Pada 20 April 2024, Teater Braille menggelar pentas Ada Karena Cinta di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta. Ditulis oleh Yuda Wira Jaya, drama ini mengisahkan perjuangan Jaka, seorang penyandang disabilitas netra dan daksa, yang juga menghadapi tumor saraf tulang belakang.
Alur kisah yang menyayat hati ini berhasil mempermainkan perasaan penonton sepanjang narasi. Berikut merupakan enam adegan emosional dalam drama Ada Karena Cinta yang begitu berkesan bagi penulis.
Adegan Pertama: Perbincangan Bapak dan Ibu Jaka
Kisah diawali dengan percakapan antara kedua orang tua Jaka yang mencerminkan kekhawatiran mereka.
Sang ayah memikirkan masa depan putranya yang terlahir sebagai penyandang disabilitas netra dan kini menghadapi kondisi kesehatan yang kian memburuk akibat tumor saraf tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan.
Sementara itu, sang ibu dengan tenang menanggapi kegundahan suaminya. Beliau mengingatkan bahwa meski berat, mereka harus bersabar dan menyerahkan segalanya kepada kehendak Tuhan.
Adegan Kedua: Jaka dan Adiknya Diolok-olok
Di sisi lain, Jaka bersama dengan adiknya yang sedang berjalan-jalan, hendak beristirahat sesaat pada bangku taman.Tak disangka-sangka, seorang remaja yang sedang berlari dari kejaran remaja lainnya menabrak mereka.
Bukan lagi meminta maaf, tetapi sebaliknya kedua remaja tersebut menyerang Jaka dan Diva dengan kata-kata yang melecehkan, "Yang dorong suaranya masih anak-anak (dan) buta. Yang didorong sudah buta ditambah lumpuh!"
Jaka dan Diva menyanggah pernyataan tersebut, tetapi kedua remaja tersebut tidak mengindahkan perkataan mereka. Malahan, kedua remaja itu terus melanjutkan perbuatan tidak terpuji mereka.
Beruntungnya, bapak juru kebersihan di taman menegur lalu mengusir kedua remaja tersebut. Kemudian, beliau berusaha menghibur Jaka dan Diva yang sedang menangis tersedu-sedu.
Adegan Ketiga: Pak Joyo dan Amputasi Kaki Jaka
Saat kembali ke rumah, Jaka mendapati ayahnya sedang berbicara dengan Pak Joyo, yang menyarankan amputasi kaki Jaka. Saran ini memicu amarah Jaka, membuatnya meluapkan seluruh perasaan yang terpendam.
Ayah dan Diva berusaha menenangkan Jaka, sementara Pak Joyo menjelaskan maksud ucapannya yang disalahpahami. Tak lama, ibu Jaka datang dengan wajah cemas setelah mendengar percakapan tersebut.
Meskipun pada awalnya mereka tidak mengakui dengan mengatakan bahwa ibunya salah dengar, pada akhirnya sang ibunda pun mengetahuinya. Keluarga kecil mereka berpelukan erat, saling menguatkan satu sama lain.
Adengan Keempat: Jaka dan Sang Kekasih
Jaka kembali berjalan di taman, kali ini bersama Valen, kekasihnya. Percakapan mereka awalnya romantis, penuh kata cinta, namun berubah saat Jaka mengeluhkan desakan keluarga dan tetangganya untuk mengamputasi kakinya.
Semakin lama, Valen merasa sosok Jaka yang ia kenal sebagai sosok pria berhati besar berubah menjadi jiwa rapuh seperti daun kering yang berguguran tertiup angin.
Perkataan tersebut menyadarkan Jaka dari kekalutannya. Segera ia meminta maaf, lalu sepasang sejoli itu saling bertukar pelukan hangat.
Adegan Kelima: Keraguan dan Kekecewaan
Menghadapi kebimbangan, Valen menemui sahabatnya, Askal, untuk mencurahkan isi hatinya tentang hubungan dengan Jaka.
Namun, berbeda dengan yang diharapkan, Askal justru menyarankannya mengakhiri hubungan, karena ia bisa dengan mudah menemukan pengganti Jaka yang cacat.
Tidak terima dengan pernyataan itu, Valen yang begitu kecewa pergi meninggalkan Askal.
Adegan Keenam: Kamu Ada Kerena Cinta, Bukan Karma
Menjelang akhir drama, ayah dan ibu Jaka berdiskusi tentang tindakan terbaik untuknya. Tiba-tiba, Jaka mendekat sambil menyalahkan dirinya sendiri.
Orang tuanya segera menenangkan Jaka yang emosional. Setelah menyadari tumornya telah menyebar, Jaka memilih untuk mengikhlaskan keadaannya.
Mereka pun berpelukan erat, diiringi kalimat sang ibu, "Kamu ada karena cinta, bukan karma."
Melalui perjalanan hidup Jaka yang dipersembahkan oleh Teater Braille, penulis berharap pembaca dapat merenungkan dan lebih banyak bersyukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Hutan Kota Wanamukti Kebumen, Ruang Hijau Idaman di Tengah Hiruk-Pikuk Kota
-
Alun-Alun Pancasila Kebumen, Destinasi Buka Puasa yang Anti-Mainstream!
-
Menebar Kebaikan di Ramadhan: Street Feeding untuk Kucing Jalanan
-
Ingin Berwisata ke Pantai Menganti? Simak untuk Dapat Informasinya!
-
Mau Liburan Low Budget di Kebumen? Pantai Setrojenar Jawabannya!
Artikel Terkait
-
Buta Sejak Kecil, Pria Kediri Ini Justru Jadi Hafiz Qur'an dan Inspirasi Banyak Orang
-
Review Sing Sing: Ketika Seni Menjadi Obat Luka di Balik Jeruji Besi
-
Kampus Seni Takut pada Seni, Ironi Larangan Pementasan Teater Wawancara dengan Mulyono
-
Lokasi Digembok, Pentas Teater 'Wawancara dengan Mulyono' di ISBI Bandung Batal Digelar, Rektor Bilang Begini
-
Hanung Bramantyo Comeback Teater, Sutradarai City of Love yang Super Megah
Ulasan
-
Ulasan Film China Just for Meeting You: Manisnya Romansa Remaja saat SMA
-
Review The Residence: Serial Whodunit Seru dengan Sentuhan Komedi
-
Ulasan Buku Quiet Karya Susan Cain: Kekuatan Seorang Introvert
-
Buku A Perfect Day to Be Alone: Perjalanan Menuju Kedewasaan di Usia 20-an
-
Ulasan Novel Pulang Karya Leila S. Chudori: Sejarah Kelam Indonesia
Terkini
-
Sinopsis Drama Shine on Me, Drama Romantis yang Dibintangi Zhao Jin Mai
-
Capai Semifinal Piala FA, Pelatih Nottingham Forest: Kami Sangat Bahagia!
-
3 Drama China yang Dijadwalkan Tayang April 2025, Mana yang Kalian Tunggu?
-
Choo Young Woo Digaet Bintangi Drama Korea Garapan Sutradara Crash Landing on You
-
Jalan Terjal Politik Ki Hajar Dewantara: Radikal Tanpa Meninggalkan Akal