Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | aisyah khurin
Novel Greta & Valdin (goodreads.com)

"Greta & Valdin" adalah debut novel dari penulis asal Aotearoa (Selandia Baru), Rebecca K. Reilly. Dirilis pertama kali pada tahun 2021, novel ini segera mendapat perhatian karena keunikan narasi, kekayaan karakter, dan sudut pandang queer yang segar dan jujur. Dengan latar Auckland modern dan dipenuhi karakter dari latar belakang Mori dan Rusia, Reilly menyuguhkan kisah keluarga, cinta, dan identitas yang mendalam namun penuh humor.

Novel ini ditulis dalam format narasi bergantian antara dua saudara kandung, Greta dan Valdin Vladislavljevic. Gaya penulisan Reilly sangat khas, cenderung penuh dengan dialog internal yang jujur, cerdas, dan kadang menyakitkan. Ia menggabungkan ironi, kerentanan, serta humor yang absurd, membuat pembaca merasa seperti sedang membaca catatan harian seseorang yang sangat jujur dan berwawasan luas.

Greta adalah seorang wanita queer berusia akhir 20-an yang masih bergulat dengan ketidakpastian hidupnya. Ia tinggal bersama Valdin dan bekerja di universitas. Greta adalah sosok yang penuh rasa humor gelap dan ketidakpastian emosional. Ia merasa tersesat dalam hidupnya, terjebak dalam kenangan mantan kekasihnya, dan selalu ragu akan setiap langkah yang ia ambil. Meski demikian, ia adalah karakter yang sangat manusiawi dan mudah untuk dipahami.

Valdin adalah saudara Greta yang gay dan lebih mapan secara profesional, meskipun juga menyimpan kekacauan emosional. Ia adalah dosen fisika dan mantan kekasihnya baru saja pindah ke Argentina, meninggalkan Valdin dalam pusaran patah hati. Valdin adalah tipe yang tampak tenang di luar namun menyimpan gejolak dalam. Narasinya memperlihatkan sensitivitas mendalam dan kebutuhan akan koneksi emosional yang tulus.

Hubungan Greta dan Valdin menjadi inti utama novel ini. Mereka saling mencintai dan mendukung satu sama lain, meskipun tidak jarang saling menyindir dan bertengkar. Dinamika mereka menunjukkan kehangatan hubungan keluarga yang rumit, dengan saling mengisi, tertawa bersama, dan kadang menghindar dari luka pribadi masing-masing. Ini adalah salah satu kekuatan terbesar novel.

Reilly dengan indah menganyam identitas budaya dalam novel ini. Greta dan Valdin berasal dari keluarga campuran, ayah mereka keturunan Rusia dan ibu mereka keturunan Mori. Identitas budaya ini tidak hanya menjadi latar belakang simbolis, tapi juga secara aktif mempengaruhi pengalaman dan pandangan hidup mereka. Representasi budaya Mori sangat terasa, baik dalam bahasa maupun nilai-nilai keluarga dan komunitas.

Salah satu kekuatan Greta & Valdin adalah bagaimana novel ini menampilkan karakter-karakter queer yang tidak klise. Greta dan Valdin tidak digambarkan sebagai korban atau tokoh tragis, melainkan sebagai manusia kompleks dengan kehidupan sehari-hari yang lucu, kacau, dan nyata. Novel ini merayakan keberagaman orientasi seksual tanpa menjadikannya sebagai satu-satunya sumber konflik.

Kedua tokoh utama sedang berjuang melawan patah hati yang belum selesai. Greta masih belum move on dari mantan kekasihnya yang berselingkuh, sedangkan Valdin merasa hampa setelah ditinggalkan oleh Jamie. Reilly tidak menawarkan solusi ajaib untuk patah hati, melainkan menunjukkan bagaimana orang bertahan, berdamai, dan perlahan sembuh atau setidaknya mencoba untuk sembuh.

Dialog dalam novel ini terasa sangat hidup dan cerdas. Reilly berhasil menulis percakapan yang natural dan lucu, tanpa terkesan dibuat-buat. Banyak kalimat yang akan membuat pembaca tertawa, terutama karena sarkasme dan kejujuran brutal para tokohnya. Humor menjadi alat untuk bertahan hidup bagi para karakter, dan juga cara bagi pembaca untuk meresapi beban emosi novel ini tanpa merasa kewalahan.

Meskipun narasinya ringan di permukaan, Greta & Valdin menyentuh trauma-trauma keluarga, termasuk konflik orang tua, perceraian, dan tekanan generasi. Greta dan Valdin sama-sama menyimpan luka masa lalu yang tidak selalu mereka sadari. Cara Reilly menyentuh tema ini sangat subtil, ia tidak menyuapi pembaca, tapi membiarkan kita menyimpulkan makna dari potongan-potongan memori dan dialog.

Novel ini juga menjadi potret kehidupan urban di Auckland, dengan segala kemajemukan dan keunikan kotanya. Pembaca diperkenalkan dengan komunitas queer, ruang-ruang kampus, bar-bar lokal, dan kehidupan seni. Reilly menghadirkan Auckland sebagai latar yang hidup, bukan sekadar tempat, tapi bagian dari identitas karakter-karakter di dalamnya.

Tidak ada konflik besar atau klimaks dramatis dalam novel ini dan itulah salah satu keunikannya. Ceritanya mengalir seperti kehidupan itu sendiri dengan percakapan acak, momen-momen keintiman, dan perubahan kecil yang pelan-pelan membentuk karakter. Ini bisa jadi membingungkan atau membosankan bagi pembaca yang menginginkan alur cepat, tapi akan sangat memuaskan bagi mereka yang mencari kedalaman emosi dan pengamatan sosial yang tajam.

Melalui "Greta dan Valdin", Reilly mengajak pembaca merenung tentang makna pencapaian, kebahagiaan, dan ekspektasi sosial. Keduanya adalah contoh nyata bahwa kehidupan dewasa tidak selalu berjalan sesuai rencana, dan tidak apa-apa untuk merasa tersesat. Novel ini adalah pengingat lembut bahwa kebingungan adalah bagian dari pertumbuhan.

"Greta & Valdin" adalah novel yang intim, lucu, dan penuh empati. Rebecca K. Reilly berhasil menciptakan dunia yang autentik, dengan karakter-karakter yang terasa seperti teman lama. Ini adalah buku tentang keluarga, cinta, identitas, dan semua kekacauan yang menyertainya. Dengan suara naratif yang kuat dan pendekatan yang jujur, novel ini akan menyentuh pembaca yang mencari sesuatu yang berbeda dari kisah-kisah biasa.

Identitas Buku

Judul: Greta & Valdin

Penulis: Rebecca K. Reilly

Penerbit: Avid Reader Press / Simon & Schuster

Tanggal Terbit: 6 Februari 2024

Tebal: 352 Halaman

aisyah khurin