Buku berjudul 'Duduk Dulu' adalah salah satu buku self-improvement karya Syahid Muhammad. Buku ini adalah karya ketiga yang saya baca dari penulis setelah sebelumnya menyelesaikan judul buku Kamu Gak Sendiri serta Manusia dan Badainya.
Mirip dengan dua buku sebelumnya, buku yang satu ini masih mengangkat tema mengenai kesehatan mental.
Kalau dilihat dari judulnya, awalnya saya menangkap kesan bahwa buku ini sepertinya cuma berisi kalimat-kalimat penghiburan ketika sedang capek dan suntuk menghadapi masalah.
Tapi ternyata isinya lebih dari itu. Penulis juga menyertakan cerita mengenai pengalamannya saat berproses dengan luka batin yang ia alami. Dan bagi saya, kekuatan narasi dari penuturan pengalaman inilah yang menjadi bagian paling penting ketika membaca sebuah buku yang tidak ditulis oleh seorang pakar.
Dalam artian, Syahid Muhammad memang bukan seorang akademisi di bidang ilmu psikologi. Tapi kapasitasnya sebagai seorang penulis dan penyintas dari trauma dan luka batin memberikannya kesempatan untuk membagikan pengalaman tersebut dalam beberapa buku yang menginspirasi.
Lewat buku ini, saya seakan-akan mendengarkan langsung penuturan tersebut dari ia yang pernah terluka. Selain itu, Syahid Muhammad juga tidak sekedar menuliskan kalimat-kalimat yang menenangkan, tapi ia benar-benar mengajak pembaca untuk ikut menengok seluruh luka tersebut dan bercermin padanya.
Membaca buku ini, saya seperti memperoleh nasihat yang benar-benar ingin saya dengarkan dari seseorang setelah sekian lama. Sebagaimana salah satu paragraf mengenai mengeluarkan 'isi kepala' ke dunia.
"Hidup terjadi di luar kepala. Bukan logika yang ada di dalam kepala orang. Kita sering lupa, di sana terlalu sempit untuk semua hidup yang terjadi. Kita keliru, karena tidak semua isi dunia perlu dimasukkan ke dalam kepala. Kita juga perlu mengeluarkan isi kepala ke dunia"
Bagi seseorang yang sering overthinking, nasihat di atas seharusnya nampol abis.Ya, sebenarnya kita nggak perlu overthinking sampai memenuhi isi kepala dengan berbagai macam persoalan.
Sebaliknya, mulai belajar untuk pelan-pelan mengeluarkan isi kepala tersebut ke dunia nyata. Entah dengan bergerak, mulai melangkah, berkarya, atau sesederhana bercerita ke orang yang terpercaya.
Kita juga bisa mengeluarkan isi kepala lewat menulis, atau mungkin dengan journaling. Intinya, jika mulai terasa mumet, segera keluarkan sampah-sampah pikiran yang mengganjal.
Jadi, bagi yang sedang membutuhkan bacaan ringan yang menginspirasi tentang merawat kesehatan mental, Duduk Dulu bisa menjadi salah satu rekomendasi bacaan yang menemani waktu beristirahat!
Baca Juga
-
Ulasan Buku Tahu Gak Tahu, Bahas Fenomena Sosial Lewat Ilustrasi yang Unik
-
Ulasan Buku Perkabungan untuk Cinta, Ungkap Perasaan Duka Saat Ditinggalkan
-
Memperbaiki Kesalahan di Masa Lalu dalam Novel 'Ten Years Challenge'
-
Ulasan Komik Three Mas Getir, Tingkah Random Mahasiswa yang Bikin Ngakak
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
Artikel Terkait
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Belajar Menerima Trauma Masa Lalu dari Buku Merawat Trauma
-
Ulasan Buku Tahu Gak Tahu, Bahas Fenomena Sosial Lewat Ilustrasi yang Unik
-
Ulasan Buku Perkabungan untuk Cinta, Ungkap Perasaan Duka Saat Ditinggalkan
-
Psikologi Feminisme di Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan
Ulasan
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Hidden Game, Pesona Cafe Bernuansa Minimalis di Kota Jambi
-
Belajar Menerima Trauma Masa Lalu dari Buku Merawat Trauma
Terkini
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
4 Pilihan OOTD Hangout ala Park Ji-hu yang Wajib Dicoba di Akhir Pekan!
-
Tips Sukses Manajement waktu Antara Kuliah dan Kerja ala Maudy Ayunda
-
F1 GP Las Vegas 2024, Bisakah Max Verstappen Kunci Gelar Juara Dunia?