Dalam dunia kerja saat ini, banyaknya generasi yang berbeda dalam satu perusahaan menjadi tantangan besar untuk menciptakan sinergi.
Perbedaan kepribadian, sudut pandang, hingga gaya komunikasi sering kali memicu kesalahpahaman yang berdampak pada produktivitas kerja. Di era dimana generasi Baby Boomer, generasi X, generasi milenial, dan generasi Z bekerja berdampingan, bagaimana kita bisa menciptakan komunikasi yang efektif dan minim konflik di tempat kerja?
Buku Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi karya Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu hadir sebagai panduan praktis untuk mengatasi kesenjangan komunikasi antar generasi di dunia kerja.
Buku ini adalah panduan yang tepat untuk pembaca yang ingin menjadi pemimpin perusahaan yang lebih baik, anggota tim yang lebih suportif, atau ingin memahami cara berkomunikasi dengan rekan kerja dari berbagai generasi.
Tentang Buku Generation Gap(less)
Buku Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi karya Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu merupakan panduan praktis untuk memahami dan mengatasi tantangan komunikasi antargenerasi di dunia kerja.
Buku ini membahas fenomena kesenjangan generasi yang semakin terasa dalam dunia kerja saat ini. Erwin dan Becky menekankan bahwa perbedaan kepribadian, sudut pandang, dan gaya komunikasi antar generasi dapat menimbulkan hambatan dalam komunikasi.
Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020 ini memberikan pemahaman mendalam tentang kepribadian dan gaya komunikasi setiap generasi, mulai dari generasi Baby Boomer, generasi X, generasi millenial, hingga generasi Z. Dengan memahami karakteristik masing-masing generasi, kita dapat membangun komunikasi yang efektif.
Buku Generation Gap(less) menawarkan beragam tip komunikasi dan cara meminimalkan konflik dalam perusahaan akibat kesenjangan gaya komunikasi antar generasi. Salah satu tip komunikasi yang ditawarkan buku ini adalah memahami siapa yang diajak bicara.
Menurut buku ini, komunikasi akan menjadi mudah jika kita memahami kepribadian dan gaya komunikasi lawan bicara. Penulis menekankan inti kemampuan komunikasi adalah kepiawaian kita untuk beradaptasi dengan kepribadian lawan bicara agar bisa menyampaikan pesan dengan baik.
Buku ini juga membahas pentingnya gaya komunikasi bagi kepentingan internal bahkan kepentingan eksternal perusahaan dalam membentuk brand perusahaan.
Profil Penulis
Erwin Parengkuan adalah professional coach tersertifikasi dengan pengalaman selama lebih dari tiga dekade dalam bidang komunikasi. Dia adalah pendiri, managing director, dan fasilitator di TALKinc. Dia membuka sekolah komunikasi pada 2004 bersama rekannya—Becky Tumewu.
Pria kelahiran 4 Februari 1970 ini juga seorang penulis sukses yang menciptakan buku-buku best seller nasional seperti Talkinc Points (2008), Smart Eating (2012), dan Understand-Inc People (2017). Dia bahkan pernah memenangkan International Award dari Gourmand and World Cookbook (2014).
Sementara Becky Tumewu adalah fasilitator sekaligus salah satu pendiri dan komisaris di TALKinc. Dia berpengalaman selama lebih dari dua dekade dalam bidang komunikasi, terutama dalam kariernya sebagai presenter TV dan MC.
Sinopsis
Kesenjangan generasi alias generation gap menjadi topik menarik yang booming di dunia kerja lima tahun belakangan ini. Hal ini dipicu oleh banyaknya generasi yang berbeda dalam satu perusahaan di masa kini.
Kami melihat bahwa kebutuhan untuk memahami gaya komunikasi berbagai generasi ini menjadi hal mendesak untuk disosialisasikan oleh perusahaan. Generation Gap(less) hadir guna membantu Anda untuk:
- Mengenali latar belakang masing-masing generasi;
- Memahami generasi milenial yang menempati porsi terbesar dalam dunia kerja saat ini;
- Mengatur strategi komunikasi yang efektif antargenerasi;
- Menyusun gaya komunikasi yang tepat bagi masing-masing generasi; dan
- Memahami potensi gen Z sebagai pelaku kerja potensial masa depan.
Kelebihan
Kelebihan-kelebihan buku Generation Gap(less) menurut saya adalah:
Pertama, penggunaan ilustrasi dan ringkasan di setiap bab merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan daya serap pembaca. Ilustrasi membuat buku lebih menarik secara visual, sementara ringkasan membantu pembaca mengingat poin-poin penting yang dibahas dalam suatu bab.
Kedua, penggunaan bahasa yang mudah dicerna. Gaya bahasa dalam buku ini sangat mudah dipahami oleh semua pihak. Penulis menghindari istilah-istilah akademis yang rumit dan menggunakan bahasa yang lugas dan komunikatif.
Ketiga, buku yang tipis dan dapat dibaca dalam sekali duduk memang sangat ideal bagi pembaca yang sibuk. Buku Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi hanya terdiri dari 148 halaman.
Keempat, tips komunikasi sukses dari tokoh lain. Tidak hanya penulis yang membagikan tips untuk mengatasi kesenjangan komunikasi antar generasi di dunia kerja, beberapa tokoh juga ikut membagikan tips sukses mereka dalam membangun komunikasi di perusahaan mereka.
Kekurangan
Adapun kekurangan buku Generation Gap(less) menurut saya adalah keterbatasan cakupan generasi. Buku ini belum membahas semua generasi secara mendalam. Meskipun begitu, pembahasan tentang Baby Boomer dan gen X ada disinggung di beberapa bab. Sementara generasi millenial dan gen Z dibahas secara mendalam dalam masing-masing satu bab.
Kekurangan ini tidak mengurangi nilai praktis dan aplikatif buku Generation Gap(less). Buku ini tetap menjadi panduan yang sangat penting bagi para pemimpin perusahaan, manajer, pemimpin tim, dan individu yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi.
Kesimpulan
Buku Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi karya Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu merupakan panduan praktis untuk memahami dan mengatasi tantangan komunikasi antar generasi di dunia kerja.
Dengan gaya bahasa yang lugas, ilustrasi menarik, dan tips aplikatif, buku ini memberikan wawasan mendalam tentang cara membangun komunikasi yang efektif di tengah perbedaan kepribadian dan gaya komunikasi antar generasi.
Meskipun pembahasannya lebih mendalam pada generasi milenial dan generasi Z, buku ini tetap memiliki nilai praktis bagi siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi lintas generasi.
Baca Juga
-
Resensi Buku Mengarang Itu Gampang, Sukses Menulis ala Arswendo Atmowiloto
-
Resensi Buku 'Goodbye, Things', Hidup Bahagia dengan Sedikit Barang
-
Ulasan Memento Pseudo-Daycare, Webtoon Petualangan yang Tak Biasa
-
Review Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring: Belajar Memaknai Duka
-
Ulasan 'Si Buku Bengis Kecil', Novel Interaktif dengan Teka-Teki Menantang
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Dear Me!' Panduan Bagi Remaja untuk Mengenali Diri Sendiri
-
The Baker Boy's Wish Box, Kisah Inspirasi Pemuda Penjual Roti yang Bijak
-
Menjalani Hidup yang Lebih Sehat Melalui Buku How Not to Age
-
Ulasan Buku Menulis untuk Umur Panjang, Menambah Penghasilan Lewat Tulisan
-
Ulasan Novel Book Lovers: Keseimbangan Antara Karir yang Sukses dan Cinta
Ulasan
-
Sarapan Roti Canai dan Teh Tarik Khas Malaysia di Warung Ahbab Pekanbaru
-
Ulasan Buku 'Dear Me!' Panduan Bagi Remaja untuk Mengenali Diri Sendiri
-
Pantai Carolina, Eksotisme Pasir Putih yang Bersanding dengan Air Laut Biru
-
Teritorial Dikemas Sederhana dalam Film Zanna: Whisper of the Volcano Isle
-
Sate Kampar Ocu Ijep, Resep Warisan yang Melegenda Selalu Ramai Pengunjung
Terkini
-
Dilepas Suwon FC, 3 Klub Liga Indonesia Berpeluang Rekrut Pratama Arhan
-
Rusak Situs Warisan UNESCO saat Syuting Drama, KBS Meminta Maaf
-
Ole Romeny Pindah ke Oxford United, Bakal Bernasib Seperti Marselino atau Lebih Baik?
-
Shuhua (G)I-DLE dan Hendery NCT Dirumorkan Berkencan, Agensi Masih Bungkam
-
3 Hal yang Disinyalir Menjadi Penyebab Karir Evan Dimas Meredup, Apa Saja?