
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa manusia dibekali cinta dan nafsu oleh Allah. Tugas kita adalah mengelolanya dengan baik. Agar jangan sampai terjerumus kepada hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
Cinta dan nafsu yang tak dikelola dengan baik akan mengantarkan manusia pada perbuatan yang diharamkan, misalnya melakukan perzinahan. Di sinilah pentingnya kita merenungi hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta yang akan mengantarkan kita pada keridaan Tuhan.
Bicara seputar hakikat cinta, kita bisa mencari jawabannya melalui buku karya Irja Nasrullah yang berjudul ‘Wasiat Rasul untuk Para Pecinta’ (Beginilah Seharusnya Mencintai) yang diterbitkan oleh penerbit Quanta (Jakarta).
Dalam buku tersebut Irja Nasrullah menjelaskan bahwa berbicara cinta, tak akan ada ujungnya. Cinta selalu menarik untuk dibahas dan diselami. Cinta selalu lekat dengan eksistensi manusia itu sendiri. Bahkan, manusia terlahir ke dunia sebab adanya cinta. Ya, cinta kedua orangtualah yang mengantarkan kita untuk berkelana di antara dekap warna-warni dunia.
Cinta datang bukan untuk dikekang, tapi untuk dikendalikan. Kita tak akan menjegal perjalanan cinta, tetapi hanya mengatur bagaimana perjalanannya. Sebagai umat muslim, kita punya sosok panutan yang membawa “Risalah Cinta” dari Allah. Dialah Nabi Muhammad Saw., yang memberikan cara bagaimana berjalan di bawah cahaya-Nya. Rasul begitu mengasihi umatnya. Dia selalu memberikan kaidah-kaidah dalam hidup kepada kita, termasuk kaidah cinta. Dia memberikan kaidah khusus agar cinta berjalan sesuai fitrah manusia (hlm. viii).
Sebagai seorang hamba, cinta yang paling banyak kita curahkan mestinya hanya kepada Sang Maha Pencipta. Kita harus berusaha mengupayakan hal ini. Jangan sampai kita terlalu cinta pada hal-hal selain Allah, misalnya cinta pada benda-benda yang bersifat duniawi dan mengabaikan cinta kepada-Nya.
Seorang mukmin yang taat, dia akan mencurahkan segala hidupnya karena Allah. Cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya begitu kuat. Cintanya dia buktikan dengan melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Bahkan jiwa, raga, dan hartanya rela dia korbankan demi mempertahankan cinta itu. Hal seperti inilah yang disebut dengan cinta yang bersifat maknawi (hlm. 5).
Buku ini menarik dan sangat penting dibaca oleh siapa saja, khususnya kaum muda, sebagai bekal membentengi diri dari godaan hawa nafsu dan cinta yang semu. Selamat membaca, semoga ulasan singkat ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Jadi Amalan Rutin Ustaz Maulana, Begini Tata Cara Puasa Nabi Idris
-
Ulasan Buku Jejak Tinju Pak Kiai: Merenungi Hidup Lewat Tulisan-Tulisan Cak Nun
-
Ulasan Buku Karya Wachyu Sundayana, Panduan Bagi Guru dan Calon Guru
-
Ulasan Buku 'Saat-Saat Penuh Inspirasi', Kumpulan Quotes Karya Paulo Coelho
-
Regis Machdy dan 'Loving The Wounded Soul': Cara Baru Memahami Depresi
Ulasan
-
Review Film Angel Pol: Ada Kritik Sosial di Antara Musik Dangdut Koplo
-
Historiografi Perempuan NU: Dari Laku Perjuangan ke Lembar Sejarah Umat
-
Ulasan Komik Persatuan Ibu-Ibu: Potret Suka Duka Menjadi Ibu Baru
-
Cinta yang Tumbuh dalam Film Assalamualaikum Beijing 2: Lost in Ningxia
-
Sinopsis The Phoenician Scheme, Wes Anderson Sajikan Dark Comedy Terbaru
Terkini
-
Piala AFF U-23: Indonesia Turunkan para Pemain Lokal, Vietnam Kejar Sejarah di Bumi Pertiwi
-
Drama Korea Splendid Days Umumkan Jajaran Pemeran Pendukung
-
Media Belanda Soroti Karir Mees Hilgers di Klub, Sebut Performanya Stagnan!
-
FIFA Tunjuk Jakarta Jadi Pusat Bola di Asia, Indonesia Bisa Diuntungkan?
-
7 Rekomendasi Film Komedi Cerdas yang Bikin Ketawa Sekaligus Mikir