Film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan yang tayang perdana pada 31 Juli 2025 bikin banyak penonton penasaran, apalagi dengan hype dari novel Tian Topandi yang jadi dasar ceritanya. Disutradarai oleh Rako Prijanto, film ini dibintangi Adhisty Zara sebagai Jovanka dan Ari Irham sebagai Magnus. Dengan tema cinta remaja yang dibalut isu keluarga dan kesehatan mental, Bertaut Rindu menjanjikan roller coaster emosi. Tapi, apakah film ini beneran bikin hati berdebar atau cuma bikin kita ngantuk? Yuk, langsung simak ulasannya!
Cerita Bertaut Rindu berpusat pada Jovanka, perempuan ceria yang baru pindah ke Bandung bareng ibunya, Yuli (Putri Ayudya), setelah orang tuanya bercerai. Di sekolah baru, dia ketemu Magnus, cowok pendiam yang hidupnya dikontrol ketat oleh orang tua, Brata (Willem Bevers) dan Diana (Aida Nurmala). Meski beda karakter, mereka punya kesamaan: luka batin dari keluarga yang nggak harmonis. Dari pertemuan ini, tumbuh hubungan yang manis, saling menyembuhkan, dan ngajarin mereka buat berani ngejar mimpi.
Ulasan Film Bertaut Rindu
Dari segi akting, Adhisty Zara dan Ari Irham berhasil bikin chemistry yang bikin aku senyum-senyum. Zara sebagai Jovanka bener-bener berakting dengan apik, dengan vibe ceria tapi tetap nunjukin sisi rapuh yang bikin aku empati. Ari Irham sebagai Magnus juga oke banget, dengan ekspresi datar yang perlahan mencair—bikin kita pengin peluk karakternya! Pemain pendukung seperti Putri Ayudya dan Willem Bevers juga nggak kalah solid, memberikan kedalaman pada dinamika keluarga yang rumit. Tapi, beberapa karakter sampingan, seperti sahabat Jovanka, Maria (Aulia Deas) dan Koko (Bertram Beryl), terasa kurang dieksplor, seperti cuma jadi pemanis doang.
Visual film ini juga patut diacungi jempol. Sinematografi yang intimate, dengan fokus pada ekspresi dan gestur kecil, bikin kita merasa dekat sama karakternya. Lokasi syuting di Bandung, termasuk scene di curug yang dingin banget itu, menambah nuansa autentik. Apalagi, soundtrack Seiring yang dinyanyiin Jasmine Nadya bikin suasana makin melow—liriknya pas banget buat ngelukis hubungan orang tua dan anak yang nggak selalu mulus. Sayangnya, beberapa dialog terasa kaku dan kurang alami, seperti ngeliat anak SMA ngomong pakai bahasa buku. Timing-nya juga kadang off, bikin momen emosional yang seharusnya ngena malah jadi canggung.
Alur ceritanya sendiri cukup lambat, tapi ini nggak sepenuhnya buruk karena bikin kita bisa nyerap emosi karakternya. Film ini berani mengangkat isu kesehatan mental, seperti dampak perceraian pada anak dan tekanan orang tua yang bikin anak nggak punya suara. Tapi, ada beberapa plot hole yang bikin aku garuk-garuk kepala. Misalnya, alasan perceraian orang tua Jovanka nggak dijelasin detail, atau kenapa Jovanka tiba-tiba naksir Magnus—padahal cuma bilang dia “misterius dan pinter”. Scene soal kesehatan mental, seperti Jovanka googling gejala depresi buat Magnus, juga terasa agak risky karena kesannya menyederhanakan isu serius.
Pesan moral film ini jelas: setiap mimpi berhak dirayakan, dan komunikasi itu kunci buat bikin hubungan keluarga lebih sehat. Rako Prijanto juga coba memberikan twist kekinian, seperti Jovanka yang bikin first move buat deketin Magnus, yang nunjukin perubahan dinamika romansa remaja. Tapi, karena Jovanka sering jadi “support system” buat Magnus, karakternya kadang terasa kurang punya cerita sendiri. Ini bikin film terasa agak imbalance, kayak Magnus yang lebih disorot dibandingkan Jovanka.
Secara keseluruhan, Bertaut Rindu punya hati yang besar dan niat yang tulus. Film ini cocok buat remaja yang lagi mencari jati diri atau orang tua yang pengin ngertiin anaknya lebih dalam. Tapi, dengan durasi 92 menit, film ini belum sepenuhnya matang—seperti kue yang udah wangi tapi masih agak bantet. Beberapa adegan cringe dan plot yang kurang rapi bikin film ini nggak maksimal. Meski begitu, momen-momen gemas dan pesan soal empati bikin film ini layak ditonton, apalagi bareng keluarga.
Oh iya, film ini sempat menuai kontroversi gara-gara protes Nadin Amizah soal judul yang mirip lagunya, Bertaut. Meski bikin heboh di sosial media, ini nggak terlalu meganggu pengalaman nontonku. Jadi, kalau kamu mencari drama remaja yang manis dengan sentuhan emosional, Bertaut Rindu bisa jadi pilihan. Untuk rating aku beri? 7/10 lah—lumayan buat bikin hati hangat, tapi belum bikin nangis bombay.
Baca Juga
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Review Film Regretting You: Sebuah Kisah Pengkhianatan dan Cinta yang Rapuh
-
Review Film Rosario: Kutukan yang Menggali Luka Keluarga dan Identitas!
-
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
-
Review Film Pengin Hijrah: Perjalanan Spiritual Para Generasi Muda
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Cold Couple: Kisah Cinta Dingin yang Menghangatkan Jiwa
-
Cerita Pahit Warung Kopi Pangku: Dilema Moral Ibu Tunggal dalam Film Pangku
-
Review Film The Girl with the Needle, Pembunuh Bayi Berkedok Adopsi
-
Bidadari Santa Monica: Ketika Warna Kehidupan Bertemu Misteri dan Cinta
-
Review Film Kuncen: Teror Nggak Kasatmata dari Lereng Merbabu
Terkini
-
Film Janur Ireng, Prekuel 'Sewu Dino' Ini Awal Mula Kengerian Teror Santet
-
ASMR: Ancaman Tersembunyi di Balik Bisikan yang Menenangkan?
-
Lawan Honduras, Timnas Indonesia U-17 Wajib Pesta Gol Demi Lolos Fase Grup?
-
Mata Lelah, Pikiran Kacau? Mungkin Kamu Butuh Digital Detox
-
Stop Panik! Ini yang Sebenarnya Terjadi Jika Minum Air Dingin Setelah Olahraga