Meski Sobat Yoursay mungkin sudah menyaksikan berbagai film Looney Tunes sebelumnya, baik itu kumpulan klip klasik maupun proyek-proyek hybrid lainnya, ‘The Day the Earth Blew Up - A Looney Tunes Movie’ akhirnya hadir dengan film yang benar-benar menggali potensi penuh dari karakter-karakter ikoniknya. Film ini perdana tayang di Annecy International Animation Film Festival pada 11 Juni 2024.
Film ini disutradarai Pete Browngardt, yang sebelumnya menggarap ‘Looney Tunes Cartoons’. Awalnya diproduksi Warner Bros., tapi akhirnya didistribusikan Sam Ketchup Entertainment setelah sempat dihentikan sama WB (drama produksi yang menyelimuti film ini).
Dengan durasi ±91 menit, film ini menawarkan pengalaman seru yang menggabungkan gaya animasi klasik dengan nuansa cerita modern. Dan bahkan mengandung elemen horor sci-fi klasik ala Invasion of the Body Snatchers, tapi tetap dibal humor khas Looney Tunes.
Menariknya film ini juga didukung bintang-bintang pengisi suara yang kece-kece lho, di antaranya:
- Eric Bauza sebagai suara Porky Pig dan Daffy Duck
- Candi Milo sebagai suara Petunia Pig
- Peter MacNicol sebagai antagonis, The Invader
- Dan masih banyak bintang pengisi suara lainnya
Seperti apa kisahnya? Yuk, kepoin bareng!
Selepas Nonton The Day the Earth Blew Up - A Looney Tunes Movie
Cerita dimulai dengan penemuan meteor yang jatuh ke bumi tepat di dekat observatorium milik astronom.
Meteor itu, nggak disangka-sangka, menyebarkan kontaminasi dari pabrik permen karet terdekat dan bahkan merusak atap rumah dua saudara angkat, Porky Pig dan Daffy Duck.
Singkat cerita setelah melalui banyak cobaan, mereka berdua memutuskan bekerja di pabrik permen karet agar bisa memperbaiki atap rumah mereka yang rusak.
Di pabrik itu, mereka bertemu dengan Petunia Pig, calon kekasih Porky. Namun, keduanya segera terjerat dalam konspirasi besar yang melibatkan alien jahat yang berniat menguasai bumi melalui permen karet yang terkontaminasi radiasi, yang dapat mengubah orang menjadi zombie.
Petualangan pun dimulai, penuh dengan kekacauan, kejutan, dan humor khas Looney Tunes.
Impresi Selepas Nonton The Day the Earth Blew Up - A Looney Tunes Movie
Saat menonton film ini, aku kayak menemukan kembali teman lama yang sudah lama hilang, tapi kali ini dengan kepribadian yang sedikit berbeda.
‘The Day the Earth Blew Up’ sukses ngasih nuansa baru buat karakter-karakter klasik ini, dengan memberikan lapisan emosional yang nggak kita duga sebelumnya.
Dan jujur, aku nggak pernah berpikir akan ada momen yang bisa membuatku merasa ‘terharu’ dengan karakter-karakter ini. Film ini berhasil menghadirkan hubungan emosional yang terasa realistis, terutama antara Daffy dan Porky.
Porky, yang biasanya digambarkan sebagai sosok pemalu dan agak bodoh, kini diberi peran sebagai ‘kakak’ yang lebih bijak tapi tetap merasa kesal dengan Daffy yang impulsif dan blabbermouth.
Mereka berdua dibangun sebagai saudara angkat yang saling menjaga satu sama lain, meski mereka sering terlibat dalam kekacauan yang nggak ada habisnya. Dinamika itu ngasih kedalaman pada karakter-karakter yang sebelumnya kita kenal hanya sebagai subjek kekacauan dan ledakan tawa.
Oh iya. Gaya visualnya penuh warna dan penuh energi, mengingatkanku pada ilustrasi cerita anak-anak yang digambar dengan tangan. Meskipun begitu, film ini juga nggak ragu buat menambahkan elemen-elemen bombastis khas film blockbuster Hollywood. Baik itu dalam desain suara maupun dalam aksi-aksi besar yang terjadi di layar.
Kendatipun begitu, ada beberapa momen yang sedikit terasa kurang. Misal, saat film ini sedikit kehilangan ritme di tengah cerita. Beberapa penggemar mungkin juga akan merasa kecewa dengan nggak adanya kehadiran karakter Bugs Bunny atau Marvin the Martian, yang seharusnya bisa membawa lebih banyak kegembiraan dalam kisah ini.
Namun, aku rasa keputusan untuk fokus pada Daffy dan Porky, serta sedikit mengesampingkan karakter lain, merupakan keputusan yang berani dan justru membuat film ini jadi punya identitas yang lebih kuat.
Aku sendiri sangat menikmati bagaimana film ini merayakan tradisi animasi Looney Tunes tanpa terjebak dalam nostalgia buta. Ada kepercayaan diri yang tinggi dari para pembuat film untuk tetap memodernisasi cerita tanpa merusak keaslian dari Looney Tunes itu sendiri.
Rating pribadi: 3,5/5
Tag
Baca Juga
-
Review Film I'm Beginning to See the Light: Tentang Kehilangan dan Penerimaan
-
Review The Luckiest Man in America: Keberuntungan di Panggung Game Show
-
Film Panji Tengkorak: Nostalgia Komik yang Siap Hidup di Layar Lebar
-
Joe Taslim Comeback dengan Gaya Baru, Mortal Kombat 2 Siap Gebrak Bioskop!
-
Review Film Another Simple Favor: Lebih Gila dan Lebih Glamor
Artikel Terkait
-
Punya Wajah Awet Muda, Tissa Biani Akui Bosan Diberi Peran Anak SMA dalam Film
-
Menguak Makna 'Maharatu' dalam Film Pabrik Gula, Selalu Perempuan Kah?
-
6 Film Terbaru Luna Maya Dirilis Usai Menikah dengan Maxime Bouttier
-
Studio Film Parasite Akan Remake Film Agak Laen hingga Tinggal Meninggal
-
Review Film I'm Beginning to See the Light: Tentang Kehilangan dan Penerimaan
Ulasan
-
Tentang Waktu: Kisah Cinta, Sejarah, dan Pilihan dalam Lintasan Waktu
-
Ulasan Novel Sylvia's Letters: Kenangan yang Tidak Akan Menemukan Tujuan
-
Menguak Makna 'Maharatu' dalam Film Pabrik Gula, Selalu Perempuan Kah?
-
Pulau Hoga, Punya Pesona Alam Bawah Laut yang Memesona
-
Ulasan Pinocchio: Bongkar Sisi Gelap Jurnalistik, Relevan di Tahun 2025?
Terkini
-
MBG dan Matematika Kekuasaan: Mengapa 0,01% Keracunan Masih Terlalu Banyak?
-
Produk Halal Tapi Merusak: Perlukah Makanan Tak Sehat Dicap Haram?
-
Rilis Poster dan Teaser, Squid Game Season 3 Janjikan Lebih Mematikan?
-
Sinopsis Drama Spring of Youth, Dibintangi Park Ji Hu dan Ha Yu Jun
-
Rayakan 10 Tahun Debut, MONSTA X Rilis Album Spesial NOW PROJECT vol.1