Terkadang, kita sudah bekerja keras dan gigih dalam memperjuangkan sesuatu. Tapi ujung-ujungnya malah zonk. Usaha tersebut berujung pada kegagalan atau hasil yang di luar ekspektasi.
Untuk mengatasinya, salah satu bacaan yang menurut saya cukup menginspirasi adalah buku berjudul 'Rahasia Meraih Kesuksesan dengan Percepatan' karya Feri Sulianta.
Sebagaimana judulnya, buku ini membahas tentang kiat untuk meraih kesuksesan dengan lebih cepat. Caranya adalah dengan fokus memperbaiki mindset tentang kesuksesan itu sendiri.
Ada beberapa hal yang cukup menarik dari buku ini. Khususnya tentang bagaimana kita seharusnya memiliki cara pandang terhadap kesuksesan tersebut.
Nah, menurut penulis, boleh jadi diri kita sendiri yang pada dasarnya memang menarik kondisi tersebut secara tidak sengaja.
"Setiap orang menarik orang yang juga sama dengan diri mereka, kesuksesan yang sama atau ketidaksuksesan yang sama". (Halaman 5)
Dengan kata lain, circle tempat kita berada itu sangat berpengaruh dengan kesuksesan. Kalau selama ini kita masih sering bergaul dengan orang-orang yang sering mengeluh, tidak lebih sukses dari kita, atau mereka yang seringkali menebar pesimisme tentang hidup, kurang lebih kita akan terbentuk menjadi seperti itu.
Dengan kata lain, lingkungan beserta orang-orang yang ada di dalamnya itu ibarat sebuah cetakan yang membentuk seseorang.
Kalau kita ingin sukses, kita harus mencari lingkungan yang menawarkan kesuksesan tersebut. Bukan malah sebaliknya. Lantas, jika kita sudah terlanjur di situasi ini, apa yang harus dilakukan?
Menurut penulis, langkah pertama bisa dimulai dari hal-hal sederhana dengan membuang segala sesuatu yang buruk. Mulai dari benda-benda di sekitar yang tidak kita butuhkan, hingga membuang pikiran-pikiran negatif yang menghambat.
Setelah membuang hal yang buruk, sekarang mulai biasakan diri untuk tidak memancarkan hal negatif dalam bentuk apapun. Hal seperti ini yang juga sering tidak disadari oleh banyak orang.
"Meskipun Anda sudah membuang sejumlah hal yang buruk, ternyata hal yang buruk dapat Anda jumpai di mana pun, dan kapan pun. Anda tetap saja memiliki peluang untuk menariknya ke dalam hidup Anda jika Anda mulai menciptakan hal yang buruk yang juga memiliki karakteristik yang sama dengan yang Anda jumpai". (Halaman 53)
Mereka secara tidak sadar mencari informasi tentang ketidaksuksesan itu sendiri. Menikmati konten tentang kemiskinan, menebar hoaks, atau mengunggah postingan dengan tone negatif. Kalau dipikir-pikir, kita melakukan ini untuk apa, sih? Tidak mendapatkan manfaat, dan hanya membuat kita semakin overthinking serta sulit untuk fokus pada sesuatu yang benar-benar kita dambakan dalam hidup.
Setelah kita membuang sesuatu yang selama ini menghambat kita untuk sukses, maka selanjutnya kita akan lebih mudah untuk menentukan dan menarik hal-hal yang ingin kita capai dalam hidup.
Lewat buku ini, Feri Sulianta menjelaskan langkah-langkah dari perbaikan cara pandang tersebut.
Jadi, pada intinya, untuk membuat sebuah percepatan dalam kesuksesan, hal paling penting yang dibahas dalam buku ini adalah soal mindset.
Kelebihan dari buku ini adalah pembahasan yang sederhana. Ukuran font-nya juga lumayan besar sehingga nyaman saat dibaca.
Saya cukup menikmati pembahasan yang dipaparkan penulis karena tidak membahas motivasi yang lebay. Sebaliknya, apa yang dijelaskan penulis soal mindset di atas merupakan pemikiran yang realistis. Dan barangkali, ada sebagian orang yang memang butuh diingatkan tentang hal ini.
Kekurangannya mungkin dari segi implementasi tentang penerapan aksi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari setelah memperbaiki mindset. Masih kurang detail, dan hanya membahas hal-hal umum.
Namun, terlepas dari hal tersebut, buku ini tetap menarik. Bagi pembaca yang ingin memperbaiki mindset tentang kesuksesan, buku ini bisa menjadi bacaan yang inspiratif!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Mengenal Seni Hidup Sederhana dari Biksu Jepang Lewat Buku Zen: The Art of Simple Living
-
Buku Kaizen: Mencapai Kesuksesan Melalui Langkah Kecil yang Konsisten
-
Ulasan Novel 7 Divisi: Melunakkan alam, ego, dan hati
-
Inevitably in Love: Dunia Cinta, Bisnis, dan Ego yang Membakar
-
Ulasan Buku Bambu Biru, Kumpulan Cerpen Remake dari Kisah Rakyat Jepang
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
4 Padu Padan Outfit Warna Putih ala Bona WJSN yang Kece Buat Hangout!
-
Ditanya Malam Pertama Setelah Menikah, Amanda Manopo: Kita Coba Hari Ini!
-
Sinopsis Light of Dawn, Drama China yang Dibintangi Zhang Ruo Yun
-
Bunda Maia Beri Pesan Hidup pada Marshanda dan Maria Theodore: Pengalaman?
-
Gagal Redam Lawan, Bukti Skema Dua Bek Tengah Tak Cocok di Timnas Indonesia