Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Ilustrasi war takjil (unsplash.com/umar ben)

Dalam bulan Ramadan selama 2 tahun terakhir, di Indonesia sering kali ditemui fenomena yang cukup unik, yakni war takjil atau perang takjil.

Namun, arti kata “war” atau “perang” dalam makna kali ini justru memiliki konotasi saling berlomba-lomba untuk membeli dan memborong dagangan orang-orang yang menjual berbagai macam menu takjil untuk berbuka puasa.

Dilansir dari laman ipb.ac.id, fenomena war takjil yang marak terjadi selama bulan Ramadan di Indonesia dalam jangka 2 tahun terakhir dianggap sebagai sebuah budaya baru yang menggambarkan pluralisme kebudayaan yang ada di Indonesia.

Pasalnya, tren war takjil ini sendiri tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja sebagai umat yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, melainkan juga umat-umat agama lainnya yang juga turut memeriahkan tren satu ini.

Meskipun sempat menimbulkan pro dan kontra, akan tetapi hingga saat ini kegiatan tersebut justru mencerminkan saling adanya toleransi antarumat beragama di Indonesia. Hal ini sendiri tentunya memiliki dampak yang sangat positif sekaligus dapat mengutungkan banyak pihak.

Tren War Takjil Bisa Menjadi Sarana Berbagi Rezeki kepada Sesama

Tren war takjil yang menjadi budaya baru di masyarakat di Indonesia dalam 2 tahun terakhir ini tentunya bisa mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak.

Salah satunya adalah para pedagang yang menjual beraneka ragam makanan yang disuguhkan untuk takjil berpuasa. Dalam setiap lokasi yang menjual banyak menu untuk takjil di bulan Ramadan, dipastikan akan selalu diserbu oleh banyak pihak yang melakukan tren war takjil.

Uniknya, seperti yang dijelaskan di atas tidak hanya umat muslim saja yang meramaikan tren war takjil ini. Viralnya tren war takjil di berbagai media sosial tentunya mendorong banyak masyarakat dari ajaran atau agama lainnya juga turut ikut serta memeriahkan tren war takjil ini.

Hal ini secara tak langsung juga bisa kian menghidupkan roda perekonomian masyarakat yang tentunya bisa memberikan pemasukan yang cukup banyak bagi para pedagang yang menjual aneka menu makanan untuk takjil.

Tentunya fenomena war takjil ini menjadi salah satu bukti bahwa kebaikan antarsesama khususnya dalam hal jalur rezeki masing-masing individu bisa datang dari mana saja. Para pembeli bisa ikut merasakan sensasi war takjil dan juga merasakan berbagai hidangan takjil di bulan Ramadan.

Di sisi lain, para pedagang tentunya mendapatkan limpahan rezeki dari pemasukan penjualan yang cukup banyak yang diakibatkan oleh tren war takjil tersebut.

Tentu diharapkan budaya semacam ini bisa tetap lestari di Indonesia sebagai bukti adanya toleransi antar agama sekaligus menghidupkan roda perekonomian masyarakat di bulan Ramadan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir