Siapa yang tak kenal dengan kisah Disney klasik ‘Cinderella’, kisah dongeng putri dan sepatu kacanya. Namun, film bertajuk ‘The Ugly Stepsister’ ini bukan lagi mengisahkan cerita manis Cinderella pada umumnya, melainkan sisi gelap sang putri yang tak diketahui banyak orang.
Film ini dirilis pada 7 Maret 2025 lalu dan kengeriannya pun berhasil menarik perhatian publik. Di mana tontonan asal Norwegia ini berfokus pada body horror yang mana subgenre horror ini berfokus pada penghancuran atau perubahan pada tubuh manusia.
Sebab di dalam film ini menceritakan tentang seseorang yang benar-benar terobsesi agar terlihat menawan dan melakukan berbagai cara yang mengerikan demi mengubah bentuk tubuhnya.
Selain itu, film ‘The Ugly Stepsister’ ini juga bergenre dark comedy yang cukup membuat para penonton tercengang. Film ini dibintangi sederet aktris aktor ternama seperti Lea Myren, Thea Sofie Loch Naes, Isac Calmro, Flo Fagerli, Ane Dahl Torp, Malte Gardinger, Adam Lundgren hingga Katarzyna Herman.
Disutradarai oleh Emilie Blichfeldt, film terbaru 2025 bertajuk ‘The Ugly Stepsister’ ini juga menjadi sebuah kritik tajam terhadap obsesi kecantikan yang sering kali dialami banyak orang.
Dalam tontonan ‘The Ugly Stepsister’, ini menjadi sebuah kisah klasik Cinderella yang dirombak menjadi sebuah tragedi modern tentang kecantikan, ambisi, dan luka batin.
Ceritanya berpusat pada sosok Elvira (diperankan memukau oleh Lea Myren), seorang gadis yang hidup di bawah bayang-bayang kecantikan saudara tirinya, Agnes.
Namun, ini bukan sekadar cerita tentang dua perempuan yang bersaing demi cinta sang pangeran. Akan tetapi, ini adalah potret gelap seorang gadis yang hancur perlahan oleh tuntutan masyarakat dan desakan ibunya sendiri.
Elvira tak hanya bersaing untuk menarik perhatian Pangeran Julian dalam pesta kerajaan, tetapi juga harus memenuhi standar kecantikan yang tak manusiawi.
Setiap langkah hidupnya diawasi dan dikontrol oleh sang ibu, Rebekka (diperankan oleh Ane Dahl Torp), yang terobsesi mengubah putrinya menjadi versi sempurna dari kecantikan. Ini bukan karena cinta, tetapi karena ambisi dan tekanan status sosial.
Kemudian, sosok Agnes (yang dibintangi oleh Thea Sofie Loch Næss), saudari tiri Elvira, digambarkan sebagai "Cinderella" versi cerita ini. Sosoknya yang sempurna menjadi acuan kejam bagi Rebekka dalam memperlakukan Elvira.
Bukannya membesarkan hati putrinya, Rebekka justru membandingkan dan menuntut Elvira untuk menjadi "layak", agar bisa tampil sejajar dengan Agnes, bukan hanya dalam penampilan, tapi juga mampu menarik hati sang pangeran.
Film ini secara cerdas menyuguhkan bagaimana kecantikan dipandang sebagai alat untuk mencapai validasi dan kekuasaan. Elvira bukan sekadar korban dari ibunya, tapi juga dari konstruksi sosial yang mengajarkan bahwa harga diri seorang perempuan terletak pada fisiknya.
Ia tumbuh dengan mimpi menjadi seseorang yang dicintai, tetapi malah dibentuk menjadi simbol penderitaan perempuan di balik topeng kecantikan.
Selain itu, film ini menyajikan gambaran brutal tentang bagaimana standar kecantikan bisa mengubah seseorang bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental.
Bahkan adegan yang menegangkan pun tergambar dalam ceritanya, di mana terlihat seorang dokter mencoba untuk menjahit bulu mata ke kelopak mata hingga memotong jari kakinya agar muat di sepatu, setiap adegan menyiksa sekaligus menyindir budaya yang masih relevan hingga kini.
Meski penuh adegan menjijikkan dan cukup disturbing, film ini justru jadi refleksi menyakitkan akan tekanan sosial terhadap perempuan.
Blichfeldt mengemas semuanya dalam visual yang indah namun muram, menciptakan pengalaman sinematik yang sulit dilupakan. Jadi, apakah kamu sudah menonton film ‘The Ugly Stepsister’ ini?
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI SINI
Baca Juga
-
Menuju Grand Final ANC 2025: 11 Tim, Siapa yang Akan Jadi Raja di GBK?
-
Bahaya! Fenomena Groupthink Bisa Membunuh Karakter dan Jiwa Anak Muda!
-
Ungkap Masalah Gizi MBG dan Luka di Meja Makan Sekolah, Apa Ada yang Salah?
-
Wajib Tahu, Rahasia Peningkatan Motorik di Balik Permainan Futsal
-
Futsal di Era Digital: Menggiring Bola dan Menggiring Hidup Lebih Baik
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang
-
Ketika Omelan Mama Jadi Bentuk Kasih Sayang di Buku Mama 050
-
Review Film No Other Choice: Ketika PHK Membuatmu Jadi Psikopat!
-
Novel Semesta Terakhir untuk Kita: Ketika Ego dan Persahabatan Bertarung
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
Terkini
-
Blak-blakan, Tora Sudiro Akui Jadi YouTuber karena Sepi Tawaran Syuting?
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
5 Alasan Gachiakuta Wajib Ditonton, Anime Misteri Relate dengan Kehidupan!
-
6 OOTD Feminin Lee Si An Single Inferno dengan Sentuhan Dress dan Skirt
-
Bijak! Andre Taulany Sebut Hidup Itu Cuma Perkara Waktu: Ada Suka Ada Duka