Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | .Totok Suryanto.
Ilustrasi sampul buku Psikologi Keluarga (iPusnas)

Buku digital 'Psikologi Keluarga' yang ditulis oleh Marlinawati Silalahi dan Eko A Meinarno mempelajari tentang seluk beluk keluarga sebagai unit terkecil yang memiliki andil besar terhadap terbentuknya keberagaman karakteristik sistem sosial dalam masyarakat adat di Indonesia ditinjau dalam perspektif psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu ekonomi, dan ilmu kesehatan.

Dalam buku ini didefinisikan bahwa sebuah keluarga terbentuk atas kesepakatan hubungan seksual yang dibangun oleh seorang laki-laki dewasa dengan seorang perempuan dewasa dalam sebuah ikatan perkawinan dan kehadiran anak-anak di dalamnya. Mereka tinggal bersama dalam satu atap atau karena alasan tingginya mobilitas harus tinggal terpisah di rumah berbeda selama hari kerja kemudian berkumpul bersama di akhir pekan atau akhir tahun.

Keluarga dengan komposisi pasangan ayah dan ibu yang memiliki hubungan sedarah dengan anak-anaknya disebut sebagai keluarga batih atau keluarga inti sedangkan disebut sebagai keluarga besar jika merupakan gabungan antara keluarga inti plus anggota keluarga lain seperti paman, bibi, mertua, orangtua, cucu, dan menantu. Komposisi keluarga dapat secara signifikan mempengaruhi tipe dinamika interpersonal dan pembentukan karakter para anggotanya.

Dalam keluarga yang menganut sistem patrilineal menunjukkan bahwa garis keturunan dari pihak laki-laki atau ayah memiliki dominasi lebih kuat, dan penganut matrilineal dominasi terlihat lebih kuat di pihak keluarga perempuan atau ibu, sedangkan keluarga penganut sistem bilineal lebih bebas karena tidak terikat oleh dominasi garis keturunan ayah maupun ibunya.

Sistem kekerabatan tersebut juga berpengaruh kepada sikap pasangan pengantin baru ketika memutuskan untuk bergabung atau memisahkan diri dari ikatan keluarga. Karena alasan tertentu seperti besarnya pengaruh atau kekayaan yang dimiliki oleh orangtua atau mertua maka mereka akan mengikuti pola patrilokal dengan tinggal bersama kerabat garis keturunan ayah atau pola matrilokal bersama kerabat garis keturunan ibu, sedangkan pasangan yang memiliki kemandirian atau menginginkan kebebasan lebih memilih pola neolokal dengan memisahkan diri dari keluarga batih.

Buku ini direkomendasikan bagi remaja_calon pasangan suami-istri_yang kelak setelah menikah harus mengemban tanggung jawab dalam menjalankan fungsi keluarga dan rumah tangga tidak hanya sebagai penyedia kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, papan, dan pemenuhan kebutuhan seksual semata tetapi juga terhadap pemeliharaan, pengasuhan, dan pembentukan karakter anak-anak sebagai penerus keturunan mereka.

Untuk mendukung tujuan tersebut maka di lembar halaman buku ini juga dikenalkan mengenai beberapa model pengasuhan yang biasanya diterapkan oleh orangtua terhadap anak-anak mereka. Pengasuhan otoriter menegaskan kepada standart dan kepatuhan anak terhadap aturan yang dibuat oleh orangtua melalui kontrol ketat dengan memberikan hukuman setimpal bagi setiap pelanggaran yang dilakukan dan terbatasnya reward atas kepatuhan.

Model pengasuhan otoritatif membuka kesempatan bagi anak untuk berani membuat keputusan sendiri melalui kebebasan yang bertanggung jawab dengan menjelaskan segala konsekuensi yang akan dihadapi jika telah menentukan pilihan. Orangtua yang otoritatif menerapkan reward and punishment secara proporsional untuk menghargai setiap kepatuhan dan memberikan hukuman atas segala pelanggaran yang dilakukan.

Model pengasuhan permisif memberikan kebebasan kepada anak untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Orangtua yang permisif lebih suka memberikan peluang kepada anak-anak mereka untuk mengembangkan diri menjadi pribadi mandiri dengan menerima semua tingkah laku positif yang ditunjukkan lewat pemberian reward, penerapan kontrol moderat tanpa hukuman, sedikit perintah, dan tanpa kekerasan.

Model pengasuhan terakhir adalah uninvolved yang sangat merugikan di mana orangtua dengan sengaja atau tanpa sengaja sama sekali tidak memiliki kepedulian, tidak sanggup meluangkan waktu, tidak melakukan kontrol, tidak menerapkan reward and punishment, bahkan menolak kehadiran anak-anaknya sehingga terlihat jelas mengabaikan tanggung jawab karena mereka sendiri sedang dirundung oleh masalah besar yang tidak sanggup diselesaikannya.

Buku terbitan PT Raja Grafindo Persada ini juga dilengkapi dengan pembahasan tentang dinamika yang terjadi dalam keluarga seperti: remaja dan pernikahan; orientasi seksual laki-laki dan perempuan; keuangan keluarga; media komunikasi keluarga; perbedaan antara keluarga dan rumah tangga; pembagian tugas antara suami dan istri; kesehatan; keluarga berencana; kehadiran anak berkebutuhan khusus; dan kemiskinan yang berpengaruh signifikan terhadap ketahanan keluarga.

Selamat membaca, semoga bermanfaat. 

.Totok Suryanto.