Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Shufya Nida
Cover Novel Sailing The Seashore Karya Asa Bianglala Eureka (goodreads.com)

Sailing The Seashore merupakan novel karya Asa Bianglala Eureka yang diterbitkan oleh Bhuana Sastra pada tahun 2014. Novel ini berjumlah 231 halaman dengan latar tempat Singapura.

Menceritakan tentang Rosie, mahasiswa tahun pertama berusia 22 tahun yang berkuliah di Singapura dengan mengambil jurusan bisnis karena berniat akan melanjutkan usaha Ayahnya. Tidak hanya menceritakan Rosie saja, novel ini juga menceritakan seorang Ibu tunggal bernama Hana dengan putrinya, Bella yang berusia 5 tahun.

Keduanya adalah orang Indonesia yang pergi ke negara asing demi sebuah harapan. Insiden kecelakaan Ibunya membuat Rosie mengubur mimpi-mimpinya dan menyalahkan diri sendiri karena merasa kecelakaan tersebut adalah kesalahannya. Hal itulah yang membuatnya pergi ke Singapura untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bisnis.

Sedangkan Hana, perempuan itu pergi ke Singapura demi pengobatan putri semata wayangnya. Bella mengalami penyakit aplastic anemia, sebuah penyakit langka yang biasanya diderita oleh anak 2-6 tahun. Hana mengerahkan segala waktunya untuk bekerja agar dapat membayar biaya-biaya pengobatan. Pekerjaannya adalah akuntan dan pelayan di salah satu restoran setiap hari kamis hingga sabtu.

Mereka tinggal di sebuah apartemen yang sama. Rosie dan Hana adalah perempuan yang memiliki kesamaan, yaitu tertutup. Aura yang mereka keluarga hanya canggung. Namun, Rosie dekat dengan Bella. Karena jika Hana bekerja, dia akan bermain dengan Bella atau kadang mengantar dan menjemputnya di penitipan anak.

Apartemen mereka terdiri dari tiga ruangan, artinya terdapat satu ruangan kosong yang belum ada penghuninya. Sampai suatu ketika, seorang laki-laki muda datang mengagetkan ketiganya. Mereka tidak mengira akan tinggal bersama laki-laki berdarah Jepang yang usianya baru 19 tahun.

Namanya Sakai Namakawa, panggil saja Sakai. Laki-laki berdarah Jepang ini terlihat sedang liburan ke Singapura tapi tidak terlihat seperti orang yang liburan karena kerjaannya hanya berdiam diri di apartemen. Kedatangan Sakai di apartemen ini mencairkan suasana. Sakai suka mengobrol dengan Rosie walaupun perempuan itu menjawab ketus dan selalu memarahinya.

Dari awal menginjakkan kaki di apartemen ini, Rosie menampilkan wajah tidak suka secara terang-terangan. Padahal Sakai tidak berbuat hal yang melukai hatinya tapi Rosie tetap bersikap ketus dan tak acuh padanya. Hal itu justru membuat Sakai penasaran dengan Rosie, perempuan berdarah Indonesia.

Sakai juga turut membantu Hana dalam menjaga Bella. Walaupun tidak sesering Rosie, laki-laki muda itu turut senang saat Hana mempercayakan Bella padanya walau belum mengetahui penyakit yang diderita anak kecil itu.

Hidup Hana seperti mesin robot yang bekerja setiap ada waktu. Bagi Hana, waktu adalah uang untuk pengobatan putrinya. Beruntung, dia mempunyai teman kantor yang peduli terhadapnya. Prasetyo namanya, panggil saja Pras. Laki-laki berdarah Indonesia ini memiliki andil bagaimana Hana dapat diterima menjadi akuntan.

Semakin hari, Bella semakin lemah dan membutuhkan donor tulang sum-sum segera. Jika Hana bisa mendonorkannya, sudah dia lakukan sedari dulu karena nyatanya, miliknya tidak cocok dengan Bella. Menelepon mantan suami yang meninggalkannya sudah dia lakukan agar laki-laki itu dapat mendonorkan tapi laki-laki itu benar-benar tutup mata dan tidak menganggap Bella sebagai putrinya.

Lalu, apakah Bella akan mendapatkan donor yang sesuai dengan kriteria? Apakah Hana dapat bertahan demi kesembuhan Bella? Apa alasan sebenarnya Sakai datang ke Singapura? Dan, bagaimana hubungan Rosie dan Sakai selanjutnya?

Agar lebih jelas bagaimana kelanjutannya, dapat dibaca lewat novel Sailing The Seashore untuk mengetahui semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.

Novel ini benar-benar menceritakan pelajaran hidup yang berharga. Bagaimana seorang Ibu yang rela melakukan apa saja demi kesembuhan putrinya. Kasih sayang yang tiada tara, sudah sepatutnya tidak boleh dilupakan begitu saja.

Selain itu, tidak boleh menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi. Benar yang dikatakan dalam novel ini, semua yang telah terjadi adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Gaya bahasa yang indah, penulis berhasil membuat perasaan pembaca terombang-ambing akan keselamatan Bella. Pada bagian saling menyalahkan, tidak ada pembenaran tentang siapa yang salah dan siapa yang benar jika dilihat dari semua sisi. Hal itu membuat pembaca serba salah harus mendukung siapa.

Penulisan yang rapi, penceritaan yang baik, dan alur yang mengalir dengan tambahan plot twist yang tidak pembaca kira merupakan alasan novel ini layak dibaca dan direkomendasikan. Belum ditemukan kekurangan ketika membacanya karena larut pada perasaan seorang putri yang menyalahkan diri sendiri dan Ibu yang berjuang demi keselamatan putrinya.

Shufya Nida