Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | aisyah khurin
Film Joker: Folie a Deux (imdb.com)

"Joker: Folie a Deux" adalah sekuel dari film "Joker (2019)" yang disutradarai oleh Todd Phillips. Film ini telah tayang pada tanggal 4 Oktober 2024 dengan durasi 2 jam 18 menit.  Joker: Folie a Deux kembali menampilkan Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck dan memperkenalkan Lady Gaga sebagai Lee Quinzel, seorang psikiater yang menjadi terobsesi dengan Arthur. Berbeda dengan pendahulunya, film ini menggabungkan elemen musikal dalam narasinya.

Cerita berfokus pada Arthur yang kini berada di Arkham State Hospital setelah peristiwa yang terjadi di film pertama. Di sana, ia bertemu dengan Lee Quinzel, yang kemudian menjadi Harley Quinn. Hubungan mereka berkembang dalam suasana yang penuh ketegangan dan delusi bersama, atau folie a deux.

Folie a deux sendiri adalah istilah dalam bahasa Prancis yang berarti "kegilaan berdua". Dalam konteks psikiatri, ini merujuk pada gangguan psikotik langka di mana dua individu yang memiliki hubungan dekat berbagi delusi yang sama atau sangat mirip.

Film ini mencoba mengeksplorasi dinamika hubungan antara Arthur dan Lee melalui adegan-adegan musikal yang mencerminkan kondisi psikologis mereka. Banyak penonton yang memuji keberanian film ini dalam mengambil pendekatan yang tidak konvensional. 

Namun, ada juga beberapa kritik untuk film ini karena dianggap membingungkan dan tidak konsisten. Film ini terasa seperti sengaja dibuat buruk, dengan naskah yang lemah dan manipulatif.

Performa Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck tetap memukau, menampilkan kompleksitas karakter yang mendalam. Namun, beberapa penonton merasa bahwa penampilannya kali ini kurang memberikan nuansa baru dibandingkan dengan film pertama.

Lady Gaga sebagai Lee Quinzel menunjukkan potensi besar dalam peran barunya. Namun, banyak yang merasa bahwa bakatnya tidak dimanfaatkan sepenuhnya dalam film ini. Penonton mencatat bahwa kehadiran Gaga terasa kurang maksimal.

Secara visual, film ini tetap mempertahankan estetika gelap dan atmosferik yang menjadi ciri khas Gotham. Sinematografi oleh Lawrence Sher dan desain produksi oleh Mark Friedberg memberikan nuansa yang mendukung narasi psikologis film.

Namun, integrasi elemen musikal dalam film ini menuai kritik penonton. Beberapa adegan musikal dianggap tidak menambah nilai pada narasi dan justru mengganggu alur cerita. 

Dari segi tema, film ini mencoba mengeksplorasi konsep delusi bersama dan hubungan toksik antara dua individu yang terjebak dalam dunia mereka sendiri. Namun, pendekatan ini dianggap terlalu berat dan tidak memberikan pencerahan baru bagi penonton.

Film ini juga menghadirkan kritik terhadap masyarakat yang memuja kekacauan dan kekerasan, dengan menggambarkan bagaimana Arthur dan Lee menjadi simbol bagi mereka yang merasa terpinggirkan. Namun, pesan ini terasa kabur dan tidak tersampaikan dengan jelas.

Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan yang ada di film "Joker: Folie a Deux", film ini nyatanya hanya mendapat rating 5.2/10 di IMDb. Meskipun begitu, film "Joker: Folie a Deux" menunjukkan bahwa eksperimen sinematik tidak selalu diterima dengan baik oleh publik. Namun, film ini tetap menjadi topik diskusi yang menarik dalam dunia perfilman.

Secara keseluruhan, "Joker: Folie a Deux" adalah eksperimen sinematik yang berani namun tidak sepenuhnya berhasil. Meskipun memiliki momen-momen yang kuat, film ini terasa kurang konsisten dalam penyampaian narasi dan pengembangan karakter.

Bagi penonton yang menyukai pendekatan artistik dan tidak konvensional, film ini mungkin menawarkan pengalaman yang berbeda. Namun, bagi mereka yang mengharapkan kelanjutan dari cerita Joker pertama dengan pendekatan yang serupa, film ini bisa jadi mengecewakan.

aisyah khurin