Namanya juga hidup, pasti banyak warna-warni di dalamnya. Tak mungkin hidup itu hanya berkisah tentang kebahagiaan melulu. Juga tak mungkin berisi kesedihan secara terus-menerus. Intinya, setiap orang memiliki suka-duka dan ujiannya sendiri-sendiri.
Menikmati hidup dengan penuh kegairahan dan rasa syukur adalah hal yang mestinya kita upayakan. Apa pun persoalan yang tengah dihadapi, berusahalah untuk tetap tenang, sabar, tawakal atau berpasrah kepada Allah Swt.
L. Nihwan Sumuranje dalam bukunya ‘Laku Kehidupan’ (Gairah Hidup yang Membara dan Meredup) mengajak para pembaca agar merayakan kehidupan yang sangat berharga dan nikmat ini di setiap pergantian detiknya. Kita nikmati ayunan langkah kaki. Kita nikmati ayunan tangan kita. Kita nikmati duduk, berdiri, terlentang, atau apa pun. Kita nikmati setiap tarikan dan embusan napas. Dengan catatan, tidak merugikan atau merencanakan kerusakan buat orang lain dan segala yang meliputinya.
Jangan lupa, dalam mengarungi hidup ini, kita harus memiliki cita-cita yang tinggi. Sebab, cita-cita adalah salah satu faktor yang membuat hidup kita menjadi lebih bergairah. Dengan cita-cita, hidup terasa lebih menantang dan menyenangkan.
Dijelaskan dalam buku ini bahwa mempunyai cita-cita sama artinya memiliki gairah hidup yang menyala. Nyawa perjuangan itu cita-cita. Roh hidup karena adanya cita-cita. Cita-cita tak pernah berakhir. Barangkali yang ada adalah perubahan atau metamorfosis dari satu cita-cita ke cita-cita. Justru di sini karunia besar.
Terbayang, kalaupun segalanya telah tersedia: harta benda, keturunan, penghargaan sosial, tetapi diam-diam sesungguhnya kering kerontang jiwa dari semangat hidup, kita pastikan tidak menikmati hidup. Hidup tanpa cita-cita seperti mayat berjalan (hlm. 7).
Kesimpulannya, memiliki cita-cita merupakan hal yang sangat urgen bagi siapa saja. Milikilah cita-cita setinggi mungkin. Lalu upayakan cita-cita tersebut dengan cara berusaha mewujudkannya. Abaikan omongan orang-orang yang meragukan cita-cita kita. Tak perlu digubris omongan orang yang ingin menghancurkan mental kita.
Bekerjalah sebagaimana bekerja. Bersikap wajar. Acuhkan omongan tak berbobot. Hitung-hitung kita belajar menjadi contoh teladan. Lakukan prosesi permaafan. Barangkali mereka belum mendapatkan pelajaran dari keluarga dan lingkungannya (hlm. 21).
Bagi kamu yang membutuhkan semangat dan motivasi dalam menjalani hari-hari, buku karya L. Nihwan Sumuranje yang diterbitkan oleh Tinta Medina (Solo) ini saya rekomendasikan untuk dijadikan sebagai pilihan. Sebuah buku motivasi yang bisa menginspirasi hidup kamu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Nanti Juga Sembuh Sendiri', Merangkul Luka untuk Menyembuhkan
-
Tangkas Jaga Kebersihan Lingkungan dalam Buku 'Ke Mana Balon Itu Pergi'
-
Ulasan Buku 'Melelahkan Tapi Harus Diperjuangkan', Ketika Perjuangan Terasa Berat
-
Contoh Isi Deskripsi Pengalaman Kerja PPPK Teknis 2024
-
Ulasan Buku 'The Art of Living', Menemukan Kebahagiaan dalam Kesederhanaan
Ulasan
-
Ulasan Novel The Butcher's Daughter: Kisah Anak Pedagang Daging di London
-
Buku I'm Not Lazy. I'm On Energy Saving Mode; Pelukan untuk Diri yang Kelelahan
-
The Blanket Cats: Novel Cozy yang Sayangnya Kurang Menyentuh
-
Saat "Bumi Cinta" Naik Layar: Mampukah MD Pictures Menjaga Magisnya?
-
Yang Doyan Musik Sini Kumpul! Reunian Bermusik dalam Film Blur - To the End
Terkini
-
Mengenang Diogo Jota, Ternyata sang Pemain Pernah Bertarung dengan Penggawa Garuda
-
4 Cleanser Lokal Kandungan Glycerin, Rahasia Kulit Kenyal dan Terhidrasi!
-
Tips Menguasai Teknik Dasar Futsal: Kunci Bermain Efektif di Lapangan Kecil
-
Lebih Dekat Mengenal Futsal, Lapangan Kecil Penuh Strategi
-
Mauro Zijlstra Selangkah Lagi Bela Indonesia, Naturalisasi Hampir Rampung?