Apa yang lebih canggung dari pertemuan keluarga besar di tengah suasana duka? Mungkin hanya kalau kita datang ke pertemuan itu sebagai orang dewasa yang baru putus cinta dan sedang menanggung beratnya ekspektasi keluarga. Ups.
Begitulah kira-kira Film Most People Die on Sundays, film ‘tragikomedi’ buatan dari Argentina, Italia, dan Spanyol, yang disutradarai dan ditulis Iair Said, sekaligus mengambil peran utama sebagai David.
Film Most People Die on Sundays juga menampilkan deretan aktor kawakan lho, di antaranya:
- Rita Cortese
- Juliana Gattas
- Antonia Zegers
- Lucas Besasso
- Nina Avruj Monteoliva
- Dan masih banyak bintang pendukung lainnya
Penasaran dengan kisahnya? Sini merapat dan jangan skip sampai akhir!
Sekilas tentang Film Most People Die on Sundays
Film berdurasi ±73 menit yang tayang pada Mei 2024 di program ACID, Festival Festival Film Cannes, akan mengajak Sobat Yoursay mengikuti perjalanan David, sosok pria Yahudi gay yang baru saja kembali ke Buenos Aires.
Kepulangannya bukan tanpa sebab, soalnya sang paman meninggal dunia, dan keluarga besar menuntut kehadirannya di pemakaman.
Namun, David sendiri sedang limbung. Dia baru saja patah hati. Tampak di adegan pembuka yang terasa begitu jujur sekaligus getir, David tengah menangis, setengah telanjang, memohon pada kekasihnya yang nggak terlihat di layar.
Sejak scene di titik itu, aku tahu film ini nggak akan menyajikan drama keluarga yang biasa-biasa saja.
Setelah pulang dalam keadaan patah hati, David juga harus menghadapi kenyataan pahit—ayahnya terbaring koma di rumah sakit, sementara ibunya, Dora (Rita Cortese), tampak seperti perempuan tangguh yang menolak runtuh di tengah segala kekacauan.
Saudaranya, Elisa (Juliana Gattas), tampil dominan dan sering menyulut ketegangan dalam interaksi sehari-hari mereka. Ada pula Silvia (Antonia Zegers), sang tante yang seakan-akan membawa semangat bebas yang sudah lama tenggelam di tengah ritual-ritual Yahudi yang mereka jalani setengah hati.
Menurut Sobat Yoursay, apakah kisahnya terlalu biasa? Sepertinya iya! Dan bagaimana dengan pengalaman nonton film ini? Sini simak terus!
Impresi Selepas Nonton Film Most People Die on Sundays
Aku lho kayak lagi duduk di tengah meja makan keluarga, mendengar bagaimana komentar soal berat badan David meluncur tanpa filter, menyaksikan pertengkaran kecil soal siapa yang harus membayar tagihan rumah sakit, hingga diskusi kusut tentang betapa mahalnya hidup di Buenos Aires saat ini.
Tapi di balik dialog-dialog yang kadang menyakitkan itu, film ini justru menemukan denyut kehidupan. Apa itu? Ini terkait rasa sayang yang terselip di antara sindiran dan kehangatan yang muncul di tengah saling cela.
Enaknya tuh pan nonton, Iair Said menulis dialognya kayak pas gitu. Nggak ada kalimat yang terbuang sia-sia. Setiap pertengkaran, bisikan, atau lelucon sarkastik menambah dinamika pada karakter-karakter yang tampak B doang di permukaan, tapi ternyata begitu kompleks.
Sebagai protagonis, David adalah sosok yang mudah membuat aku gemas. Dia canggung, penuh kekurangan, dan tampak selalu salah langkah. Entah itu saat mencoba mendapatkan SIM, atau saat mencoba mengobati luka batin dengan mencari afeksi dari pria manapun yang bersikap sedikit ramah.
Ada momen yang membekas banget, yaitu pas David dan ibunya akhirnya berbicara jujur soal ketakutan mereka pada rasa kesepian dan kemungkinan ayahnya nggak akan pernah bangun lagi.
Meski begitu, aku merasa film ini sedikit melewatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam sosok Dora, sang ibu yang keras kepala tapi penuh kasih itu. Aku ingin tahu lebih banyak tentang masa lalunya, tentang bagaimana dia membentuk cara pandang David terkait cinta dan keluarga.
Pada akhirnya, Film Most People Die on Sundays adalah film tentang orang-orang yang terluka, yang menutupi patah hatinya dengan humor pahit, dan yang terus mencoba bertahan meski nggak pernah benar-benar sembuh.
Sayangnya memang, film ini nggak mungkin mudah diterima banyak orang terkait seksualitas David, terlepas konflik utama terkait lingkup keluarga dan luka batinnya.
Skor: 3/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Prisoners: Ending Menggantung yang Penuh Tanda Tanya
-
Review Film Queens of Drama: Antara Cinta dan Persaingan Pop-Punk
-
Remake Film How to Make Million Before Grandma Dies, Hollywood Yakin Bisa?
-
Ulasan Film Keluarga Super Irit, Adaptasi Komik Asal Korea Selatan
-
Review Film Rust: Jauh Lebih Menyakitkan Kisah di Balik Layarnya
Artikel Terkait
-
Review Film Mungkin Kita Perlu Waktu: Cerita Duka yang Menyentuh Jiwa
-
Dilarang Pakai Naked Dress, 6 Potret Selebriti di Festival Film Cannes 2025
-
3 Film Dokumenter Teknologi yang Siap Buka Wawasan Kamu, Wajib Nonton!
-
Review Film Prisoners: Ending Menggantung yang Penuh Tanda Tanya
-
Review Film Queens of Drama: Antara Cinta dan Persaingan Pop-Punk
Ulasan
-
Ulasan Novel Julie Chan is Dead: Dampak Negatif dari Kepopuleran Instan
-
Review Film Mungkin Kita Perlu Waktu: Cerita Duka yang Menyentuh Jiwa
-
TIOT 'The Long Season': Pengalaman Sepahit Apa Pun Tetap Layak Dikenang
-
Review Film Prisoners: Ending Menggantung yang Penuh Tanda Tanya
-
Novel Christopher's Lover: Ketika Cinta Tumbuh di Antara Saudara Tiri, Salahkah?
Terkini
-
Bojan Hodak akan Rotasi dan Turunkan Lapis Kedua, Persib Bandung Bisa Tetap Menang?
-
Tak Hanya Gacor! 3 Alasan yang Bisa Buat Egy Maulana Vikri Dipanggil Timnas Indonesia
-
Mau Look Fresh ala Idol? Ini 4 Inspirasi Wavy Hair dari Member Aespa!
-
Resmi Lanjut, Serial The Bear Season 4 Tayang 26 Juni Mendatang
-
Hwang Jung-eum Mengaku Gelapkan Dana Agensi Rp49 Miliar untuk Kripto