Apa jadinya jika novel klasik Jane Austen, ‘Persuasion’, diangkat jadi film di era digital dan dipindahkan ke tengah hiruk-pikuk Manhattan? Premisnya terdengar menarik, apalagi dengan latar New York yang gemerlap dan karakter utamanya perempuan karir modern. Namun seperti banyak adaptasi kontemporer lainnya, ‘Modern Persuasion’ (2020) justru bikin bertanya-tanya: Seberapa jauh sebuah adaptasi boleh lari jauh dari sumber aslinya?
Disutradarai Alex Appel dan Jonathan Lisecki, film ini merupakan produksi dari Little Spoon Productions dan dirilis sama Samuel Goldwyn Films, dengan Alicia Witt sebagai pemeran utama. Selain dia, ada pula Shane McRae, Daniella Pineda, Tedra Millan, dan Bebe Neuwirth.
Memangnya kisah aslinya tentang apa sih, sampai-sampai diangkat lagi ke zaman sekarang? Yuk simak!
Sekilas tentang Film Modern Persuasion
Film yang tayang di KlikFilm ini berkisah mengenai Wren Cosgrove (diperankan Alicia Witt). Dia tuh konsultan PR (Public Relationship) sukses, yang tinggal sendirian di New York bersama kucing kesayangannya. Hidupnya tampak berjalan stabil, hingga suatu hari dia kembali berhadapan dengan mantan kekasihnya semasa kuliah, Owen Jasper (Shane McRae), yang kini jadi miliarder teknologi.
Delapan tahun sebelumnya, Wren menolak mengejar hubungan lebih serius dengan Owen, termasuk ajakannya pindah ke San Francisco. Kini, mereka bertemu lagi ketika perusahaan Owen menyewa firma PR tempat Wren bekerja. Yang mengejutkan, Owen bersikap dingin dan tampak nggak mengenali Wren.
Yang bikin gedeg, Owen malah mulai mendekati dua asisten muda Wren yang sangat "millennial" dalam tutur kata dan gaya hidup.
Di sinilah benang merah cerita Austen muncul: cinta lama yang belum padam, penyesalan, dan tekanan sosial. Namun sayangnya, alih-alih menjadikannya drama emosional dengan kritik sosial yang tajam, film ini malah mengemasnya menjadi romcom klise dengan bumbu komedi ringan. Nggak salah sih, tapi ….
Impresi Selepas Nonton Film Modern Persuasion
Aku sadar, adaptasi modern nggak selalu berhasil menghidupkan karya klasik, lebih-lebih mendalami tulisan Austen. Namun, seenggaknya aku berharap ada semangatnya, terkait satir terhadap kelas sosial, pengamatan tajam pada peran gender, dan karakter perempuan yang kuat bukan karena pencitraan ‘boss babe vibes’ yang dangkal, tapi karena kedalaman batin, prinsip, dan integritasnya.
Namun, Film Modern Persuasion seolah-olah membuang semua itu. Karakter Wren terlihat terlalu sering menatap keluar jendela apartemen mewahnya dengan wajah sendu, seperti sedang menunggu adegan ikonik dalam Film Sex and the City.
Karakter Owen pun gitu-gitu doang. Shane McRae tampil hambar, nyaris tanpa karisma. Aku nggak merasa ada chemistry nyata antara karakter Wren dan Owen, yang membuat dinamika hubungan mereka jadi datar. Padahal, di versi asli ‘Persuasion’, ketegangan emosional dan keraguan batin sangat terasa.
Dua karakter pendukung, asisten Wren yang diperankan oleh Daniella Pineda dan Tedra Millan, memang cukup ngasih warna pada film. Mereka tuh representasi generasi muda yang nyinyir, penuh jargon media sosial, dan terkadang menyebalkan, tapi jujur saja, mereka jadi hiburan tersendiri dalam cerita yang cenderung lempeng.
Yang paling aku sesalkan, film ini melewatkan kesempatan emas untuk menyoroti isu gender dan usia seperti yang dilakukan Jane Austen. Di novel, ada sindiran tajam terhadap pria yang tetap dianggap menarik dan layak di usia matang, sementara perempuan usia matang mulai ‘dipinggirkan’. Di versi film, potensi ini ada ketika Owen mendekati perempuan yang jauh lebih muda, tapi alih-alih dikritisi, hal itu malah dibiarkan lewat begitu saja.:
Memang, ‘Modern Persuasion’ bukanlah adaptasi buruk secara teknis. Masih punya sinematografi oke, kota New York ditampilkan dengan glamor, dan Alicia Witt mencoba sebaik mungkin menghidupkan peran Wren dengan kelembutan dan sedikit keanggunan khas Austen. Sayangnya di balik itu, film ini kehilangan ruh aslinya.
Skor: 1,5/5
Baca Juga
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
-
Film Abadi Nan Jaya, Zombie Lokal Terniat dan Sayang Banget Dilewatkan!
-
Review Film Black Phone 2: Saat Mimpi Buruk dari Masa Lalu Hidup Lagi
-
'Menuju Pelaminan', Film yang Bikin Sinefil Paham, Nikah Nggak Cukup Cinta
-
Lagi Viral! Dirty Vote II o3 Rilis di YouTube dan Bongkar Oligarki
Artikel Terkait
-
Review Sarung Untuk Bapak: Sarung lusuh dan Cinta yang Tulus
-
Perbedaan Film Keluarga Super Irit vs Komik, Adaptasi dari Manhwa Korea
-
Rekomendasi Film dan Drama Asia Terbaik di Vidio,Dibintangi Jackie Chan dan Donnie Yen
-
Review Film Love and Leashes, Eksperimen Cinta yang Unik di Dunia Kerja
-
Rilis Teaser, Film The Lost Bus Suguhkan Aksi Penyelamatan yang Dramatis
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Indra Sjafri, PSSI, dan Misi Selamatkan Muka Indonesia di Kancah Dunia
-
4 Toner Tanpa Alkohol dan Pewangi untuk Kulit Mudah Iritasi, Gak Bikin Perih!
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru