Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ramadhona Adi Saputra
Ilustrasi Buku "The Clockmaker's Daughter" (Gramedia Digital)

Masa lalu dalam sejarah sering terasa seperti cermin yang menunjukkan bagaimana kita sampai ke titik ini. Setiap peristiwa, baik besar maupun kecil, membawa dampak pada cara kita hidup sekarang. Dari zaman kerajaan kuno hingga era revolusi industri, masa lalu dipenuhi dengan cerita-cerita tentang keberanian, kesalahan, dan penemuan.

Meski tak bisa kita ubah, masa lalu memberikan pelajaran penting tentang apa yang sebaiknya dilakukan atau dihindari. Kadang, memahami sejarah membuat kita lebih bijak dalam membuat keputusan di masa depan, karena kita bisa belajar dari pengalaman orang-orang yang hidup sebelum kita.

'The Clockmaker's Daughter' adalah novel misteri sejarah yang sangat brilian karya dari seorang penulis terkenal yaitu Kate Morton. Buku ini menggabungkan berbagai alur cerita yang saling terkait, dengan latar waktu yang bergeser dari masa lalu hingga masa kini.

Penulis, yang dikenal dengan gaya menulisnya yang penuh detail dan suasana, kembali berhasil menghadirkan kisah yang kaya akan misteri, romansa, dan sejarah yang rumit.

Sinopsis Cerita Buku 'The Clockmaker's Daughter' karya Kate Morton

Cerita 'The Clockmaker's Daughter' berpusat pada sebuah rumah tua bernama Birchwood Manor, yang menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting selama lebih dari satu abad. Alurnya bergantian antara kehidupan di masa kini dan masa lalu.

Pada tahun 1862, seorang seniman bernama Edward Radcliffe membawa sekelompok teman seniman ke rumah tersebut, tapi liburan mereka berakhir dengan tragedi "seorang wanita tewas, yang lain hilang, dan sebuah permata berharga menghilang".

Dari sini, kita mulai mengenal karakter utama, Birdie Bell, yang dikenal sebagai putri pembuat jam.

Di masa kini, seorang kurator arsip bernama Elodie Winslow menemukan tas tua yang berisi sketsa rumah tersebut dan foto seorang wanita misterius.

Saat Elodie mulai menyelidiki asal usul tas itu, cerita yang terhubung dengan rumah tersebut mulai terkuak, dan misteri lama perlahan-lahan terungkap. Melalui berbagai alur cerita yang terhubung, Morton mengajak pembaca menelusuri kisah yang penuh rahasia, cinta, dan kehilangan.

Ulasan Novel 'The Clockmaker's Daughter' karya Kate Morton

Kate Morton sekali lagi menunjukkan keahliannya dalam merangkai alur cerita yang rinci namun tetap mudah diikuti. 'The Clockmaker's Daughter' memikat pembaca dengan narasi yang bergeser antara masa lalu dan masa kini, menghadirkan banyak karakter yang terhubung dengan satu rumah misterius.

Gaya penceritaan Morton yang penuh detail membuat pembaca seolah-olah berada di dalam rumah Birchwood Manor itu sendiri, merasakan suasana dan misteri yang melingkupinya.

Kekuatan buku ini terletak pada pembangunan suasana yang kuat dan karakter yang memiliki kedalaman emosional. Birdie Bell, sebagai narator utama dari masa lalu, adalah sosok yang tragis dan sengsara, membuat pembaca ingin tahu lebih banyak tentang kehidupannya yang penuh dengan penderitaan.

Namun, karena banyaknya karakter dan alur cerita yang saling terkait, beberapa pembaca mungkin merasa sedikit kewalahan mengikuti semua informasi yang diberikan.

Bagi penggemar novel dengan plot lambat yang terungkap perlahan-lahan, 'The Clockmaker's Daughter' memberikan pengalaman membaca yang memuaskan.

Namun, bagi yang mencari cerita yang lebih to the point, mungkin buku ini terasa sedikit terlalu berbelit-belit. Meskipun begitu, Morton berhasil menutup cerita dengan apik, mengikat semua benang cerita yang tersebar di sepanjang novel.

'The Clockmaker's Daughter' mendapatkan sambutan hangat dari kritikus dan pembaca, meskipun belum memenangkan penghargaan besar.

Namun, Kate Morton sendiri telah beberapa kali dinominasikan untuk penghargaan sastra internasional seperti "The Indie Book Awards" dan "The Australian Book Industry Awards" berkat karya-karyanya yang selalu kuat dalam segi narasi dan karakter. Novel ini memperkuat reputasi Morton sebagai penulis novel sejarah dengan unsur misteri yang kaya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ramadhona Adi Saputra