Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Hidangan menu di rumah makan Ekrik Jambi (Dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Di salah satu ruas paling sibuk di jantung Kota Jambi, tepatnya di Jalan Hayam Wuruk, berdiri sebuah rumah makan sederhana namun legendaris yang sudah lama menjadi magnet bagi pencinta kuliner lokal. Namanya mungkin terdengar unik, sedikit asing bagi yang baru mendengarnya, tetapi begitu menyebutkan "Rumah Makan Ekrik", hampir semua warga Jambi yang gemar makan siang di luar rumah akan langsung mengangguk paham. Tempat ini bukan sekadar ruang makan, tapi sudah menjadi semacam institusi kuliner yang menyimpan rasa, cerita, dan keramaian yang tak lekang oleh waktu. Apalagi, jika Anda menyebut satu hidangan andalannya yaitu ayam panas.

Siang hari adalah waktu terbaik untuk menyambangi Rumah Makan Ekrik. Saat jarum jam mendekati makan siang, antrean kendaraan mulai terlihat mengular di depan bangunannya yang sederhana namun bersih. Aroma khas dari dapur yang terus bekerja tanpa henti menyambut setiap pengunjung yang baru masuk. Ada semacam sensasi hangat yang langsung terasa begitu kaki melangkah ke dalam: suara pengunjung yang bercengkerama, pelayan yang hilir mudik dengan cepat, dan tentu saja aroma ayam goreng panas yang baru saja diangkat dari penggorengan.

Hidangan andalan yang membuat tempat ini begitu dicari adalah ayam panas sebuah istilah yang secara harfiah sangat tepat. Ayam goreng yang baru matang, disajikan tanpa basa-basi di atas piring putih sederhana. Uap masih mengepul dari permukaan kulit ayam yang berwarna keemasan, gurih dan menggoda. Kelezatan ayam panas di Rumah Makan Ekrik tak hanya terletak pada kerenyahan kulit atau keempukan dagingnya, tetapi juga dari kesegaran dan suhu panas yang dijaga hingga detik ayam itu mendarat di meja Anda. Tak ada istilah ayam “sudah dingin” di tempat ini.

Sebagai pasangan setia dari ayam panas ini, di setiap piring pengunjung selalu hadir tiga elemen pelengkap yang membuat sensasi makan makin paripurna: lalapan, kecap manis, dan sambal. Sepiring kecil irisan mentimun segar serta lalapan lainnya menjadi penyeimbang rasa dari ayam yang kaya bumbu dan gurih. Kecap manis yang kental dan sambal pedas yang segar disajikan secara terpisah, memungkinkan setiap pengunjung meracik sendiri tingkat rasa sesuai selera. Beberapa lebih suka mencelupkan ayam panas ke dalam campuran kecap dan sambal, sementara yang lain menikmatinya secara terpisah, suapan demi suapan.

Pelayanan di Rumah Makan Ekrik pun menjadi alasan lain mengapa pelanggan setia terus berdatangan. Para pelayan yang rata-rata masih muda, sigap, dan ramah, melayani tamu dengan kecepatan luar biasa. Tak butuh waktu lama dari saat Anda memesan hingga ayam panas tersaji di meja. Bahkan dalam situasi jam makan siang yang sangat padat, ketika semua meja penuh dan antrean semakin panjang, efisiensi pelayanan tetap terjaga. Sistem kerja yang rapi, pembagian tugas yang terstruktur, dan profesionalisme para staf menciptakan ritme kerja yang nyaris sempurna.

Meski suasana rumah makan bisa sangat ramai, pengunjung tidak akan dibuat gelisah karena kenyamanan tetap diutamakan. Kebersihan adalah satu aspek yang sangat dijaga oleh pengelola. Meja-meja cepat dibersihkan setelah pengunjung pergi, lantai selalu tampak bersih, dan peralatan makan dicuci dengan teliti. Bahkan di tengah ramainya pengunjung, tak jarang terlihat seorang staf dengan kain lap menyeka meja dan kursi agar siap ditempati tamu berikutnya. Ini adalah rumah makan yang tahu bahwa kesan bersih adalah bagian dari rasa.

