Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ranti Riani Jhonnatan
Cover buku Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang (Dok. Pribadi)

Demi memiliki tempat dalam hidup orang lain, terkadang kita memilih untuk mengorbankan diri sendiri dengan menyanggupi segala yang mereka inginkan atas diri kita, melakukan hal yang tidak kita suka hanya agar disukai oleh orang lain. Tapi bukankah melelahkan jika dalam kehidupan yang hanya sebentar ini kita isi dengan siklus seperti itu? Tidakkah kita merasa disaat berhasil membuat orang lain senang, kita justru membuat diri sendiri tidak senang?

Buku non fiksi lokal yang berjudul Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang ini membahas banyak hal yang berpusat pada penerimaan diri akan fakta bahwa kita tidak mungkin menyenangkan semua orang. Ketidaksenangan mereka terhadap kita pun tak selalu disebabkan oleh keburukan atau kesalahan yang kita perbuat. Di atas dunia ini terdapat orang-orang yang dapat dengan mudahnya memanipulasi diri kita hingga rasa bersalah muncul dan membuat kita merasa buruk dan bersalah. Buku ini sedikit banyaknya menunjukkan kepada pembaca akan kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Tentu wajar jika kita ingin orang lain menyukai kita, senang dengan keberadaan kita, namun penting untuk kita sadari bahwa manusia itu rumit. Setiap orang memiliki penilaian dan standar masing-masing, memiliki kecenderungan yang berbeda dengan kita dan memiliki perubahan emosi yang tidak dapat kita duga. Hal-hal seperti ini dapat menjadi penentu kecocokan antara diri kita dengan yang lainnya. Memaksa agar cocok dapat membawa pada kesusahan hati juga fisik. Bahkan, mungkin saja yang tadinya mereka merasa cocok dan senang dengan kita menjadi berbalik arah menjadi tidak suka karena ada banyak kemungkinan yang terbuka untuk menjadi faktor penyebab perubahan tersebut terjadi. Jadi, apakah kita ingin terus menjadi seperti bunglon untuk mengikuti perubahan-perubahan orang lain agar mereka tetap senang dengan kita? Menenggang perasaan orang lain terus menerus tanpa sedikit pun peduli akan perasaan sendiri.

Dalam bukunya, Sabrina Ara bukan hanya menuliskan kata-kata yang berfungsi untuk membuka mata pembacanya mengenai hubungan antara manusia, namun juga membagikan cara-cara seperti bagaimana meredam dan mengelola emosi negatif, cara melatih diri berkata "tidak" hingga ciri-ciri orang toxic pun turut dijabarkan. Sabrina membawa poin-poinnya dengan cara membagikan cerita-cerita yang dekat dengan keseharian yang akan memantik kita untuk memeriksa kembali hubungan kita kepada orang lain. Yang tentu saja juga penting untuk memeriksa apakah kita menjadi pelaku atau korban atau mungkin keduanya.

Buku ini bisa kamu buka secara asal disaat-saat kamu membutuhkan pengingat cepat atau pun kalimat afirmasi untuk menenangkan diri karena setiap bab memiliki pembahasan yang berdiri sendiri sehingga kamu tidak harus membacanya secara berurutan. Buatmu yang tengah dalam posisi kewalahan karena terus memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain sampai lupa untuk menyenangkan diri sendiri, buku ini dapat kamu jadikan bahan bacaan selanjutnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Ranti Riani Jhonnatan