'Hidup Satu Kali Lagi' karya Farah Qoonita adalah buku yang menggugah kesadaran pembaca tentang esensi hidup dan perjalanan spiritual yang mendalam.
Sebagai seri kedua dari 'Seni Tinggal di Bumi', buku ini hadir dengan kumpulan tulisan lepas yang sarat akan hikmah kehidupan.
Buku ini terbagi dalam lima bab utama: belajar, memberi, kehidupan setelah mati, mencintai Tuhan, dan berjuang. Setiap bab menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana kita seharusnya menjalani hidup dengan kesadaran penuh akan akhirat.
Buku ini tidak hanya menjadi panduan tentang apa yang kita lakukan selama hidup di dunia, tetapi juga menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia ini adalah persiapan menuju kehidupan yang lebih abadi.
Pertanyaan "Sudahkah aku menjalani hidup dengan sebaik-baiknya hidup?" akan sering terlintas ketika kita merenungi makna dari setiap tulisan yang ada di dalamnya.
Farah Qoonita menyajikan pengalaman pribadi dan hikmah-hikmah yang ia petik dalam proses hidup-mati hatinya, mengajak kita untuk tidak larut dalam kesedihan atau keputusasaan, tetapi justru menjadikannya momen untuk bangkit dan mendekat kepada Allah.
Buku ini sangat relevan bagi mereka yang sedang merasa jauh dari Tuhan, yang merasa hatinya kotor, gelap, dan kering.
Dalam keseharian yang mungkin terasa penuh kebingungan atau kehilangan arah, 'Hidup Satu Kali Lagi' hadir sebagai cahaya, sebuah perantara untuk menghidupkan kembali hati yang mati.
Seperti kata Farah, jika kita diberi kesempatan untuk dibasuh cahaya-Nya, hati kita bisa hidup kembali, memberi kita kesempatan untuk memperbaiki hidup kita sebelum hari pengadilan tiba.
Salah satu kekuatan dari buku ini adalah bagaimana ia tidak hanya menyuguhkan tulisan-tulisan yang memotivasi, tetapi juga memberikan ruang bagi pembaca untuk berefleksi secara pribadi.
Setiap bab menuntun pembaca untuk merenungi tujuan hidupnya, mengingat bahwa kehidupan ini bukanlah akhir, melainkan persiapan untuk kehidupan yang lebih kekal.
Ini adalah buku yang sangat cocok dibaca saat kita merasa kehilangan arah, mencari cahaya di tengah kegelapan hati, dan berusaha menghidupkan kembali spiritualitas yang mungkin telah lama kita abaikan.
Secara keseluruhan, 'Hidup Satu Kali Lagi' adalah buku yang penuh dengan hikmah, yang mengajak kita untuk terus memperjuangkan kebaikan dan kehidupan yang lebih bermakna, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk kehidupan setelah mati.
Farah Qoonita menyampaikan pesan-pesan penting dengan bahasa yang sederhana namun dalam, menjadikan buku ini sebagai bacaan yang mencerahkan dan menenangkan jiwa.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Welcoming Feelings', Ketika Kelemahan Menjadi Kekuatan
-
Tanamkan Jiwa Tolong Menolong dalam Buku 'Persahabatan Burung dan Gajah'
-
Review Buku Klasik The Secret Garden, Taman Tersembunyi di Rumah Bangsawan
-
Sambut Masa Depan yang Cerah dalam Buku 'Nenek Mipo Sang Perajut Mimpi'
-
Proses Penyembuhan Diri Dalam Buku When You're Ready, This is How You Heal
Ulasan
-
Lucu dan Heartwarming! 3 Novel Jepang Terjemahan Terbaru tentang Kucing
-
Review Film 'My Oxford Year': Asam Garamnya Hidup dan Percintaan
-
Film Terbaik 2025! 'No Other Choice Begitu Gila dan Mengesankan
-
Banda Neira 'Langit & Laut': Melankolis Manis yang Mengusik Memori Lama
-
Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
Terkini
-
Jesse Eisenberg Angkat Bicara soal Dirinya Tak Main di The Social Reckoning
-
Ramai Isu Hamish Daud Selingkuh di Pinterest: Siapa Sabrina Alatas?
-
4 Moisturizer Korea Madecassoside untuk Redakan Redness pada Kulit Sensitif
-
Jennifer Coppen Tegas Didik Anak: Kalau Terus Dimanja, Mau Jadi Apa Nanti?
-
Sosok Ketiga: Lintrik, Film Horor yang Mengangkat Teror Ritual Pelet