Puisi dengan tema romansa adalah sebuah pembahasan panjang yang sulit menemukan titik akhir. Dengan segala problematika yang membuat perasaan kita selalu bergejolak, cerita seputar romansa selalu memantik ide untuk dikemas dalam bentuk puisi.
Baik ketika jatuh cinta, terlebih saat patah hati. Hal-hal seputar romansa selalu bisa menginspirasi para penyair untuk menemukan kalimat-kalimat indah yang mewakili tiap fase tersebut.
Salah satu buku puisi bertema romansa yang menarik untuk disimak adalah karya dari Theoresia Rumthe yang berjudul 'Seseorang di Kaca'. Lewat buku yang terbilang ringkas ini, penulis menghadirkan puisi-puisi yang mengungkap perasaannya terkait kehadiran orang-orang yang dikasihi.
Selain itu, beberapa puisi juga seolah bercerita tentang hal seputar keseharian yang ringan namun bermakna. Sebagaimana kutipan puisi Seseorang di Kaca yang juga menjadi judul dari buku ini.
"Teman yang tidak berguna.
Tidak mau belajar. Aku mulai rindu: sapaan hei
di kotak pesan, bunyi pesan masukmu yang aku
setel beda nada dari pesan lain, percakapan
kita tentang hidup, manja dan kangen-kangenan
di telepon, kata-kata: jangan lupa pakai jaket,
kata-kata: rinduku tidak sampai." (Halaman 25)
Puisi yang satu ini barangkali menjadi inti dari semua yang puisi yang ada dalam buku ini. Saat membaca keseluruhan isinya, saya seperti membaca ungkapan tentang seseorang yang berdialog dengan dirinya sendiri. Tak jarang ia begitu keras dalam menilai dan memberi kritik pada dirinya.
Meskipun bernuansa kelam, tapi di akhir saya bisa merasakan kedamaian. Bagaimanapun, nuansa suram yang diangkat berhasil dikemas dalam puisi-puisi yang manis. Membaca karya Theoresia Rumthe ini ibarat sedang makan cokelat. Terasa manis dan pahit dalam sekali waktu, tapi hal tersebut bikin nagih.
Ada sebuah kalimat yang rasanya mewakili hal ini. Dalam puisi berjudul Sekuntum Bunga, Theoresia menuliskan:
"Ibu berpesan sebelum mati:
Nak, jika patah, belajarlah membalut" (Halaman 8)
Kutipan di atas berisi diksi yang sederhana tapi mengena. Meski pada beberapa judul puisi lain, saya masih mendapati kalimat-kalimat yang tetap butuh penafsiran mendalam.
Tapi secara keseluruhan, buku puisi yang terbit pada tahun 2019 ini adalah sebuah buku puisi yang menarik tentang perenungan mendalam tentang refleksi diri, kisah romansa, hingga hubungan bersama orang-orang terkasih.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'Di Mars yang Marah': Cerita Seru saat Melalui Badai Pasir
-
Suka Menunda? Ini 4 Tips Meraih Kesungguhan Kerja dalam Buku Deep Work
-
Ulasan Buku Income Pentagon, 5 Cara Tingkatkan Kemapanan Finansial
-
Ulasan Novel Savanna dan Samudra, Kisah Romansa Pramusaji di Sebuah Kafe
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
Artikel Terkait
-
Heboh Beredar Buku Gibran The Next President, Effendi Gazali: Waktunya Terburu-buru, Harusnya Sabar Saja
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
-
Kumpulan Puisi Untuk Hari Guru 2024, Bisa Dibacakan Saat Perayaan di Sekolah
-
Ulasan Novel Hujan Karya Tere Liye: Menemukan Harapan di Tengah Kesedihan
-
Buku Gibran The Next President Bikin Geger Publik, Said Didu: Ini Keinginan yang Sedang Dipersiapkan
Ulasan
-
Dari Pop ke Dangdut: Transformasi Epik Anya Geraldine di Film Mendadak Dangdut!
-
Mieber Restaurant and Cafe, Rekomendasi Kuliner Estetik dengan View Gunung di Trawas
-
Dari Panti Asuhan ke Langit Malam, Kisah Haru di Novel The Star Outside My Window
-
Ulasan Novel If the Shoe Fits:Kisah Cinderella Modern dalam Menemukan Cinta
-
Bersantap Pagi dengan Lotek Enak di Lapau Rang Sangka Pekanbaru
Terkini
-
KISS OF LIFE Batal Tampil di KCON LA 2025, Imbas Isu Apropriasi Budaya
-
Ngajar di Negeri Orang, Pulang Cuma Jadi Wacana: Dilema Dosen Diaspora
-
BRI Liga 1: Madura United Terhindar dari Degradasi, Bali United Gigit Jari
-
Neural Fatigue: Kelelahan Kognitif Akibat Terpapar Stimulus Berulang
-
Resmi Rilis, Oppo Reno 14 Pro Chipset Kencang dan Triple Rear Camera 50 MP