Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Athar Farha
Poster Film Holly (IMDb)

Ada sesuatu yang nggak biasa saat nonton ‘Holly’ yang tayang di KlikFilm. Film besutan Sutradara asal Belgia, Fien Troch, sejak adegan pembuka, langsung menjerat penonton dalam ‘kabut emosional’ yang menggantung. Bukan horor, bukan pula thriller, tapi memang, ‘Holly’ berada di wilayah yang sulit dikotak-kotakkan. 

Film ini diproduksi Prime Time bersama Mirage, Les Films du Fleuve (rumah produksi milik Dardenne bersaudara), dan Tarantula, serta ditayangkan perdana di ajang Venice Film Festival 2023. 

Jelas itu sebut yang nggak main-main, mengingat reputasi Fien Troch sebagai pembuat film yang konsisten mengangkat keresahan remaja dan kesepian dengan pendekatan visualnya yang sangat khas.

Bahkan Film Holly memenangkan Golden Atlas Award di Arras Film Festival 2023 yang diselenggarakan dari tanggal 3–12 November. Sekian itu, masuk seleksi resmi di Busan International Film Festival ke-28 (4–13 Oktober 2023) dan Chicago International Film Festival ke-59 (11–22 Oktober 2023). 

Film kece ini berkisah tentang apa sih? Sobat Yoursay yang kepo, sini merapat dan simak sampai akhir!

Sekilas tentang Film Holly

‘Holly’ mengikuti kisah gadis 15 tahun bernama Holly (diperankan Cathalina Geeraerts), yang secara nggak langsung dikaitkan dengan kebakaran tragis di sekolahnya setelah dia memutuskan untuk nggak hadir karena merasa ‘sesuatu yang buruk akan terjadi’. 

Mulai sejak saat itu, lahirlah ‘mitos’ perihal Holly yang memiliki kemampuan khusus (ajaib) dalam konteks spiritual. 

Ketika Anna (Greet Verstraete), pekerja sosial yang juga mengelola pusat komunitas lokal, mengundangnya untuk membantu para remaja yang terkena dampak trauma kebakaran, pengaruh Holly mulai tumbuh. 

Namun, yang semula dianggap sebagai hal positif, perlahan malah adi obsesi yang mengaburkan batas antara harapan, ketergantungan, dan kepercayaan buta.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Holly? Hmmm … menarik, kan? Lalu, bagaimana dengan pengalaman nonton film ini? Sini deh kepoin bareng!

Impresi Selepas Nonton Film Holly

Gimana ya? Kok aku kayak lagi nggak disuguhi cerita, tapi malah seperti diajak masuk ke ruang meditasi, tapi yang penuh kegelisahan. Iya, aku gelisah karena ada banyak hal yang nggak terlalu dijelaskan, yang bikin diriku lumayan ekstra mengaitkan beberapa hal sampai mudeng. 

Terkait Cathalina Geeraerts, dia tampil dengan gestur yang tenang, tatapan kosong tapi dalam, dan keberadaan yang membuat semua karakter di sekitarnya seperti terpaku. Penampilannya begitu meyakinkan 

Dan buat sinematografinya, Frank van den Eeden meracik gambar-gambar minimalis yang anehnya kok memikat ya? Dari pencahayaannya dan tone warna netral yang mempertegas suasana dunia Film Holly: Abu-abu, nggak pasti, dan ambigu secara moral. 

Dan kembali di awal, aku perjelas lagi ya. Di sini, sang sutradara nggak ngasih jawaban pasti tentang apakah Holly benar-benar punya kekuatan supranatural, atau hanya anggapan dari orang-orang saja yang memproyeksikan harapan mereka. Dan menurutku, itu bikin gemas sih. 

Asli deh, aku pun nggak habis pikir, bagaimana masyarakat (di sana) begitu mudah menciptakan figur “penyelamat” saat mengalami krisis. Dan bagaimana mereka bisa menghancurkannya juga, saat harapan nggak terpenuhi.

Jadi, apakah Film Holly menarik? Oh, jelas! Tapi, tunggu dulu! Ini bukan film yang bisa dibilang ‘menarik’ dalam arti umum seperti film yang penuh ledakan, konflik serba cepat, atau drama yang meledak-ledak. ‘Holly’ jelas berjalan lambat. Bahkan bisa dibilang nyaris kontemplatif. 

Film ini bahkan penuh muatan emosi yang terasa subtil. Bukan yang ditumpahkan dalam air mata atau teriakan, tapi mengalir pelan, lewat gestur, tatapan, dan keheningan. 

Kalau Sobat Yoursay termasuk yang sabar dan bisa menikmati ritme yang pelan macam film ini, kemungkinan besar kamu akan menemukan sesuatu yang menyentuh di film ini. 

Ada film yang memang langsung klik, dan ada juga yang butuh waktu untuk dicerna. Holly termasuk yang kedua. Butuh ruang batin yang cukup tenang untuk bisa menangkap apa yang sedang coba disampaikan film ini. Kadang malah terasa seperti kita sedang duduk mendengarkan seseorang berbicara lirih dari jauh, yang membuat kita harus betul-betul mau mendekat dan mendengar.

Dan ya, sebagai penikmat film, tentu saja pengalaman kita akan berbeda-beda. Aku sadar betul bahwa penilaianku belum tentu mewakili pandanganmu. Bisa jadi kamu malah melihat hal-hal indah yang terlewat olehku. Atau sebaliknya, hal yang menurutku membosankan justru kamu temukan maknanya. Dan itulah asyiknya nonton film.

Skor: 3,5/5

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Athar Farha