseorang yang berusia 25-35 tahun memiliki risiko 1,8 kali lebih besar untuk menderita skizofrenia paranoid. John sendiri mulai mengalami gangguan mental ini pada usia 30 tahun.

Jenis kelamin laki-laki juga meningkatkan risiko 2,37 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Status perkawinan juga menjadi faktor, di mana orang yang belum menikah cenderung lebih rentan. Dalam film ini, John mulai mengidap skizofrenia paranoid sebelum dia menikah dengan Alicia Larde.

William Parcher dan Charles Herman sebenarnya tidak nyata

William Parcher adalah sosok yang terlihat sangat nyata bagi John Nash (IMDb)

Berdasarkan kriteria penegakan diagnosis dalam DSM-V, gejala-gejala skizofrenia paranoid yang dialami oleh John Nash dalam film A Beautiful Mind yang saya temukan antara lain:

  1. Delusi: John Nash meyakini keberadaan seorang agen rahasia bernama William Parcher (Ed Harris). Dia juga menganggap serius pekerjaannya sebagai mata-mata pemecah kode rahasia musuh.
  2. Halusinasi: John memiliki teman sekamar yang sebenarnya tidak nyata bernama Charles Herman (Paul Bettany) serta keponakannya, Marcee (Vivien Cardone).
  3. Berbicara tidak teratur: Muncul saat menghadiri Konferensi Matematika Nasional di Universitas Harvard.
  4. Perubahan perilaku yang tidak wajar: terutama caranya berjalan di rumah setelah didiagnosis skizofrenia paranoid.

John Nash terobsesi dengan pekerjaan pemecah kode rahasia

John Nash terobsesi dengan pekerjaan yang tidak nyata (IMDb)

Skizofrenia paranoid yang dialami John Nash berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupannya, baik secara pribadi, finansial, keluarga, sosial, maupun mental.

Secara pribadi, John sering lupa waktu karena terobsesi dengan pekerjaan khayalannya sebagai pemecah kode rahasia. Secara finansial, John juga melupakan pekerjaan utamanya sebagai dosen, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan tersebut.

Dalam kehidupan keluarga, John hampir membunuh anaknya sendiri yang masih bayi dengan meninggalkannya di dalam bak mandi berisi air. Dia dengan tenang meninggalkannya karena teman sekamarnya sewaktu kuliah, Herman, menjaga anaknya. Padahal Herman hanya ada di dalam imajinasinya saja.  

Selain itu, dia juga hampir membunuh istrinya sendiri, karena seseorang yang sebenarnya tidak ada, William, meminta John untuk membunuh Alicia.

Secara sosial, John menghindari bersosialisasi karena merasa dikejar-kejar oleh tentara Rusia. Perilaku paranoid ini muncul dalam adegan ketika John Nash dan William Parcher dikejar-kejar sekelompok tentara Rusia hingga terjadi baku tembak. Selain itu, gara-gara gangguan mental yang dialaminya, John menyakini psikiater yang datang untuk mengobatinya adalah tentara Rusia. 

Secara mental, delusi John semakin memburuk saat dia merasa tertekan. Selama John rutin minum obat, penyakitnya terkontrol dengan baik. Namun, ketika dia memutuskan untuk berhenti minum obat, skizofrenia paranoid yang dialaminya langsung kambuh.

Dukungan Alicia Larde sangat berarti bagi John Nash

Meski tidak bisa sepenuhnya sembuh, dukungan dari orang-orang tersayang membuat John Nash dapat menjalani kehidupan dengan nyaman (IMDb)

Dalam film, penanganan utama yang dilakukan kepada John Nash adalah melatih keterampilan sosialnya. Seperti yang ditunjukkan dalam film, Alicia meminta John untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain, seperti saat membuang sampah. Alicia juga mendukung John untuk kembali bekerja sebagai dosen di Universitas Princeton agar dia dapat bersosialisasi dengan para mahasiswanya.

Penanganan ini efektif dilakukan karena pasien skizofrenia pada dasarnya kesulitan bersosialisasi. Oleh karena itu, latihan keterampilan sosial mengajarkan pasien bagaimana caranya bersosialisasi yang baik dan benar.

Selain itu, Alicia juga melakukan penanganan berupa dukungan kelurga yang merujuk pada empat aspek dukungan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones, yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan emosional. 

Dukungan penilaian yang diberikan Alicia adalah ketika dia memberitahu kepada John bahwa William Parcher dan tentara Rusia sebenarnya tidak nyata. Alicia merawat John di rumah, seperti memberinya obat secara rutin sebagai bentuk dukungan instrumental kepada suaminya.

Dukungan informasional yang diberikan Alicia kepada John adalah ketika dia memberikan nasihat agar suaminya itu jangan merasa tertekan. Karena jika perasannya tertekan, delusinya akan bertambah parah. Alicia juga memberikan dukungan emosional berupa kasih sayang dan empati tanpa kekerasan kepada John.

Dukungan keluarga bagi pasien skizofrenia sangatlah efektif. Menurut buku Apa itu Psikopatologi?: Rangkaian Catatan Ringkas tentang Gangguan Jiwa, ada keterkaitan antara dukungan keluarga terhadap keberfungsian individu dalam menjalankan peran kehidupan sosialnya. 

Selain dukungan keluarga, John juga mendapat dukungan dari teman-teman kuliahnya, Richard Sol (Adam Goldberg) dan Martin Hansen (Josh Lucas). 

Terdapat adegan ketika Sol berkunjung ke rumah John dengan tujuan untuk bertemu dengan temannya itu setelah sekian lama. Lalu, saat Martin menerima John untuk bekerja sebagai dosen di sebuah kampus tempatnya bekerja.

Selama menjadi rekan kerja, Martin selalu membantu John saat tidak terkendali. Dia juga tidak menganggap aneh ketika John berbicara dengan teman khayalannya di depan Martin.

Selain itu, penanganan terpenting untuk penderita gangguan mental adalah adanya motivasi untuk sembuh dalam diri pasien. Di dalam film, terlihat usaha keras yang dilakukan John untuk mengabaikan halusinasinya, dia mengabaikan Herman dan Marcee. Meski halusinasinya ini tidak pernah hilang sampai dia menua, dia terus melakukan hal ini dia agar kehidupannya tidak terganggu dengan penyakit yang dialaminya.

Melalui film A Beautiful Mind, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas yang dihadapi oleh penderita skizofrenia paranoid. Kisah John Nash menunjukkan bahwa gangguan mental tidak selalu menghancurkan potensi dan prestasi seseorang. Dengan dukungan yang tepat, baik dari keluarga, lingkungan sosial, maupun motivasi diri, pasien skizofrenia dapat tetap berjuang meraih impian dan menjalani kehidupan yang bermakna.

Film ini memberikan inspirasi bahwa 'pikiran yang indah' dapat dimiliki oleh siapa pun, termasuk mereka yang menderita gangguan mental. Dengan pemahaman, empati, dan dukungan yang memadai, kita dapat membantu mereka untuk melewati tantangan dan mewujudkan potensi terbaik dalam diri.

Nida Aulia