"Janur Ireng" adalah novel horor karya SimpleMan, yang sebelumnya dikenal melalui kisah viral KKN di Desa Penari. Novel ini merupakan bagian kedua dari trilogi "Sewu Dino", dan berfungsi sebagai prekuel yang mengungkap asal-usul konflik antara keluarga Kuncoro dan Atmojo.
Secara harfiah, "Janur Ireng" berarti "daun kelapa muda berwarna hitam", sebuah ironi karena janur biasanya identik dengan pernikahan dan kebahagiaan. Namun dalam konteks novel ini, janur hitam menjadi simbol tragedi dan kutukan yang menyelimuti keluarga Kuncoro.
Cerita berlatar di Jawa, dengan nuansa budaya lokal yang sangat kental. SimpleMan menggambarkan desa-desa dengan adat dan kepercayaan masyarakatnya yang masih kental terhadap dunia gaib, yang menciptakan suasana mencekam yang menjadi ciri khas dalam novel ini.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Sabdo Kuncoro, pewaris keluarga Kuncoro, dan Sugik, seorang abdi yang setia namun kemudian mengalami konflik batin. Karakter-karakter ini digambarkan dengan kompleksitas emosi yang mendalam, membuat pembaca terlibat secara emosional dalam cerita.
Konflik utama berkisar pada ambisi keluarga Kuncoro untuk mempertahankan kemurnian darah dan kekuasaan melalui praktik-praktik mistis dan pernikahan sedarah. Hal ini yang menjadi pemicu tragedi yang menimpa keluarga tersebut dan menjadi awal dari kutukan yang menghantui keluarga mereka.
Novel ini sarat dengan unsur mistisisme Jawa, seperti praktik santet, pesugihan, dan ritual-ritual gaib. SimpleMan menggambarkan bagaimana sebuah kepercayaan terhadap kekuatan supranatural dapat mempengaruhi tindakan dan keputusan para tokohnya.
Janur hitam dalam novel ini menjadi simbol dari kehancuran dan kutukan. Selain itu, berbagai simbol lain seperti sesajen, mantra, dan ritual digunakan untuk memperkuat nuansa mistis dan budaya lokal dalam cerita.
Alur cerita disusun dengan sangat baik, menggabungkan kilas balik dan pengungkapan bertahap yang menjaga ketegangan dan rasa penasaran bagi pembaca. Setiap bab membawa pembaca lebih dalam ke dalam misteri dan tragedi yang melingkupi keluarga Kuncoro.
SimpleMan menggunakan gaya penulisan yang sederhana namun efektif dalam membangun suasana horor. Deskripsi yang detail dan dialog yang natural membuat pembaca merasa seolah-olah berada di dalam cerita, mengalami langsung ketegangan dan kengerian yang dialami oleh para tokoh-tokohnya.
Tema utama dalam novel ini adalah ambisi dan kekuasaan yang membawa kehancuran. Melalui cerita keluarga Kuncoro, SimpleMan menyampaikan pesan bahwa obsesi terhadap kekuasaan dan keturunan murni dapat membawa malapetaka.
Kelebihan dari novel "Janur Ireng" terletak pada penggambaran budaya lokal yang digambarkan dengan begitu autentik dan atmosfer horor yang kuat. Cerita yang kompleks dan karakter yang mendalam membuat novel ini menarik dan menggugah emosi pembaca.
Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa alur cerita novel ini terlalu kompleks dan memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk mengikuti perkembangan cerita. Selain itu, beberapa pembaca yang menyukai alur cerita yang cepat mungkin merasa alur cerita ini agak sedikit lambat.
Sebagai prekuel dari "Sewu Dino", "Janur Ireng" memberikan latar belakang yang penting untuk memahami konflik dalam trilogi ini. Novel ini mengungkap asal-usul kutukan dan permusuhan antara keluarga Kuncoro dan Atmojo, memberikan konteks yang lebih dalam bagi pembaca.
Novel "Janur Ireng" sangat direkomendasikan bagi pembaca yang menyukai cerita horor dengan nuansa budaya Jawa yang kuat. Bagi penggemar "Sewu Dino", novel ini memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang dunia yang diciptakan oleh SimpleMan.
Secara keseluruhan, "Janur Ireng" adalah novel horor yang berhasil menggabungkan unsur mistisisme Jawa dengan cerita yang kompleks dan karakter yang mendalam. Melalui kisah keluarga Kuncoro, SimpleMan menyampaikan pesan tentang bahaya ambisi dan kekuasaan yang tak terkendali.
Identitas Buku
Judul: Janur Ireng
Penulis: SimpleMan
Penerbit: Bukune
Tanggal Terbit: 1 Juni 2020
Tebal: 296 Halaman
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Lost Apothecary: Perempuan, Racun, dan Dendam
-
Review Film It Feeds: Teror Trauma yang Mengintai di Balik Pikiran
-
Novel Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya: Belajar Tertawa dari Luka
-
Ulasan Novel Saha: Perjuangan Identitas di Tengah Penindasan Sosial
-
Ulasan Novel Parade Hantu Siang Bolong:Eksplorasi Budaya Jawa Lewat Ritual
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Podcase: Misteri Suara Arwah yang Tiba-Tiba Muncul di Podcast
-
Unfinished Fate: Ketika Cinta Tak Sempat Dikenal tapi Harus Dijalani
-
Hadirkan Teror Mencekam, Film Dasim Tayang di Bioskop 15 Mei 2025
-
5 Film Horor Komedi Thailand yang Siap Membuatmu Ketakutan dan Terhibur
-
Nerdy Girl: Luka Masa Lalu, Cermin Diri, dan Cinta yang Butuh Keberanian
Ulasan
-
Review Film Jalan Pulang: Teror Sosok Misterius yang Penuh Dendam
-
Bukit Pengilon, Spot Healing dengan View Laut Lepas di Jogja
-
Review Film The Unholy Trinity: Western Alegoris yang Kurang Menggigit
-
Review Film Elio: Petualangan Galaksi yang Bikin Hati Meleleh
-
Cinta dalam Sekat: Rindu yang Membawamu Pulang dan Luka Sejarah
Terkini
-
Marselinus Ama Ola Luput dari Panggilan Gerald Vanenburg, Akui Kecewa?
-
Nyaris Sempurna! Ini Alasan Samsung Galaxy S24 FE Wajib Masuk Wishlist Kamu
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 Jadi Event Sport Berbalut Kampanye Lingkungan dan Kearifan Lokal
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 dan Misi Keberlanjutan Mandiri Looping for Life
-
7 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Hemat Listrik 2025: Gak Cuma Gaya, Tapi Juga Irit Daya!