Setelah sukses besar dengan Film Parasite (2019), banyak yang penasaran dengan langkah berikutnya dari Sutradara Bong Joon-ho. Apakah dia akan kembali mencampur genre, atau justru bermain aman?
Nah, Film Mickey 17 yang tayang di bioskop Indonesia sejak 5 Maret 2024 dan diadaptasi dari novel Mickey 7 karya Edward Ashton, mungkin bukan sebuah revolusi, tapi tetap menyajikan sajian yang khas dari sang sutradara, yaitu: Drama kelas sosial, satir tajam, dan sedikit kegilaan yang dibalut dalam nuansa fiksi ilmiah.
Tahu nggak, mengapa judul Mickey 7 jadi Mickey 17? Itu karena ada beberapa perubahan kreatif terkait jumlah kloningan Mickey, yang mana dalam novel berjumlah 7 sedangkan di film ada lebih dari itu.
Penasaran dengan impresi terkait film ini? Kamu nggak boleh nggak baca sampai tuntas sih!
Kisah Kloning dan Eksploitasi Manusia
Ceritanya tuh begini. Mengambil latar tahun 2054, film ini mengikuti perjalanan umat manusia yang berusaha membangun koloni di planet baru bernama Niflheim. Misi ini dipimpin Kenneth Marshall (Mark Ruffalo), seorang politikus gagal, bersama istrinya yang sangat mendominasi kehidupannya, Ylfa (Toni Collette).
Di antara kru yang ikut serta, ada Mickey Barnes (Robert Pattinson), seorang “Expendable”—sebutan bagi pekerja yang tugasnya adalah melakukan misi-misi berbahaya yang nyaris selalu berujung pada kematian.
Namun, di dunia ini, kematian bukanlah akhir. Teknologi kloning memungkinkan Mickey untuk “dicetak ulang” setiap kali dia mati, dengan ingatan yang masih utuh. Namun, suatu hari, terjadi kesalahan. Mickey ke-17 ternyata masih hidup, sementara Mickey ke-18 sudah lebih dulu dihidupkan. Ini memicu kekacauan, karena dua versi Mickey eksis secara bersamaan dan itu terlarang!
Menarik banget ya? Asli, kamu nggak akan menyesal nonton ini. Memangnya apa yang membuatnya punya daya tarik di mata penonton? Kita bahas lebih dalam lagi ya.
Ketika Manusia Berperan sebagai Tuhan
Sutradara Bong Joon-ho selalu punya cara unik dalam menyelipkan kritik sosial ke dalam filmnya. Film Mickey 17 mengangkat tema eksploitasi tenaga kerja, di mana Mickey—seperti para pekerja kelas bawah di dunia nyata—dipaksa mempertaruhkan nyawanya demi kepentingan orang-orang di atas. Bahkan, keberadaannya lebih dianggap sebagai alat ketimbang manusia. Ada adegan yang cukup mencolok ketika Timo (Steven Yeun), teman Mickey, lebih memilih menyelamatkan senjata ketimbang menolong Mickey yang sekarat.
Selain itu, film ini juga membahas sisi gelap manusia yang merasa punya kendali penuh atas kehidupan dan kematian berkat teknologi. Dengan adanya kloning, manusia bisa “bermain Tuhan”, tapi apakah mereka memiliki kebijaksanaan untuk melakukannya dengan benar? Semua tergantung interpretasi masing-masing saat kamu nonton film ini.
Daya Tarik Film di balik Komedi Gelap dan Akting Robert Pattinson
Meskipun temanya cukup berat, sang sutradara nggak lupa menyelipkan humor khasnya. Film Mickey 17 dipenuhi komedi gelap yang cukup efektif memancing tawa, terutama berkat akting Robert Pattinson. Di sini, dia memerankan dua versi Mickey yang sangat kontras. Mickey 17 digambarkan sebagai karakter yang agak “bodoh” dan lugu, sementara Mickey 18 lebih percaya diri dan nggak ragu menggunakan kekerasan.
Selain Pattinson, Mark Ruffalo juga tampil bagus sebagai pemimpin yang nggak kompeten, sementara Toni Collette tampil kuat sebagai karakter yang lebih mendominasi dari balik layar. Naomi Ackie, yang berperan sebagai kekasih Mickey, juga ngasih warna tersendiri. Mantap deh!
Pada akhirnya, kisah tentang kloning dan eksploitasi manusia memang punya potensi besar, tapi sayangnya, eksekusinya terasa agak stagnan. Alih-alih membawa kita menjelajahi dunia baru, film ini lebih banyak berkutat di sekitar konflik internal karakternya.
Namun, jika kamu menyukai film-film Bong Joon-ho yang penuh sindiran sosial, dengan campuran sci-fi dan komedi gelap, Film Mickey 17 layak untuk ditonton. Mungkin
Skor: 4/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Setan Botak di Jembatan Ancol, Hantu Legend Malah Nggak Dikasih Panggung?
-
Film Rumah Untuk Alie: Adaptasi Novel Best Seller yang Siap Mengaduk-aduk Emosi
-
Ketika Diam Lebih Mematikan, Menilik Minimnya Dialog dalam Film Demon City
-
Film Lemah Santet Banyuwangi yang Mengangkat Kisah Nyata di Tahun 1998
-
The Atlantis Mussels dan Bukti Bahwa Ide Sederhana Bisa Mendunia
Artikel Terkait
-
Meski Nge-DJ, Herjunot Ali Tolak Minum Alkohol
-
7 Fakta Siapa Dia, Film Nicholas Saputra yang Batal Dirilis
-
'Pabrik Gula' Bakal Tayang Dua Versi, Apa Sih yang Bikin Berbeda?
-
Bong Joon Ho Jadi Sutradara Korea Pertama Puncaki Box Office Amerika
-
Film Horor Muslihat, Teror Rumah Panti Asuhan Tua di Tengah Hutan
Ulasan
-
3 Kedai Kopi Legendaris di Bandung yang Masih Eksis hingga Saat Ini
-
Ujung Aspal Purwakarta, Wisata Hutan Pinus dengan Suasana Sejuk Menyegarkan
-
Review Novel 'Amba', Ketika Cinta Harus Kalah oleh Sejarah
-
Kisah Pilu LDR di Lagu 5SOS Close as Strangers: Saat Cinta Perlahan Menjauh
-
Setan Botak di Jembatan Ancol, Hantu Legend Malah Nggak Dikasih Panggung?
Terkini
-
Yeji ITZY Ungkap Rasa Kagum yang Menggebu di Lagu Debut Solo 'Air'
-
Kiper Pegang Bola Ada Batas Waktunya, Berapa Lama Sih?
-
'Pabrik Gula' Bakal Tayang Dua Versi, Apa Sih yang Bikin Berbeda?
-
Jangan Salah Pilih! Ini 4 Menu Sahur Bergizi untuk Tahan Lapar saat Puasa
-
Bong Joon Ho Jadi Sutradara Korea Pertama Puncaki Box Office Amerika