Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sabit Dyuta
Novel Jika Kucing Lenyap dari Dunia (Gramedia)

Pernahkah terbayang, jika kehidupanmu bisa diperpanjang dengan mengorbankan sesuatu yang sangat berharga bagimu?

"Jika Kucing Lenyap dari Dunia" karya Genki Kawamura, mengajak pembaca untuk merenungkan pertanyaan tersebut melalui kisah seorang pria yang menghadapi kenyataan hidupnya yang hampir berakhir karena kanker otak stadium akhir. 

Ia diberikan kesempatan untuk hidup lebih lama, namun dengan syarat harus menghapus benda-benda yang ia anggap penting. Keputusan ini membuka perjalanan emosional yang mendalam dan menggugah untuk mengerti apa yang benar-benar berharga dalam hidup.

Cerita dimulai dengan tokoh utama yang menyadari bahwa hidupnya tinggal sebentar lagi. Dalam keputusasaannya, muncul seorang iblis yang menawarkan kesempatan untuk memperpanjang hidupnya—dengan syarat menghilangkan benda-benda dari dunia.

Setiap benda yang ia hapus akan memberinya tambahan waktu. Dari benda yang tampaknya tidak begitu penting hingga yang sangat berarti, pria ini mulai memilih mana yang akan dihilangkan.

Ketika ia diminta untuk menghilangkan kucing kesayangannya, Kubis, ia dihadapkan pada dilema besar tentang nilai hidup dan apa yang sebenarnya layak untuk dipertahankan.

Buku ini menggali tema-tema besar tentang hidup, kehilangan, dan pemahaman diri. Ketika tokoh utama harus melepaskan benda-benda berharga dalam hidupnya, ia mulai menyadari betapa seringnya kita mengabaikan hal-hal yang sebenarnya memberi warna pada hidup kita—baik itu hubungan, kenangan, atau kebiasaan yang kita anggap biasa.

Kehilangan ini bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi lebih pada bagaimana kita belajar menghargai apa yang kita miliki sebelum semuanya hilang.

Cerita ini juga secara tidak langsung menyentil cara pandang orang-orang pada umumnya terhadap hidup yang sering kali terfokus pada hal-hal materi, sementara hubungan dan momen berharga justru terabaikan.

Dalam perjalanannya, tokoh utama dipaksa untuk melihat kembali apa yang benar-benar penting, yang bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang hidup dengan penuh makna. Kehilangan dalam cerita ini menjadi titik balik untuk mengapresiasi hidup lebih dalam.

Buku ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi tantangan hidup—terutama yang mengancam nyawa—kita sering kali harus memilih antara memperjuangkan hidup dengan mengorbankan yang lain atau menerima kenyataan dan belajar menerima dengan ikhlas.

Pilihan ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai waktu yang kita miliki dan orang-orang di sekitar kita.

Akhir cerita "Jika Kucing Lenyap dari Dunia" tidak hanya menyentuh soal perpanjangan hidup, tetapi juga mengajarkan kita untuk merenung tentang makna hidup itu sendiri, tentang bagaimana kita dapat menemukan nilai dalam kehilangan dan belajar untuk mencintai dengan lebih tulus.

Buku ini membuka ruang bagi pembaca untuk mengevaluasi hidup mereka, mengingatkan kita semua untuk lebih menghargai setiap detik yang ada sebelum semuanya terlambat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Sabit Dyuta