Saat kita menjalani status sebagai seorang perempuan, terkadang kita memperoleh beragam stigma dalam masyarakat di berbagai aspek kehidupan yang kita jalani, baik dari segi penampilan, kehidupan karier, hingga urusan pernikahan.
Tidak hanya dalam masyarakat secara umum, hal yang memiriskan seringkali kita jumpai pada sesama perempuan yang dengan mudahnya melontarkan kalimat untuk saling menjatuhkan. Misalnya ada seorang perempuan yang melontarkan kalimat nyinyir terhadap pilihan perempuan lain yang untuk bekerja dibanding tinggal di rumah saja, atau terhadap mereka yang memilih untuk berkarya dan menunda pernikahan.
Terkait hal tersebut, Dian Kristiani membagikan pengalaman-pengalamannya saat menghadapi berbagai komentar buruk di atas dalam buku berjudul 'I'm (not) Perfect: Walaupun Tidak Sempurna, Perempuan tetap Bisa Bahagia'.
Buku ini berisi 28 esai pendek dari Dian Kristiani tentang pengalaman sehari-harinya saat menjalani kehidupan terkait statusnya sebagai seorang perempuan.
Di dalam esai tersebut, Dian menyorot berbagai persoalan yang kerap membuat seorang perempuan itu merasa bersalah dengan keputusan yang diambil.
Misalnya saat memiliki anak. Kadang kita akan didera dengan banyak pertanyaan template tentang keputusan melahirkan normal atau caesar, penggunaan ASI eksklusif atau susu formula, pilihan tentang metode parenting, dan sejumlah pertanyaan yang menyudutkan perempuan.
Selain itu, ada pula beberapa esai yang membahas tentang beragam fenomena saat berumah tangga, yang kerap membuat perempuan tersudutkan dengan banyak persoalan. Mulai dari persoalan suami, mertua, hingga masalah finansial rumah tangga.
Meskipun pembahasannya terkesan serius, tapi penulis mengemasnya dengan gaya bahasa yang santai. Bahkan sesekali menyelipkannya dengan humor yang receh.
Namun sayang sekali, pada beberapa pembahasan, saya belum bisa menangkap unsur humor yang disajikan penulis. Pada beberapa bagian juga terasa masih butuh diekspor lebih tajam dan mendalam, mengingat berbagai tema yang dibahas sebenarnya cukup menarik untuk dibahas.
Tapi secara umum, buku ini berisi pembahasan yang relatable dengan kondisi banyak perempuan. Jika kamu butuh bacaan untuk bersantai, I'm (not) Perfect bisa menjadi salah satu rekomendasi buku yang inspiratif!
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
-
Ulasan Buku Kumpulan Cerita Hantu Lucu, Kisah Horor yang Tidak Seram
Artikel Terkait
-
Dilema Ekonomi Kretek: Perempuan di Balik Asap dan Rupiah
-
Pemerkosaan di RSHS: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Indonesia
-
Potret Kehidupan Sub-Urban di Kota Besar dalam Buku Komik Gugug! Karya Emte
-
A Good Girl's Guide to Murder, Investigasi Kasus Pembunuhan oleh Siswi SMA
-
Drama Musikal Tentang Persahabatan Tiga Perempuan: Merayakan Keberadaan Mereka di Sekitar Kita
Ulasan
-
Review Novel 'The Grapes of Wrath': Melawan Nasib, Mencari Keadilan
-
Review The Monkey: Film Horor yang Bikin Kamu Ngecek Bawah Tempat Tidur!
-
Ulasan Film Petak Umpet, Kisah Legenda Horor Hantu Wewe Gombel
-
Review Film That They May Face the Rising Sun: Sederhana tapi Begitu Lembut
-
Ulasan Film With You in the Future, Saat Jatuh Cinta pada Orang yang Tepat
Terkini
-
Piala Asia U-17: Indonesia Wajib Waspadai Korea Utara karena 3 Faktor Ini
-
Sebut Lolos Piala Dunia U-17 Lebih Mudah, Pernyataan Fakhri Husaini Tak Sepenuhnya Benar
-
3 Pemain Timnas Indonesia U-17 yang Layak Dievaluasi Jelang Laga 8 Besar Piala Asia
-
Prabowo Sibuk Gaungkan 'Indonesia Cerah', Sementara Rakyat Masih Gigit Jari
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata