Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ramadhona Adi Saputra
Ilustrasi buku "Dark Artifices" (Gramedia Digital)

Makhluk mitologi selalu bikin kita penasaran dan kagum, karena mereka membawa kita ke dunia fantasi yang penuh keajaiban. Dari manusia serigala yang ganas dan bisa berubah bentuk, hingga vampir yang misterius dan peminum darah, makhluk-makhluk ini muncul di berbagai cerita dari seluruh dunia.

Ada yang menyeramkan seperti monster laut raksasa, tapi ada juga yang lucu dan bersahabat seperti peri atau elf. Meski mereka hanya ada dalam legenda, cerita tentang makhluk mitologi ini tetap hidup dan berkembang, membawa kita berimajinasi tentang dunia yang penuh dengan petualangan dan hal-hal luar biasa yang tak bisa dijelaskan dengan logika biasa.

'The Dark Artifices' adalah trilogi fantasi yang ditulis oleh Cassandra Clare, bagian dari dunia 'Shadowhunters' yang penuh dengan makhluk ajaib seperti peri, vampir, manusia serigala, dan tentu saja, para Shadowhunter.

Seri ini terdiri dari tiga buku yaitu 'Lady Midnight', 'Lord of Shadows', dan 'Queen of Air and Darkness'. Bagi penggemar 'The Mortal Instruments', seri ini adalah lanjutan yang wajib dibaca karena menawarkan kisah yang lebih gelap, lebih kompleks, dan penuh emosi.

Sinopsis Cerita Buku 'The Dark Artifices' karya Cassandra Clare

Cerita ini berpusat pada Emma Carstairs, seorang Shadowhunter muda yang masih dihantui oleh kematian orang tuanya yang misterius saat Perang Dark War.

Emma bersama sahabatnya, Julian Blackthorn, mencoba mencari tahu siapa pembunuh sebenarnya. Namun, kehidupan Emma semakin rumit ketika dia dan Julian menjadi parabatai, hubungan yang mengharuskan mereka untuk bertarung bersama, tapi ada aturan keras: mereka tidak boleh jatuh cinta satu sama lain.

Sementara itu, keluarga Blackthorn juga menghadapi banyak masalah, terutama dengan politik dunia peri yang licik dan berbahaya.

Situasi semakin rumit ketika ancaman baru dari dunia bawah tanah muncul, dan Emma harus menghadapi dilema antara tugasnya sebagai Shadowhunter dan perasaannya terhadap Julian. Pertarungan antara cinta, loyalitas, dan tanggung jawab menjadi tema utama dari trilogi ini.

Review Buku 'The Dark Artifices' karya Cassandra Clare

'The Dark Artifices' adalah perpaduan yang sempurna antara aksi, romansa, dan intrik politik. Cassandra Clare sukses menciptakan dunia fantasi yang luas dan kompleks dengan karakter-karakter yang sangat hidup.

Emma Carstairs adalah karakter yang kuat dan berani, namun juga rentan dan penuh dilema emosional. Chemistry antara Emma dan Julian adalah salah satu elemen terbaik dalam cerita ini, penuh dengan ketegangan emosional yang mendalam.

Hal yang bikin seri ini lebih menarik adalah bagaimana Cassandra Clare menghadirkan konflik moral dan politis yang lebih mendalam dibandingkan dengan seri 'The Mortal Instruments'.

'The Dark Artifices' bukan cuma tentang pertempuran melawan makhluk-makhluk jahat, tapi juga tentang konflik internal, keluarga, dan aturan-aturan yang membelenggu para Shadowhunter.

Dalam hal aksi dan alur cerita, buku ini penuh dengan twist yang nggak terduga. Cassandra Clare jago banget bikin pembaca terus penasaran dan selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Selain itu, penggambaran dunianya yang kaya dengan detail juga bikin kita benar-benar merasa terbenam dalam dunia Shadowhunter yang berbahaya namun penuh pesona.

Seri 'The Dark Artifices' mendapat banyak pujian dari kritikus dan pembaca. 'Lady Midnight' masuk dalam daftar 'New York Times' bestseller dan juga dinominasikan untuk beberapa penghargaan literasi fantasi. Buku ini juga mendapat penghargaan Goodreads Choice Award untuk kategori Best Young Adult Fantasy & Science Fiction.

Secara keseluruhan, 'The Dark Artifices' adalah trilogi yang memuaskan, penuh dengan aksi, romansa, dan plot yang kompleks. Bagi penggemar Cassandra Clare atau siapa saja yang suka fantasi urban dengan karakter yang kuat, konflik emosional, dan dunia yang luas, trilogi ini wajib masuk dalam daftar bacaanmu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ramadhona Adi Saputra