Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ryan Farizzal
Poster film Lyora: Penantian Buah Hati (IMDb)

Hari ini, 7 Agustus 2025, bioskop Indonesia diramaikan oleh film drama keluarga Lyora: Penantian Buah Hati. Film ini bukan cuma sekadar tontonan, tapi juga cerminan perjuangan nyata yang relate banget buat banyak pasangan di luar sana. Diangkat dari novel Lyora: Keajaiban yang Dinanti karya Fenty Effendy, film ini mengisahkan perjalanan emosional Meutya Hafid dan suaminya, Noer Fajrieansyah, dalam menanti buah hati. Disutradarai oleh Pritagita Arianegara, yang pernah masuk nominasi Sutradara Terbaik Piala Citra FFI 2016, Lyora hadir dengan pendekatan yang hangat, penuh empati, dan bikin penonton ikut merasakan rollercoaster emosi para karakternya.

Cerita film ini berpusat pada Meutya (Marsha Timothy), seorang wanita karier sukses yang punya segalanya—karier cemerlang, suami suportif, dan kehidupan yang tampak sempurna. Tapi, di balik itu semua, ada satu keinginan besar yang belum terwujud: menjadi ibu. Bersama suaminya, Fajrie (Darius Sinathrya), mereka berjuang mati-matian untuk punya anak, mulai dari metode tradisional, terapi hormon, hingga program bayi tabung (IVF). Tapi, hidup nggak selalu berjalan mulus. Mereka harus menghadapi tiga kali keguguran dalam setahun, tekanan sosial berupa pertanyaan “Kapan punya anak?”, dan pergulatan batin yang bikin hati aku. dan penonton ikut remuk. Meski begitu, Lyora nggak cuma soal duka, tapi juga tentang keteguhan hati, cinta yang nggak pernah pudar, dan harapan yang terus menyala.

Marsha Timothy sebagai Meutya benar-benar mencuri perhatian. Dia berhasil memerankan karakter yang kuat tapi rapuh di saat yang sama. Ekspresinya saat menghadapi kegagalan demi kegagalan, terutama momen keguguran, bikin aku ikut nyesek. Marsha nggak cuma akting, tapi bener-bener “hidup” sebagai Meutya, memperlihatkan pergolatan batin seorang wanita yang berusaha menerima dirinya di tengah stigma sosial. Di sisi lain, Darius Sinathrya sebagai Fajrie jadi penyeimbang yang sempurna. Dia memerankan suami yang sabar, penuh pengertian, dan selalu ada di sisi istrinya, bahkan di titik terendah. Chemistry mereka berdua? Solid banget! Ada satu momen yang bikin kagum, di mana Darius, yang beragama Katolik, melantunkan azan dengan penuh penghayatan untuk kebutuhan peran—dan itu beneran suara aslinya, lho.

Ulasan Film Lyora: Penantian Buah Hati

Salah satu adegan di film Lyora: Penantian Buah Hati (IMDb)

Selain duo utama, film ini juga didukung oleh aktor-aktris papan atas seperti Widyawati (sebagai ibu Meutya), Olga Lydia (dr. Dinda), Hannah Al Rashid (Rina), Aimee Saras (Eka), Ariyo Wahab (Pak Gunawan), dan Ivanka Suwandi (Bu Retno). Mereka semua berhasil menghidupkan karakternya masing-masing, menambah kedalaman emosi dalam cerita. Widyawati, misalnya, membawa nuansa kehangatan sekaligus ketegaran sebagai ibu yang selalu mendukung anaknya.

Sutradara Pritagita Arianegara patut diacungi jempol karena berhasil mengemas isu berat seperti infertilitas dengan cara yang nggak menghakimi. Film ini nggak cuma ngomongin soal perjuangan fisik, tapi juga tekanan emosional dan stigma sosial yang sering bikin pasangan pejuang garis dua merasa sendirian. Pesan utamanya jelas: perjuangan punya anak itu bukan cuma tanggung jawab istri, tapi kerja sama sebagai pasangan. Ditambah lagi, Lyora jadi film Indonesia pertama yang mengangkat tema IVF secara mendalam, membuka ruang diskusi tentang topik yang masih dianggap tabu di masyarakat.

Dari sisi teknis, sinematografinya cukup apik dengan pengambilan gambar di Jakarta dan beberapa lokasi domestik lainnya. Visualnya nggak lebay, tapi mampu menangkap emosi tiap adegan, apalagi di momen-momen intim antara Meutya dan Fajrie. Skrip yang ditulis oleh Titien Wattimena dan Priska Amalia juga terasa natural, dengan dialog yang mengalir dan bikin aku merasa dekat dengan karakternya. Musiknya? Pas banget buat ngasih vibes haru tanpa terasa berlebihan.

Namun, ada beberapa bagian yang mungkin terasa agak lambat, terutama di tengah film saat cerita fokus pada proses medis yang berulang. Buat sebagian penonton, ini mungkin terasa repetitif, tapi sebenarnya justru memperkuat gambaran betapa melelahkannya perjuangan ini. Satu lagi, beberapa karakter pendukung seperti teman-teman Meutya kurang mendapat porsi mendalam, padahal bisa bikin cerita lebih kaya.

Secara keseluruhan, Lyora: Penantian Buah Hati adalah film yang wajib ditonton, terutama buat kamu yang suka drama keluarga yang bikin hati hangat sekaligus perih. Film ini nggak cuma menghibur, tapi juga mengedukasi soal pentingnya dukungan emosional dan mematahkan stigma tentang infertilitas. Kisah Meutya dan Fajrie, yang akhirnya berhasil menyambut Lyora Shaqueena Ansyah di usia Meutya yang ke-44, adalah pengingat bahwa harapan selalu ada, meski perjalanan penuh liku.

Buat kamu yang lagi nyari tontonan yang inspiratif dan bikin nangis bombay, Lyora adalah pilihan yang tepat. Siap-siap bawa tisu, karena film ini bakal bikin kamu terharu sekaligus tersenyum di akhir cerita. Jangan lupa cek jadwal di bioskop terdekat seperti XXI, CGV, atau Cinepolis, dan nikmati kisah nyata yang penuh makna ini! Rating dari aku untuk film ini: 8.5/10. 

Ryan Farizzal