'Archipelagos: The Serandji Book of Nusantara #2' merupakan seri kedua dari novel 'Archipelagos: Wizarding School in Nusantara'.
Kali ini, Sleepinigloo kembali mengajak pembaca memasuki dunia sihir yang kental dengan nuansa budaya Indonesia.
Kegembiraan kembali ke sekolah sihir diwarnai oleh kabar menggemparkan yang mengguncang Nusantara.
Sebanyak 12 tahanan level tinggi berhasil melarikan diri dari penjara Kerajaan Serandjana, menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana bisa hal tersebut terjadi?
Di tengah kekacauan itu, muncul masalah serius lainnya. Buku Serandji Nusantara, sebuah buku sakral yang menyimpan sejarah para penyihir dan pernah digunakan untuk membangkitkan kekuatan Berong, sang penyihir hitam telah dicuri.
Tugas baru pun menimpa tujuh anak terpilih. Mereka harus menemukan kembali buku yang sangat penting tersebut sebelum kekuatan gelap itu menghancurkan segalanya.
Dalam seri kedua ini, gaya penulisan Sleepinigloo semakin matang. Konflik yang dihadirkan terasa berlapis-lapis dan membuat narasi semakin mendalam.
Novel ini pun menjadi lebih tebal, seolah mencerminkan kompleksitas permasalahan yang dihadapi para tokohnya.
Penambahan catatan kaki dalam buku ini juga sangat membantu pembaca untuk memahami konteks budaya dan mitologi yang diusung, memberikan sentuhan edukatif yang khas Nusantara.
Jika pada buku pertama fokus cerita lebih banyak kepada Nala, di buku kedua peran Ayu semakin dominan. Karakter Ayu ditulis dengan detail yang menarik, sehingga kehadirannya memberikan warna tersendiri dalam dinamika kelompok anak terpilih.
Meskipun demikian, keseluruhan karakter yang ada tetap saling melengkapi dalam menghadapi tantangan besar yang mendekat.
Salah satu kekuatan utama dari seri ini adalah penyajian budaya Indonesia yang kental. Novel ini menampilkan beragam elemen seperti pakaian adat, cerita rakyat, dan kepercayaan mistis yang dipadukan dengan kekuatan sihir dan makhluk-makhluk fantasi.
Perpaduan ini tidak hanya memuaskan imajinasi, tetapi juga memberikan nilai tambah edukatif bagi para pembaca yang ingin lebih mengenal kekayaan budaya Nusantara.
'Archipelagos: The Serandji Book of Nusantara #2' adalah lanjutan petualangan yang sangat seru dan penuh intrik.
Konflik yang berlapis, gaya penulisan yang semakin baik, dan penekanan pada nilai-nilai budaya Indonesia membuat novel ini sangat direkomendasikan bagi para pencinta genre fantasi.
Dengan tugas besar untuk menemukan kembali buku sakral yang mampu membangkitkan kekuatan hitam, para anak terpilih harus bersatu dan mengerahkan seluruh kemampuan mereka demi menyelamatkan dunia sihir Nusantara.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
-
Ulasan Novel The One and Only Ivan, Kisah Emosional Gorilla di Dalam Jeruji
-
The Wild Robot Escapes, Kisah Epik Tentang Rumah, Cinta, dan Kebebasan
Artikel Terkait
-
Apa Arti Lorem Ipsum? Tulisan di Tugu Titik Nol IKN Bikin Geger
-
Sambal Goang yang Super Pedas, Pecel Lele 5 Saudara Primadona Baru Jambi
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
Ulasan
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku