Pernah nggak sih, mengalami malam yang rasanya berputar-putar yang isinya kejutan disertai momen-momen absurd? Nah, ‘The Night Is Short, Walk On Girl’ alias ‘Yoru wa Mijikashi Aruke yo Otome’ yang tayang di KlikFilm, tampaknya ngasih gambaran persis itu, tapi dalam format animasi super unik dan penuh warna besutan Sutradara Masaaki Yuasa.
Film yang diproduksi Studio Science SARU, nggak cuma mengandalkan visual eye-catching, tapi juga cerita seru dan mengalir dengan sangat natural. Apalagi, suara dari dua bintangnya: Kana Hanazawa dan Gen Hoshino makin bikin karakter-karakternya hidup.
Berkisah tentang apa sih? Yuk, kepoin bareng!
Sekilas tentang Film The Night Is Short, Walk On Girl
Cerita dimulai saat Otome (Kana Hanazawa) mahasiswi dengan rambut hitam khasnya, menjalani malam yang sebenarnya biasa saja (ikut rombongan teman ke pesta). Namun, malam itu berubah jadi petualangan seru karena Otome memutuskan menjelajah kota, melewati berbagai tempat unik dan bertemu karakter-karakter aneh nan menarik.
Senpai (Gen Hoshino), si senior yang diam-diam menyukai Otome, berusaha mengejar dan bertemu dengannya dengan berbagai cara lucu dan kreatif. Dari ikut kontes minum sampai ikut pementasan teater bawah tanah. Dan ya, perjalanan mereka penuh kejutan yang kadang absurd tapi juga manis.
Dan bagaimana kelanjutan kisah ini, cek langsung saja di KlikFilm. Eh, tapi buat Sobat Yoursay yang masih ragu-ragu, bisa kepoin dulu pengalaman nonton film ini. Yuk, bahas bareng!
Impresi Selepas Nonton Film The Night Is Short, Walk On Girl
Aku nonton Film The Night Is Short, Walk On Girl dengan ekspektasi serendah mungkin, tapi ternyata film ini lebih dari itu. Pertama, aku suka banget dengan gaya visual yang nggak biasa. Warna-warnanya cerah dan ekspresif, benar-benar bikin aku betah nonton sampai akhir.
Dari segi cerita, aku rasa film ini seperti perjalanan mimpi di malam hari—kadang absurd, kadang romantis, tapi selalu menghibur. Aku dibuat terus penasaran sama apa yang bakal terjadi selanjutnya. Karakter Otome yang energik dan penuh semangat itu bikin aku ingin ikut menjelajahi malam bersamanya.
Aku juga suka terkait gimana film ini mengupas soal ‘keberanian mengambil risiko dan menjalani hidup dengan cara yang unik’. Memang, kadang kita harus keluar dari zona nyaman, coba hal-hal baru, dan siapa tahu malam panjang itu malah jadi pengalaman nggak terlupakan yang manis.
Aku pribadi, Otome dan Senpai itu seperti perjalanan kecil yang berkesan, penuh tawa, canggung, dan sedikit magis. Cocok banget buat Sobat yang butuh hiburan nyeleneh tapi meaningful.
Dan pada akhirnya, skor akhir hanyalah semacam penanda personal dari pengalaman nonton yang kita rasakan sendiri. Sebuah angka yang nggak bisa mewakili secara utuh apa yang kita alami selama nonton. Entah itu deg-degan, haru, bosan, atau justru malah ketawa ngakak. Karena apa? Karena bagus atau nggaknya sebuah film itu nggak bisa lepas dari yang namanya selera. Masing-masing dari kita datang ke bioskop atau layar TV dengan pengalaman, harapan, dan referensi yang beda-beda. Film yang buat satu orang terasa biasa aja, bisa jadi buatku justru jadi tontonan yang membekas seumur hidup.
Dan satu hal lagi, seberapa banyak film yang sudah kita tonton juga ngaruh besar. Makin banyak referensi, makin tajam biasanya cara kita mengamati dan menilai. Biarpun gitu, itu pun tetap nggak menjamin semuanya bakal sepakat soal mana yang masterpiece dan mana yang 'meh'. Karena film, pada dasarnya, adalah seni yang subjektif. Nggak ada rumus pasti, dan itulah yang bikin dunia perfilman selalu seru untuk diikuti.
Jadi, daripada terlalu fokus sama skor atau rating, lebih baik nikmati saja proses nontonnya. Biarkan cerita dan visualnya membawa Sobat Yoursay ke tempat yang belum pernah kamu datangi. Selamat nonton ya.
Baca Juga
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
-
Review Film Dont Lets Go to the Dogs Tonight: Hidup di Tengah Peperangan
-
Review Film Three Kilometres to the End of the World: Potret Aib Terpilu
-
Review Film Saint Clare: Niat Jadi Horor Ilahi, Hasilnya Malah Sesat
Artikel Terkait
-
Review Film The Inventor: Leonardo da Vinci dalam Stop-Motion
-
Review Film Modern Persuasion: Ilusi Cinta Lama di Hiruk-Pikuk New York
-
Review Sarung Untuk Bapak: Sarung lusuh dan Cinta yang Tulus
-
Review Film My Sunny Maad: Realita Cinta yang Nggak Seindah Harapan
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
Ulasan
-
Menguliti Luka dan Obsesi dalam Novel False Idol Karya Shooastrif
-
Ulasan Buku Sun & Ssukgat: Self-Care ala Korea yang Mudah untuk Ditiru
-
Ulasan Buku 5 Dosa dalam Mengelola Keuangan: Hindari Ini Biar Nggak Boncos
-
Ulasan Novel Summer in the City:Cinta Tak Terduga dari Hubungan Pura-Pura
-
Review Anime Tasokare Hotel, Kisah Sebuah Penginapan Antara Dua Dunia
Terkini
-
Honor X70 5G Hadir Bawa Baterai Jumbo 8300 mAh, Miliki Daya Tahan Pemakaian
-
BRI Super League: Persib Bandung Tuntaskan Pemusatan Latihan di Thailand
-
Kulit Glowing Bebas Noda Hitam! 4 Moisturizer yang Mengandung Symwhite 377
-
Semifinal Piala AFF U-23: 3 Pahlawan Skuat Garuda saat Mengempaskan Thailand, Siapa Saja?
-
4 OOTD Soft Chic ala Kang Hanna, Bisa Buat Ngampus Sampai Ngopi!