Dindingnya didekorasi dengan warna-warna netral, memberi kesan lapang dan sejuk. Meja dan kursi ditata dengan efisien, memaksimalkan ruang tanpa membuat pengunjung merasa sesak. Tidak ada dekorasi berlebihan, tidak ada upaya mencolok untuk mencuri perhatian, karena perhatian sesungguhnya diberikan pada makanan dan pengalaman makan yang autentik.

Kekuatan dari Rumah Makan Ekrik adalah konsistensinya. Di era ketika banyak rumah makan berlomba mengubah konsep menjadi lebih modern, lebih kekinian, Ekrik tetap setia pada identitasnya sebagai rumah makan tradisional yang mengutamakan cita rasa dan pelayanan. Menu utama tidak banyak berubah, dan justru dalam keterbatasan pilihan itulah letak kekuatannya. Mereka tahu bahwa pengunjung datang untuk satu hal: ayam panas yang otentik, dan mereka menyajikannya dengan kualitas yang selalu terjaga.

Pengunjung yang datang ke Ekrik bukan hanya pekerja kantoran yang sedang rehat makan siang. Ada keluarga yang sengaja makan bersama, ada mahasiswa yang ingin makan enak dan cepat, bahkan ada pengunjung dari luar kota yang datang karena mendengar cerita dari kerabat atau melihat ulasan di media sosial. Dari hari ke hari, nama Ekrik makin dikenal luas, bukan karena promosi berlebihan, tetapi dari mulut ke mulut, dari pengalaman yang nyata.

Ada daya tarik psikologis yang unik dari tempat ini. Makan di Ekrik bukan hanya soal mengisi perut, tetapi juga soal keakraban. Suasana meja makan yang seringkali ditempati lebih dari satu kelompok tamu menciptakan semacam kehangatan sosial. Orang-orang duduk bersebelahan, saling memberi ruang, dan terkadang terlibat percakapan ringan yang dimulai dari urusan sambal atau kecap. Dalam dunia yang makin individualistis, Rumah Makan Ekrik menyediakan ruang kecil untuk rasa kebersamaan yang langka.

Ekrik adalah contoh bagaimana sebuah rumah makan bisa bertahan tanpa perlu menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Mereka tidak menjual sensasi, tidak membungkus makanannya dengan cerita marketing yang rumit, tetapi membiarkan makanan dan pengalaman yang ditawarkan berbicara sendiri. Inilah tempat di mana ayam goreng disajikan dalam bentuk terbaiknya: panas, renyah, dan bermakna.

Dalam banyak kesempatan, keberadaan rumah makan seperti ini menjadi bagian penting dari identitas kota. Ia bukan hanya tempat makan, tetapi juga tempat orang kembali baik secara fisik maupun emosional. Ada yang kembali karena rindu rasa ayam panasnya, ada yang kembali karena kenangan saat makan di sana pertama kali bersama keluarga atau teman, dan ada pula yang kembali karena tahu bahwa di tengah kota yang terus berubah, masih ada satu tempat yang rasanya tak pernah berubah.

Rumah Makan Ekrik di Jalan Hayam Wuruk adalah pengingat bahwa dalam kesederhanaan bisa tumbuh loyalitas yang besar. Ia adalah rumah makan yang mengandalkan kejujuran rasa, kehangatan pelayanan, dan konsistensi mutu. Di tengah gempuran restoran cepat saji dan tempat makan modern berkonsep estetik, Ekrik berdiri tegak sebagai rumah makan rakyat yang kuat di hati banyak orang.

Bagi yang belum pernah mencobanya, mungkin inilah saatnya mengunjungi Jalan Hayam Wuruk. Temukan papan nama sederhana bertuliskan “Rumah Makan Ekrik”, masuklah dengan perut kosong dan hati terbuka. Duduk, pesan ayam panas, dan biarkan rasa dan suasana membuktikan kenapa tempat ini selalu penuh, dan mengapa mereka yang sudah pernah ke sana, hampir selalu kembali. Karena kadang, rasa terbaik hadir tanpa perlu banyak gaya cukup ayam goreng yang panas, sambal yang menggigit, dan tempat makan yang tahu caranya membuat Anda merasa seperti di rumah.

Rion Nofrianda