Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Jacklyn Fionadewi Suseno
Para Pemeran dalam Pertunjukan Tunggal Teater Braille: Ada Karena Cinta (Instagram/teaterbraille)

Pada 20 April 2024, Teater Braille menggelar pentas Ada Karena Cinta di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta. Ditulis oleh Yuda Wira Jaya, drama ini mengisahkan perjuangan Jaka, seorang penyandang disabilitas netra dan daksa, yang juga menghadapi tumor saraf tulang belakang.

Alur kisah yang menyayat hati ini berhasil mempermainkan perasaan penonton sepanjang narasi. Berikut merupakan enam adegan emosional dalam drama Ada Karena Cinta yang begitu berkesan bagi penulis.  

Adegan Pertama: Perbincangan Bapak dan Ibu Jaka

Adegan Pertama: Bapak dan Ibu Jaka Sedang Berbincang (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Kisah diawali dengan percakapan antara kedua orang tua Jaka yang mencerminkan kekhawatiran mereka.

Sang ayah memikirkan masa depan putranya yang terlahir sebagai penyandang disabilitas netra dan kini menghadapi kondisi kesehatan yang kian memburuk akibat tumor saraf tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan.

Sementara itu, sang ibu dengan tenang menanggapi kegundahan suaminya. Beliau mengingatkan bahwa meski berat, mereka harus bersabar dan menyerahkan segalanya kepada kehendak Tuhan.

Adegan Kedua: Jaka dan Adiknya Diolok-olok

Adegan Kedua: Jaka dan Sang Adik Diva Diolok-olok oleh Remaja yang Melintas (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Di sisi lain, Jaka bersama dengan adiknya yang sedang berjalan-jalan, hendak beristirahat sesaat pada bangku taman.Tak disangka-sangka, seorang remaja yang sedang berlari dari kejaran remaja lainnya menabrak mereka.

Bukan lagi meminta maaf, tetapi sebaliknya kedua remaja tersebut menyerang Jaka dan Diva dengan kata-kata yang melecehkan, "Yang dorong suaranya masih anak-anak (dan) buta. Yang didorong sudah buta ditambah lumpuh!"

Jaka dan Diva menyanggah pernyataan tersebut, tetapi kedua remaja tersebut tidak mengindahkan perkataan mereka. Malahan, kedua remaja itu terus melanjutkan perbuatan tidak terpuji mereka.

Beruntungnya, bapak juru kebersihan di taman menegur lalu mengusir kedua remaja tersebut. Kemudian, beliau berusaha menghibur Jaka dan Diva yang sedang menangis tersedu-sedu.

Adegan Ketiga: Pak Joyo dan Amputasi Kaki Jaka

Adegan Ketiga: Pak Joyo Menyampaikan Bahwa Sebaiknya Kaki Jaka Diamputasi (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Saat kembali ke rumah, Jaka mendapati ayahnya sedang berbicara dengan Pak Joyo, yang menyarankan amputasi kaki Jaka. Saran ini memicu amarah Jaka, membuatnya meluapkan seluruh perasaan yang terpendam.

Ayah dan Diva berusaha menenangkan Jaka, sementara Pak Joyo menjelaskan maksud ucapannya yang disalahpahami. Tak lama, ibu Jaka datang dengan wajah cemas setelah mendengar percakapan tersebut.

Meskipun pada awalnya mereka tidak mengakui dengan mengatakan bahwa ibunya salah dengar, pada akhirnya sang ibunda pun mengetahuinya. Keluarga kecil mereka berpelukan erat, saling menguatkan satu sama lain.

Adengan Keempat: Jaka dan Sang Kekasih

Adegan Keempat: Jaka Berjalan-jalan Bersama Sang Kekasih (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Jaka kembali berjalan di taman, kali ini bersama Valen, kekasihnya. Percakapan mereka awalnya romantis, penuh kata cinta, namun berubah saat Jaka mengeluhkan desakan keluarga dan tetangganya untuk mengamputasi kakinya.

Semakin lama, Valen merasa sosok Jaka yang ia kenal sebagai sosok pria berhati besar berubah menjadi jiwa rapuh seperti daun kering yang berguguran tertiup angin.

Perkataan tersebut menyadarkan Jaka dari kekalutannya. Segera ia meminta maaf, lalu sepasang sejoli itu saling bertukar pelukan hangat.

Adegan Kelima: Keraguan dan Kekecewaan

Adegan Kelima: Valen Meminta Saran Dari Askal (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Menghadapi kebimbangan, Valen menemui sahabatnya, Askal, untuk mencurahkan isi hatinya tentang hubungan dengan Jaka.

Namun, berbeda dengan yang diharapkan, Askal justru menyarankannya mengakhiri hubungan, karena ia bisa dengan mudah menemukan pengganti Jaka yang cacat.

Tidak terima dengan pernyataan itu, Valen yang begitu kecewa pergi meninggalkan Askal.

Adegan Keenam: Kamu Ada Kerena Cinta, Bukan Karma

Adegan Keenam: Ayah, Ibu, dan Jaka Berpelukan Erat (YouTube/Yuda Wira Jaya)

Menjelang akhir drama, ayah dan ibu Jaka berdiskusi tentang tindakan terbaik untuknya. Tiba-tiba, Jaka mendekat sambil menyalahkan dirinya sendiri.

Orang tuanya segera menenangkan Jaka yang emosional. Setelah menyadari tumornya telah menyebar, Jaka memilih untuk mengikhlaskan keadaannya.

Mereka pun berpelukan erat, diiringi kalimat sang ibu, "Kamu ada karena cinta, bukan karma."

Melalui perjalanan hidup Jaka yang dipersembahkan oleh Teater Braille, penulis berharap pembaca dapat merenungkan dan lebih banyak bersyukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Jacklyn Fionadewi Suseno