Kalau kamu suka film politik yang penuh intrik, aksi keren, dan dialog tajam, Article 370 bisa jadi pilihan yang menarik. Film ini bercerita tentang isu panas di Kashmir—pencabutan Pasal 370 Konstitusi India yang sempat bikin gempar.
Dibintangi oleh Yami Gautam dan Priyamani, film ini nggak cuma sekadar drama politik biasa, tapi juga dikemas dengan adegan laga dan ketegangan ala spy thriller.
Sebelum masuk ke ulasan film, mungkin ada yang masih bingung—Apa sih Pasal 370 itu? Singkatnya, pasal ini memberikan status khusus buat Jammu & Kashmir, membuat wilayah itu punya konstitusi sendiri dan otonomi lebih besar. Tapi pada 2019, pemerintah India mencabutnya, yang bikin banyak pro-kontra.
Nah, film Article 370 ini mengangkat konflik sebelum dan sesudah pencabutan pasal tersebut. Yami Gautam berperan sebagai Zooni Haksar, agen intelijen yang ditugaskan buat mengamankan situasi di Kashmir sebelum keputusan besar ini diumumkan.
Sementara Priyamani memerankan Rajeshwari Swaminathan, seorang pejabat pemerintah yang jadi otak di balik operasi rahasia ini.
Review Film Article 370
Hal yang bikin film ini seru adalah campuran antara strategi politik dan aksi lapangan. Adegan perkelahian dan tembak-tembakan nggak berlebihan, tapi cukup bikin tegang.
Yami Gautam, yang sebelumnya dikenal lewat film seperti Uri: The Surgical Strike, lagi-lagi membuktikan kalau dia jago main peran agen tangguh. Gerakan fight-nya smooth, dan ekspresinya pas banget buat karakter yang dingin tapi penuh tekad.
Tapi jangan salah, Article 370 nggak cuma mengandalkan aksi. Dialog-dialognya tajam, terutama saat para tokoh berdebat soal dampak pencabutan pasal ini. Beberapa adegan rapat rahasia dan negosiasi politik bikin film ini terasa seperti House of Cards versi Bollywood.
Yami Gautam dan Priyamani benar-benar membawa film ini. Chemistry mereka sebagai duo wanita kuat di dunia politik dan intelijen berhasil bikin penonton engaged. Priyamani, yang udah terbukti aktingnya di series seperti The Family Man, lagi-lagi menunjukkan kelasnya sebagai aktris yang bisa memerankan karakter kompleks.
Tapi sayangnya, beberapa karakter pendukung terasa kurang berkembang. Misalnya, antagonis di film ini cenderung datar—nggak ada musuh yang benar-benar memorable atau bikin aku benci banget.
Padahal, konflik di Kashmir kan sebenarnya punya banyak lapisan, tapi film ini lebih fokus ke sisi pemerintah India, jadi perspektifnya agak satu sisi.
Film ini punya pacing yang cepat, jadi nggak ada adegan membosankan. Dari awal udah langsung masuk ke konflik, dan setiap adegan punya tujuan jelas.
Tapi justru karena terlalu padat, beberapa bagian terasa kurang dieksplor. Misalnya, dampak sosial pencabutan Pasal 370 terhadap masyarakat Kashmir cuma disinggung sekilas.
Endingnya juga agak terburu-buru. Setelah semua ketegangan dan strategi, klimaksnya kurang memuaskan. Seolah-olah semua selesai dengan terlalu mudah, padahal di dunia nyata isu Kashmir jauh lebih rumit.
Secara keseluruhan, Article 370 adalah film yang solid. Cocok buat yang suka genre politik-thriller dengan sentuhan aksi. Akting Yami dan Priyamani bikin film ini worth to watch, meskipun ada beberapa kekurangan di penulisan karakter dan ending.
Kalau kamu pengin nonton film yang nggak cuma hiburan tapi juga ngasih insight soal isu politik India, ini pilihan yang oke. Tapi jangan berharap kedalaman seperti The Kashmir Files atau ketegangan tingkat Raazi, karena Article 370 lebih fokus ke sisi pemerintah dan operasi intelijen.
Kalau dari segi rating aku kasih 7.5/10 dah, karena di beberapa adegan akting yang keren, pacing cepat dan adegan aksi solid. So jadi, tertarik nonton nggak?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Review Film Regretting You: Sebuah Kisah Pengkhianatan dan Cinta yang Rapuh
-
Review Film Rosario: Kutukan yang Menggali Luka Keluarga dan Identitas!
-
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
Artikel Terkait
-
Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
-
Review Film Twisters: Lebih Bagus dari yang Pertama atau Cuma Nostalgia?
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial
Ulasan
-
Ulasan Film Korea Firefighters: Sajikan Kisah Heroik Para Pemadam Kebakaran
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
-
Jarak dan Trauma: Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Novel Critical Eleven
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
Terkini
-
Ditanya Rumor Keretakan, Anthony Xie Hanya Minta Doa dan Enggan Membantah
-
Pilih Independen, AKMU Siap Hengkang dari YG Entertainment setelah 12 Tahun
-
Sinopsis The Family Man Season 3, Series India Terbaru Manoj Bajpayee
-
Sempat Divonis Mandul, Kini Krisjiana dan Siti Badriah Dikaruniai Dua Putri
-
Rindu Berat, Beby Prisillia Janji Bersamai Onadio Leonardo di Masa Sulit