Dalam hidup yang serba cepat dan penuh tekanan, siapa sih yang nggak ingin pulang ke desa? Menikmati angin sejuk, makan masakan rumah, dan ngobrol ringan sama kakek-nenek tercinta. Namun, apa jadinya kalau kehangatan keluarga itu ternyata cuma ilusi, dan di balik senyuman mereka, ada rahasia kelam yang bikin bulu kuduk berdiri?
Itulah premis dari Film Best Wishes to All, debut penyutradaraan panjang dari Yûta Shimotsu, yang yang memenangkan Japan Horror Film Competition tahun 2022 (untuk versi pendeknya). Versi panjangnya kemudian diputar perdana di berbagai festival film, termasuk Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2023, yang mana film ini memenangkan penghargaan Best Asian Film.
Setelah itu, film ini mendapatkan sambutan hangat dalam ajang Japan Cuts di New York dan Nippon Connection di Jerman, sebelum akhirnya rilis resmi di bioskop Jepang pada 26 Januari 2024. Untuk penonton internasional, film ini mulai tersedia secara legal lewat platform horor Shudder pada Mei 2025.
Penasaran kayak apa kisahnya? Sini kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Best Wishes to All
Cerita perihal mahasiswi keperawatan (diperankan Kotone Furukawa) yang memutuskan pulang kampung dari Tokyo untuk mengunjungi kakek-neneknya di pedesaan. Nggak ada satu pun karakter yang diberi nama lho!
Awalnya, semuanya tampak seperti yang diharapkan. Mulai dari pemandangan indah, sambutan hangat, dan suasana yang menyenangkan. Namun kemudian, tingkah laku aneh mulai muncul. Mulai dari makan malam di mana sang kakek-nenek tiba-tiba mulai ‘oink-oink’ seperti babi, hingga adegan di mana sang kakek membeku dengan mulut terbuka lebar, menatap langit-langit tanpa sebab. Dan itu baru permulaan.
Situasi jadi semakin nggak wajar ketika sang cucu (si mahasiswi) mendapati kedua orang tuanya dan adiknya muncul, dan mereka semua ternyata menyembunyikan rahasia gelap. Apa itu? Ada pria nggak dikenal yang dikurung dan disiksa di lantai atas rumah.
Ketika sang cucu menuntut penjelasan, respons keluarganya justru mengejutkan, seolah-olah semua itu adalah hal biasa. “Harusnya kita kasih tahu dari awal,” kata sang ayah dengan datar.
Bikin penasaran, kan?
Impresi Selepas Nonton Film Best Wishes to All
Selepas si ayah ngomong begitu, aku mulai merasa film ini berubah dari misteri menjadi alegori kejam tentang sistem kapitalisme.
Shimotsu memang nggak menjelaskan secara rinci asal-usul ritual, tapi cukup menjelaskan, kalau sebenarnya kebahagiaan keluarga si mahasiswi tergantung pada penderitaan orang lain.
Satu-satunya karakter yang tampak benar-benar menderita di kota kecil itu adalah teman lama sang protagonis (diperankan Koya Matsudai) yang ternyata juga sudah mengetahui kenyataan mengerikan itu. Kenyataan yang nggak hanya terjadi dalam keluarga si mahasiswi.
Aku sampai dibuat mikir, betapa mudahnya ‘mereka’ menikmati kenyamanan hidup tanpa menyadari ada yang harus dikorbankan agar bisa tenang. Film ini benar-benar menggigit, dengan penyutradaraan yang menggabungkan atmosfer sunyi, rumah yang terlihat biasa tapi menakutkan, serta penduduk desa yang terlalu ‘normal’ padahal menyimpan kebrutalan yang disembunyikan rapat-rapat.
Jujur deh, Kotone Furukawa tampil kuat sebagai mahasiswi yang perlahan kehilangan idealismenya. Tatapan matanya yang awalnya penuh semangat berubah kosong, menggambarkan bagaimana dirinya hancur secara psikologis. Inuyama Yoshiko dan Arifuku Masashi sebagai kakek-neneknya pun berhasil menciptakan suasana yang ambigu (ramah tapi juga mengintimidasi)
Film ini juga bermain dengan teknik-teknik khas J-horror era 2000-an sih. Kayak anak-anak seram, rumah yang terasa ‘basah’ dan nggak nyaman, serta momen-momen yang menyiksa secara psikologis. Ini tuh bukan horor dengan loncatan kaget, tapi horor yang terasa meresap dan menghantui bahkan setelah film selesai. Ih, ngeri!
Dengan durasi singkat ±84 menit, film ini nggak bertele-tele. Film ini menawarkan pengalaman nonton yang nggak mudah dilupakan, terutama (mungkin) buat Sobat Yoursay yang suka film horor bernuansa filosofis, lambat, tapi sangat menyentuh titik-titik tergelap dalam diri manusia. Selamat nonton ya.
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Drama Religi yang Menguras Emosi, Film Air Mata Mualaf Wajib Ditonton
-
Prekuel The Conjuring Resmi Digarap! Siap Bongkar Asal Usul Setan?
-
Review Film Shutter: Ada Setan di Foto yang Meneror Lewat Dosa Masa Lalu
-
Review Film She Walks in Darkness: Misi Gelap di Balik Pengkhianatan
-
Tatkala Abadi Nan Jaya Jadi Fenomena Global
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel My Darling Dreadful Thing, Cerita Horor di Rumah Tua Beckman
-
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Reading Slump? 5 Rekomendasi Graphic Book ini Bisa Kembalikan Minat Bacamu
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
Terkini
-
7 Rekomendasi Lipstik Lokal dengan Warna Intens untuk Bold Makeup Look
-
Timnas U-17 Dapat Lebih Banyak Dukungan Suporter daripada Senior, Kok Bisa?
-
10 Tahun 'Reply 1988': Ryu Jun Yeol Sempat Absen, Akhirnya Muncul di Acara Spesial
-
Dua Bulan Aman, Aura Kartu Kuning Justin Hubner Akhirnya Muncul Lagi!
-
Demi Mental Health Anak, Masayu Anastasia dan Lembu Kompak Meski Berpisah