Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film Telepon yang Tak Pernah Berdering (Instagram/ Klikfilm)

Setiap pukul lima sore, Tini menunggu. Dia menanti suara dari seberang lautan, dari ibunya yang sedang bekerja jauh di negeri orang. Namun, panggilan itu nggak kunjung datang, atau mungkin, justru datang membawa kabar yang nggak pernah dibayangkannya.

Menarik ya? Itu baru secuil kisah dari Film Telepon yang Tak Pernah Berdering, yang tayang di Klikfilm sejak 14 Februari 2025. 

Film Telepon yang Tak Pernah Berdering garapan Sutradara Dyan Sunu Prastowo mengangkat kisah buruh migran dengan sentuhan drama emosional. Diproduksi sama Klikfilm Productions, film ini menyoroti kehidupan Tini (diperankan Aqeela Calista), sosok anak yang dititipkan karena ibunya, Surti, harus bekerja di Arab Saudi. Suatu hari, Surti mengirim surat dan meminta Tini untuk mengangkat telepon tepat pukul lima sore. Namun, panggilan itu bukan sekadar obrolan biasa—melainkan awal dari sebuah tragedi besar yang mengungkap kenyataan pahit tentang ibunya.

Selain Aqeela Calista, film ini juga dibintangi Teuku Rifnu Wikana, Prastiwi Dwiarti, Sriyatun, Bima Azriel, Putri Fiyonda, dan Crescentia Kunti. 

Buruh Migran dan Rindu yang Nggak Berkesudahan

Kisah buruh migran bukan sekadar cerita tentang mencari nafkah di negeri orang, tapi juga tentang keluarga yang tercerai-berai. Banyak ‘ibu’ atau ‘perempuan’ yang terpaksa meninggalkan anak mereka demi masa depan yang lebih baik, meski harus bertaruh dengan ketidakpastian nasib di tempat asing.

Dalam film ini, Surti adalah salah satu dari jutaan pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri, terutama di negara-negara Timur Tengah. Tini, seperti banyak anak lainnya, tumbuh tanpa kehadiran ibunya secara langsung. Komunikasi mereka terbatas, hanya bisa mengandalkan surat atau telepon, yang dalam film ini jadi elemen penting dalam cerita.

Namun, di balik kisah rindu antara ibu dan anak, ada potensi yang lebih kelam di realita. Banyak pekerja migran mengalami ketidakadilan, mulai dari eksploitasi, kekerasan, hingga kasus-kasus tragis yang berakhir di tahanan atau bahkan kehilangan nyawa. Dan ya, film ini tampak ingin menyoroti sisi lain dari kehidupan buruh migran—bukan hanya perjuangan mereka, tapi juga nasib yang nggak selalu berpihak pada mereka.

Mengangkat Isu Sosial dalam Balutan Drama

Film Telepon Yang Tak Pernah Berdering nyatanya berhasil jadi film yang mengentak perasaan sekaligus membuka mata penonton terhadap realitas yang jarang dibicarakan. Dengan gaya penyutradaraan Dyan Sunu Prastowo, yang sebelumnya menangani film horor ‘Ketindihan’, rupanya jalinan kisahnya berjalan cukup baik, jauh lebih baik ketimbang Film Ketindihan yang terbilang gagal dari segi kritik. 

Drama dan isu sosial yang diangkat agaknya terasa cukup nyata dan sungguh film ini punya pesan moralnya untuk diperbincangkan. Nah, bila kamu penasaran, cus meluncur ke Klikfilm!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha