Buku berjudul Hati Tak Bertangga ini merupakan antologi esai soal masalah-masalah kehidupan yang tidak bisa hanya diselesaikan dengan logika, namun juga melalui hati.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi, tak melulu hanya hadir begitu saja lalu lenyap seketika. Namun, pasti di dalamnya menyisakan hikmah dan pelajaran penting yang perlu direnungkan.
Seperti saat jari tangan tersayat pisau, ada rasa perih karena baru saja tersayat benda tajam, kemudian keluar darah. Apakah kita memarahi pisau? Tidak, itu hanya akan dilakukan oleh orang yang kurang waras. Sementara kita yang sehat akal, tentu yang pertama kali kita lakukan adalah merawat luka.
Tujuan merawat luka adalah agar luka tersebut cepat sembuh. Jika kita seketika langsung membuang luka, bisa-bisa salah satu anggota tubuh kita yang tidak terluka juga ikut terbuang.
Begitu juga saat hati tersayat duka, yang kita rasakan adalah rasa perih di hati, kepala seketika mendapat beban sangat berat dan tubuh terkadang gemetar.
Apa yang kita lakukan ketika duka dirasakan? Mayoritas kita akan menyalahkan lingkungan, hendak sesegera mungkin membuang duka, bahkan kita enggan merawatnya.
Untuk menyikapi kasus ini, penulis memberi semacam pencerahan kepada kita.
Kebanyakan kita gagal mentransformasi duka menjadi suka, karena kita langsung menolak duka. Ada kecenderungan menolak rasa duka, itulah yang harus pertama kali kita bereskan sebelum membereskan duka itu sendiri (Hati Tak Bertangga, halaman 4).
Buku yang ditulis oleh dua penulis hebat ini hadir laksana air mineral yang diminum setelah berolahraga. Sebuah inspirasi untuk hati yang merasa terhempas jauh dari ketenangan.
Buku ini tidak sekadar dibaca dengan logika, tapi lebih terasa ketika hati yang membaca. Buku ini hadir memberikan inspirasi untuk memahami apa yang benar-benar diinginkan oleh sang hati, tanpa keinginan untuk menghakimi.
Tidak perlu memaksakan diri menjadi "positif" setiap saat. Tidak perlu memaksa diri harus senang terus, damai terus, bersemangat terus. Biasa-biasa saja. Sadari saja kalau memang kadangkala kesedihan bertamu, kejengkelan bertamu, kebosanan bertamu.
Hadapi apa adanya saja. Bila tidak kuat, berceritalah, menulislah, menangislah, tidak perlu pura-pura kuat. Tidak perlu diterima dulu, disadari saja rasa-rasa yang muncul. Akui saja dulu kalau belum bisa menerima. Jujur dulu kepada diri sendiri. Dengan begitu, resistensi terhadap rasa yang muncul akan berkurang. Penderitaan pun berkurang.
Demikian salah satu wejangan penulis dalam sub judul Gapura Selamat Jalan.
Kendatipun berjudul hati, buku ini tentu tidak hanya ditujukan untuk perempuan, tapi juga laki-laki. Pendek kata, buku ini ditujukan kepada siapa pun yang merasa memiliki hati dan tergetar hatinya untuk membaca buku ini.
Identitas Buku
Judul: Hati Tak Bertangga
Penulis: Adi Prayuda dan Ikhwan Marzuqi
Penerbit: Tiga Serangkai
Cetakan: I, Juni 2020
Tebal: xii + 84 halaman
E-ISBN: 978-623-7506-48-5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Farhat Abbas Ngaku Tak Pernah Hina Denny Sumargo: Kalau Dia Terang-terangan Menghina Saya
-
Makin Panas, Denny Sumargo Ajak Farhat Abbas Main Fisik: Jangan Cuma Omong Doang
-
Tak Gentar Dapat Ancaman Farhat Abbas, Denny Sumargo Langsung Datangi Rumahnya
-
Amanda Manopo Diduga Dapat Bunga dari Arya Saloka, Publik Beri Simpati ke Putri Anne
-
Meski Sudah Cerai, Ruben Onsu dan Sarwendah Masih Kompak Ngonten Bareng di TikTok
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Heboh Beredar Buku Gibran The Next President, Effendi Gazali: Waktunya Terburu-buru, Harusnya Sabar Saja
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
-
Jangan Sampai Terjangkit, Apa Itu Penyakit Istibtha yang Dibenci Allah SWT?
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
Ulasan
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Film Raatchasan: Mengungkap Pelaku Pembunuh Berantai Para Remaja
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
Terkini
-
3 Film Korea yang Dibintangi Song Kang Ho, Ada Sporty hingga Mendebarkan
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
4 Tips OOTD Rok ala Zara Adhisty yang Girly Abis, Cocok Buat Hangout!
-
TVXQ Resmi Merilis Album Perayaan Debut 20 Tahun di Jepang Bertajuk 'Zone'
-
3 Pemain Kunci Timnas Jepang yang Perlu Diwaspadai, Ada Eks-Inter Milan