Hai guys! Kali ini aku mau bahas film horor terbaru yang lagi hype banget, The Monkey. Film ini beneran bikin deg-degan dari awal sampai akhir, cocok buat kamu yang suka horor klasik yang dibalut dengan sentuhan modern.
Nggak cuma jumpscare doang, tapi atmosfernya bikin merinding sampai ke tulang belakang. Dibintangi oleh Theo James, Tatiana Maslany serta Christian Convery. Disutradarai dan ditulis dengan gaya yang nggak biasa oleh Osgood Perkins. Yuk, kita bedah apa aja yang bikin film ini worth to watch!
Cerita The Monkey berpusat pada sebuah boneka monyet tua yang ternyata punya sejarah mengerikan. Awalnya, boneka ini cuma barang antik yang terlihat biasa aja, tapi lama-kelamaan, orang-orang di sekitarnya mulai mengalami kejadian aneh dan mengerikan. Mirip banget nih seperti Chucky tapi dengan vibe lebih seram dan nggak sok lucu.
Tanpa spoiler terlalu banyak, film ini menjelaskan bagaimana boneka monyet itu ternyata terkait dengan kutukan masa lalu, dan satu per satu karakter harus menghadapi ketakutan mereka sendiri. Ada twist yang cukup mengejutkan, meskipun beberapa bagian masih bisa ditebak kalau kamu sering nonton film horor.
Review Film The Monkey
Salah satu keunggulan The Monkey adalah visualnya yang dark dan atmospheric. Penggunaan lighting dan angle kamera bikin suasana mencekam banget. Adegan-adegan jumpscare bukan cuma mengandalkan suara keras (meskipun ada juga sih), tapi lebih ke buildup ketegangan yang bikin kita benar-benar menahan napas untuk sejenak.
Boneka monyetnya sendiri didesain dengan detail yang bikin geli—matanya yang kosong, senyumnya yang nggak natural, dan gerak-geriknya yang kadang halus, kadang nggak wajar. Pokoknya, perfect recipe for nightmares!
Pemeran utama di film ini cukup solid, terutama aktor yang jadi korban pertama kutukan boneka monyet. Ekspresi ketakutannya believable banget, dan chemistry antar-karakter juga cukup natural. Tapi sayangnya, ada beberapa bagian di mana dialog terasa agak kaku atau terlalu dipaksakan, seperti cuma buat ngejelasin plot aja.
Tokoh antagonis (atau lebih tepatnya, si boneka monyet) nggak banyak "ngomong", tapi justru itu yang bikin lebih menyeramkan. Bayangin aja, boneka yang cuma bisa nutup-nutupin tangan tapi bikin semua orang panik—itu lebih ngeri daripada monster yang teriak-teriak.
Di babak pertama, The Monkey agak slow burn. Film ini lebih fokus ke pengenalan karakter dan misteri di balik boneka monyet, jadi kalau kamu expect horor non-stop dari awal, mungkin bakal sedikit kecewa. Tapi sabar aja, karena begitu masuk ke pertengahan cerita, tempo film mulai cepat dan makin intense.
Hal yang menarik, film ini bukan cuma mengandalkan horor fisik (takut karena melihat sesuatu), tapi juga horor psikologis. Ada beberapa adegan yang bikin kita merasa "apa yang tak terlihat itu lebih menyeramkan daripada yang terlihat". Efek suara dan musik latarnya juga membantu banget bikin suasana makin merinding.
Nggak ada film yang sempurna, termasuk The Monkey. Beberapa bagian agak lambat, terutama di pertengahan, di mana ceritanya lebih fokus ke karakter development. Tapi menurutku ini justru jadi nilai plus, karena bikin horornya lebih berbobot.
Kalau ada yang kurang, mungkin beberapa jumpscare agak predictable, tapi overall masih efektif. Mungkin untuk yang nggak suka horor slow-burn, bagian awalnya bakal terasa agak dragging sih.
The Monkey adalah film horor yang berhasil bikin aku merinding lama setelah nonton. Dari efek visual, sound design, sampai ceritanya semuanya solid. Film ini cocok buat kalian yang:
- Suka horor klasik ala The Conjuring atau Annabelle tapi pengin vibe yang lebih gelap.
- Pengin horor yang bukan cuma mengandalkan jumpscare, tapi juga atmosfer dan cerita.
- Suka mystery dan plot twist yang nggak gampang ditebak.
Rating aku: 8.5/10! Bukan cuma menyeramkan, tapi juga punya cerita yang memorable. Kalau kamu suka film horor, aku rekomendasikan untuk tontonan akhir pekan!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film Jumbo: Petualangan Imajinasi yang Bikin Hati Jadi Hangat
-
Orion and the Dark: Tak Hanya Menghibur, Film Ini Bisa untuk Terapi Mental!
-
Ulasan Serial Study Group: Belajar atau Berantem, Siapa Takut?
-
Review Article 370: Film Thriller yang Bikin Kamu Nggak Mau Berkedip!
-
Ulasan Film Paddington in Peru: Petualangan Seru si Beruang Cokelat!
Artikel Terkait
-
Review Jumbo: Sebenarnya Film 'Horor' yang Dibalut Kebahagiaan
-
Metamorfosis Film Horor Indonesia: Dari Seksis hingga Religi
-
Ulasan Film Hereditary, Kisah Keluarga Diteror Perjanjian Nenek Moyang
-
Raup Jutaan Penonton, 7 Film Horor Terlaris Karya Lele Laila Penulis Skenario Pabrik Gula
-
4 Kontroversi di Balik Kesuksesan Box Office Film Pabrik Gula
Ulasan
-
Arti Cinta dan Kehilangan di Novel The Miraculous Journey of Edward Tulane
-
Ulasan Better Man, Film Biopik Visioner dengan Eksekusi yang Cerdas
-
Review Film Cinta Laki-Laki Biasa: Romansa yang Sederhana tapi Memikat
-
Review Good One: Film yang Begitu Jujur dan Menampar Kesadaran Kita
-
Menyoal Cinta Sepihak dalam Intoxicating Love: Romantis atau Problematis?
Terkini
-
Shin Min Ah Hingga Lee Jong Suk Konfirmasi Bintangi Drama Romantis Fantasi
-
Dibantai Korea Utara, Timnas Indonesia U-17 Memang Kalah dari Banyak Aspek
-
3 Anime Aksi Cocok Ditonton Sambil Menunggu Musim Kedua Devil May Cry
-
Timnas Indonesia U-17 Terhenti di Babak 8 Besar, Bagaimana Nasib Nova Arianto?
-
Tampil Beda! Ini 4 Ide OOTD Edgy Look ala Tsuki Billlie yang Bisa Kamu Tiru